Part 34 MembutuhkanmuPonsel Daniel bergetar bersamaan ketika membaringkan Liora di tempat tidur. “Istirahatlah,” ucapny sambil memperbaiki selimut untuk Liora. Kemudian berjalan ke dinding kaca dan mengangkat panggilannya.“Ada apa?”“Salah satu anak buah tuan Saito baru saja menyelinap ke ruang perawatan nyonya Lim.”Daniel mengembuskan napas kelegaan. Seperti firasatnya, anak buah kakeknya pasti akan datang. Paling cepat mala mini. “Semua seperti yang ada dalam rencana, kan?”“Ya, Tuan.”“Bagus. Lanjutkan seperti rencana,” pungkasnya mengakhiri panggilan. Berbalik dan menatap Liora yang masih belum memejamkan mata. “Kau belum tidur?”“Kau membawaku pulang selarit ini karena kakekmu?” Liora tak tahu kenapa harus mempertanyakan hal itu. Tetapi menjadi istri simpanan, ia tak mengira akan serumit dan semengganggu ini. Juga ada kekesalan yang menyelinap masuk ke dalam hatinya meski ia paham situasi ini juga demi Xiu.Daniel menatap kecewa yang terlintas di mata Liora. Mendesah pendek,
Wajah Daniel membeku membaca setiap laporan informasi yang diberikan oleh James siang itu. Setelah lebih dari seminggu, akhirnya anak buahnya itu berhasil menemukan siapa orang yang sengaja menabrak mobil Liora. Yang adalah salah satu suruhan Arata Saito.Kepucatan segera menggenapi wajah Daniel, pantas saja CCTV terkendali dengan baik. Sejak awal sang kakek sudah menyelidiki semuanya.“Apa yang harus saya lakukan, Tuan?”Daniel terdiam. Bukan pilihan yang tepat untuk melanjutkan kasus percobaan pembunuhan ini. “Lepaskan.”Kening Daniel berkerut dalam. Tampak berpikir keras. “Di mana Carissa?”“Nyonya sedang berbelanja.”Sudah pasti suasana hati Carissa sedang sangat baik. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Carissa.“Halo, suami. Merindukanku?” Suara bahagia Carissa menjawab dari seberang.“Kau tahu apa yang dilakukan kakek pada Liora?”“Apa?”“Kau mendengarku, Carissa,” tekan Daniel tak butuh basa basi.Carissa menghela napas panjang. “Hanya menebak. Kau tahu kakek semakin
Hening yang cukup lama. Liora masih membungkam."Kau pasti memiliki alasannya, kan?" Suara Daniel yang lembut membuat rasa bersalah di dada Liora semakin jelas."Kenapa kau menikahiku? Kau tahu aku tak membutuhkan tanggung jawabmu atas kehamilanku.""Kehamilanmu memang rencanaku sejak awal."Liora tersentak pelan. Menoleh ke samping dan tak peduli meski wajahnya akan menabrak wajah Daniel. Pernyataan pria itu jelas mengejutkannya.Daniel sedikit menarik wajahnya, merasakan kedua lengan Liora yang mendorongnya menjauh, tetapi ia tetap mempertahankan jarak sedekat mungkin di antara mereka."Apa?""Saat aku menyadari Jerome yang mulai mengendur perselingkuhan kita, dia malah menetapkan tanggal pertunangan yang begitu mendadak dan mempersiapkan pernikahan. Aku tak ingin hubungan ini berakhir begitu saja, Liora. Aku tak ingin kehilanganmu. Hari pernikahan kalina semakin dekat dan aku semakin gugup.""Aku menghitung jadwal haidmu untuk menentukan saat yang tepat menghamilimu seperti yang d
Liora menarik tubuhnya kembali ke tempat semula. Carissa bisa hamil atau tidak, sedang hamil atau tidak. Dan entah urusan apa yang ada di antara Daniel dan Carissa untuk bertemu dokter di klinik jelas bukan urusannya. Seketika ia menyadari bahwa bukan hanya dirinya istri Daniel. Carissa juga istri Daniel. Istri pertama Daniel malah. Ialah yang istri simpanan pria itu. Suasana hati Liora seketika berubah suram. Dan bukan karena ada rasa panas membakar dadanya. Yang bahkan ia sendