Tiga hari kemudian, sekelompok kaum batin muda berkumpul di suatu tempat yang biasa mereka berkumpul membahas belum berhasilnya tetua kampung mengusir keluarga Pak Wardi dari kampung adat mereka. Mereka menganggap tetua kampung gagal dalam menjalankan misi yang mereka sampaikan sehingga mereka sepakat untuk melaksanakan eksekusi sendiri kaum batin muda tanpa meminta izin atau ikut campur kaum tetua adat lagi yang dianggap lamban dalam menyikapi suatu masalah.
“Kita kaum batin muda harus bertindak sendiri, sepertinya tetua adat gagal membujuk keluarga Pak Wardi untuk meninggalkan kampung adat kita,” ucap sekretaris batin muda memulai orasinya di hadapan teman-teman anggota perkumpulan batin muda di kampungnya.
“Iya, sepertinya kaum tua terlalu lemah dan mudah kasihan
Bu Wati tak lagi mau mendengarkan nasehat siapa saja yang berusaha membujuknya agar segera pergi meninggalkan kampung adat sebelum kaum batin muda membuat keonaran di rumahnya nanti malam. Wanita keturunan pendekar itu telah mengasah pedang pusaka yang dimilikinya dan menyarungkan kembali setelah diberinya perahan jeruk nipis, sebagai pertanda pedang itu siapa mencari darah segar. “Paaghan, ingat ngah Maya dan kakakan, suami serta cucumu,” tangis Bik Ros menasehati keputusan Bu Wati akan duel menghadapi Rojali ketua kaum batin muda nanti malam. “Kepalangan harga diriku sudah diinjak-injak lebih baik aku mati berkalang tanah!” kata Bu Wati membulatkan tekadnya telah siap masih hidup atau mati nanti dalam duelnya mempertahankan gengsi dan harga diri.
Pak Wardi dan istrinya berjalan terus melewati lebat pohon karet, kebun kopi atau kebun sawit milik warga, tanpa kenal lelah. Mereka harus bisa mencapai pematang di luar kampung adat bagaimanapun caranya agar aman dari kejaran penduduk kampung adat. Dua lereng perbukitan pematang panjang harus mereka daki dan turuni demi mencapai kabupaten tetangga, terutama areal hutan kawasan register. Kaki yang letih dan terluka tak mereka hiraukan sampai rasa sakit mendera seluruh kakinya barulah mereka berhenti mengaso sebentar untuk melepas penat sambil berjaga-jaga kalau ada orang yang mencurigai. Rasa haus dan lapar menyebabkan perjalanan mereka agak terhambat apalagi melewati padang rumput pakis berduri yang lebat sangat sukar dilewati, dan tajamnya sisi mata batang pakis membuat luka di beberapa bagian kaki mereka.
Rojali yang terluka parah segera di bawa ke Rumah Sakit yang berada di Ibukota Kabupaten, satu-satunya pusat kesehatan masyarakat yang ada di kabupaten ini. Sebuah ambulance dari puskesmas mengantar Rojali untuk dirujuk ke rumah sakit umum daerah di kabupaten karena peralatan di puskesmas belum lengkap. Sayangnya nyawa Rojali tak tertolong lagi, ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Itu diketahui oleh istrinya yang tidak mendengarkan lagi rintihan dan desahan kesakitan dari suaminya sehingga dia menempelkan jarinya ke urat nadi suaminya. Tak lagi terdengar detak jantung berdetak, wajah pucat pasi serta seluruh tubuh suaminya dingin dan kaku. Istrinya menangis histeris sejadi-jadinya sehingga sopir ambulance menghentikan mobil dan melihat keadaan pasien yang akan dirujuk. Ketika
Maya, balita mungil ini selalu menangis dan rewel, mungkin karena tahu nenek dan kakeknya sedang mendapatkan masalah. Seorang bayi biasanya begitu peka perasaannya sehingga dia bisa mengetahui jika oranng-orang yang menyanyanginya sedang dalam kesulitan menghadapi masalah yang besar, seakan dia tahu jika kakek dan nenek sedang berjuang diantara hidup dan mati di hutan kawasan bersembunyi dari kejaran warga kampung adat dan aparat kepolisian yang telah memblacklist mereka menjadi daftar pencarian orang (DPO). Bik Ros menggendong Maya sambil memberinya susu dengan pikiran yang tidak tenang sebab masih memikirkan keberadaan kakak dan iparnya yang tidak ketahuan minggat kemana setelah kejadian membunuh Rojali malam itu. Kakak dan Iparnya bak lenyap ditelan bumi, tak satupun ada orang yang mengetahui keberadaannya.&nbs
Beberapa malam ini Diana merasa gelisah dan tidak tenang, selalu terbayang wajah kedua orang tua dan anaknya. Ada apakah gerangan, pikir Diana dalam hati sehingga selalu teringat mereka, adakah dirinya sedang rindu kepada mereka semua atau orang tua yang rindu sehingga selalu melamnkan dirinya dan kontak batin sehingga terbayang-bayang selalu di pelupuk mata. Diana pun tidak dapat tidur dengan tenang sebab bayangan ayah dan ibunya serta anaknya selalu bermain di ingatannya. Terbayang bagaimana wajah sedih kedua orang tua dan Maya, anaknya yang terlihat memanggil namanya. Tak sadar halusinasi tentang orang tua dan anaknya terbawa mimpi di dalam tidur sehingga dia menggigau memanggil, Ayah! Ibu! Maya!. “Diana, bangun kamu mimpi yah!” tegur Mbak Suti menggoyangkan badannya agar ter
Mbak Lisa memanggil Diana ke ruangannya, mungkin ada hal penting yang akan dibicarakan. Ketika sudah siap, Diana segera menemuinya di ruang kerja Mbak Lisa. “Selamat Pagi, Mbak!” ucap Diana ketika telah berada di depan ruangan Mbak Lisa. “Iya, Pagi! Silakan masuk!” kata Mbak Lisa menjawab salamnya. Diana merasa canggung ketika memasuki ruang Mbak Lisa. Ruangan yang bersih bercat orange polos yang banyak tergantung foto-foto TKW yang mendapatkan penghargaan di luar negeri, baik dari majikan maupun dari lembaga yang berkepentingan dengan dunia kerja wanita sebagai penghasil devisa Negara.
Diana diberitahu oleh Mbak Lisa bahwa nanti siang jadwal keberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta. Diana sangat senang mendapatkan tiket yang sudah tergenggam di tangannya, impiannya untuk bekerja ke luar negeri terkabulkan sudah. Sebentar lagi dia akan landing meninggalkan negara Indonesia tercinta untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita dengan kontrak kerja tiga tahun ke depan. “Jam sepuluh nanti, kamu akan diantar menuju bandara!” ucap Mbak Lisa kepada Diana. ”Sekarang kamu bersiap-siap, jangan sampai ada dokumen dan barang kamu yang tertinggal di sini.” “Baik, Mbak. Insya Allah semua dokumen dan barang sudah saya packing dengan baik dan lengkap!” tutur Diana menyatakan kalau dia sudah menyimpan semua dokumen yang diperlukannya.&nb
Perjalanan udara yang mencapai tujuh jam membuat letih Diana sekaligus memberikan pengalaman pertama yang sangat berkesan bisa naik kuda besi terbang. Hanya saat landing dan take off saja terasa getaran yang sangat hebat, selebihnya ketika sudah di udara tidak terasa getaran keras lagi kecuali saat melintas di atas awan seperti naik mobil ketika melewati polisi tidur getarannya. Deg-deg perasaan hati Diana begitu pesawat sudah mendarat di Bandara tujuannya, kemudian dicarinyalah tulisan atas namanya di karton oleh penjemputnya. Kata Mbak Lisa majikannya akan didampingi oleh agen penyalur perwakilan biro jasanya di sana yang tentu saja orang Indonesia dan telah lama tinggal di sana sehingga sudah mahir berbahasa negara tersebut. Begitu amazing Bandara ini, begitu menuruni anak tangg
Dua tahun kemudian! Hujan badai tengah melanda negeri padang pasir ini, suasana rumah begitu senyap karena ditinggal oleh tuan rumahnya menunaikan ibadah haji. Hanya dirinya dan Tuan Muda yang tinggal, sebenarnya Nyonya Aminah hendak mengajak Diana juga menunaikan ibadahhaji mumpung sedang berada di kota suci ini, sayangnya dia merasa belum tepat waktunya untuk menghadap ke baitul maqdis karena disadarinya bahwa dia sedang terbalut oleh dosa. Bukankah jika ingin menunaikan ibadah haji sebaiknya diri dalam keadaan suci sedangkan dia dalam keadaan sebagai pendosa yang selama ini dilakukannya. Dia tidak mau mengotori tempat suci itu dengan segala dosa yang telah diperbuatnya selama menjadi pembantu di rumah majikannya. Kalau ingin, siapa sih yang tidak ingin da
Untuk membuktikan kebenaran cerita Bu Jumin tentang kelakuan Bik Ros dan keluarganya, Diana sengaja menunda pengiriman uang ke rekening Risa untuk mengetahui reaksi yang akan diberikan oleh Bik Ros jika dia terlambat mengirimkan uang. Diana membiarkan saja tanggal muda berlalu di bulan ini dengan harapan akan mendapatkan pesan dari Bik Ros atau Risa mengapa dia belum berkirim uang ke kampung. Sudah hampir tanggal tujuh di awal bulan, Diana belum juga berkirim uang kepada Bik Ros dan anehnya dia belum juga mendapat pertanyaan dari kampung tentang belum dikirimnya uang ke rekening miliknya Risa. Sebenarnya di kampung, Risa sudah sangat gelisah sekali sebab di rekeningnya tidak ada saldo lagi, terakhir saldonya dia belikan sebuah HP Vivo terbaru yang lumayan ke
Diana mendapat pesan baru dari nomor yang tidak dikenalnya, itu yang membuatnya agak enggan cepat-cepat membawa pesan tersebut. Dibiarkannya dulu pesan itu mengendap di layar monitor ponsel sampai selesai pekerjaannya hari ini, barulah dia membukanya sebab rasa penasaran aka nisi pesan dan siapa pengirim pesan tersebut. Dalam hati Diana bertanya-tanya, siapakah lagi orang yang tahu nomornya kecuali Bik Ros dan keluarganya serta beberapa orang TKW yang bekerja di kota ini, yang diizinkan oleh majikannya untuk menyimpan HP di kamarnya. Kebanyak Tenaga Kerja Wanita dikota ini tidak dibolehkan menyimpan HP sebab ditakutkan melakukan suatu hal yang akan merugikan majikan, alasan itulah yang membuat banyaklah majikan di kota ini tidak mengizinkan para pembantunya memegang HP.
Keberhasilan Risa membeli motor baru, menjadikan dirinya mendapat julukan baru dari teman-teman sekelasnya yaitu the new rising star girl. Risa sangat senang dijuluki oleh rekan-rekan sekelas sebagai gadis bintang baru di sekolahnya, suatu julukan yang membuat gadis manapun menerimanya akan sangat senang. Entah criteria apa yang menobatkannya sebagai rising star di sekolahnya yang setiap tahun rutin diadakan oleh OSIS sekolah ini. “Selamat, ya Ris! Dapat juluk baru nih, gadis bintang baru di sekolah!” ucap Aisyah dan teman-teman sekelasnya memberikan ucapan selaman kepadanya. “Makasih!” sahut Risa senang, kawan-kawannya mengapresiasi julukan yang sangat ingin dida
Tak terasa hari bergenti hari, siang dan malam berputar sesuai sumbunya, demikian teratur. Itulah hukum jagat raya, berputar pada sumbunya, sehingga ada siang dan malam yang membuat kita bisa merasakan gelap dan terang. Gelap di malam hari kala waktu untuk istirahat total dari seluruh kegiatan sedangkan di siang hari saat terang, waktunya kita beraktifitas mencari nafkah dan kehidupan di muka bumi ini. Kesabaran Risa menunggu pergantian perputaran hari membawanya pada sebuah kebahagiaan sebab ditanggal muda yang sudah dijanjikan, Diana mentransfer uang sebanyak yang diperlukannya untuk membeli motor baru. Amboi, senangnya perasaan Risa ketika mengetahui di dalam rekeningnya sudah masuk uang dua belas juta rupiah.&nbs
Saat senggang, Diana mencoba memikirkan kembali permintaan Risa yang ingin membeli sepda motor dengan meminjam uang darinya. Dalam hati Diana berpikir keras, uang yang dipinjam oleh Risa takkan mungkin dikembalikan oleh Bibiknya sebab dia tahu persis penghasilan sang Paman. Paman hanya seorang penderes karet yang penghasilan setiap minggunya cukup untuk untuk membeli beras dan lauk pauk serta sedikit lebihnya jatah uang jajan dan bensin untuk Risa sekolah. Kok, aku pusing sendiri memikirkan Bibik, biarlah kuanggap dia meminjam uang tersebut dan aku tak akan menagihnya! Diana bergumam dalam hatinya berusaha menyelami keadaan ekonomi Bibiknya saat ini. Menimbang keadaan perekonomian sang Bibik membuat hatinya tambah cemas saja membayangkan kehidupan anaknya ji
Beberapa hari terakhir ini Risa menjadi bahan omongan teman-temannya di sekolah, semua karena motor butut miliknya. Roda dua miliknya dinilai sudah model lama yang ketinggalan jaman, dibandingkan dengan motor keren dan kece milik teman-temannya. Terkadang Risa merasa malu karena sering diejek oleh teman-temannya perihal motor butut yang masih dipakainya sampai sekarang. Beberapa kali Risa menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia ingin dibelikan motor baru yang tidak ketinggalan jaman modelnya sehingga tidak diejek lagi oleh teman-teman se kelasnya. Sayangnya permintaannya selalu ditolak oleh Bik Ros dan suaminya sebab keuangan mereka tidak cukup untuk menukar motor butut dengan yang baru sebab harga motor sekarang mahal. Risa tak kehilangan akal, berkat id
Kehadiran sebuah lemari pendingin dua pintu yang dibeli oleh Bik Ros di Toko Amta mendapatkan gunjingan dari tetangga mereka begitu kulkas tersebut tiba di rumahnya. Banyak yang bertanya dari mana Bik Ros dan keluarganya bisa mendapatkan uang untuk membeli kulkas tersebut, bukankah beban hidup mereka saat ini sedang terpuruk karena ketambahan beban membeli susunya Maya setiap minggu hasil dari menjual deresan karet di kebun milik mereka. Tetangga berusaha menyelidik asal muasal uang yang mereka dapatkan untuk membeli barang tersebut, banyak yang menebak jika Bik Ros mendapatkan kiriman uang dari kerabat atau jangan-jangan dari Pak Wardi dan istri atau Diana yang sekarang menjadi TKW di luar negeri. Tapi yang paling memungkin mengirim uang dalam keadaan seperti ini menurut warga hanya Diana, karena dia bekerja di luar negeri yang g
Melihat wajah istri yang berseri senang memunculkan petanyaan tersendiri bagi suami Bik Ros, apakah gerangan yang membuat istrinya teramat gembira, selama ini jarang sekali baginya dapat melihat senyum manis sang istri. Beban yang besar dipikulnya sejak kepergian Diana dan orang tuanya membawa perubahan sifat pada diri Bik Ros, yang dulu periang menjadii pendiam dan sensitive. “Aduh, gembiranya istriku!” goda suaminya mendekati istrinya yang tersenyum-senyum sendiri kegirangan entah apa sebabnya. “Iya, Pa. Mama sedang senang!” timbalnya kepada sang suami. “Lagi ketiban duren jatuh masak, apa?” tanya sang suami menyelidik.&nb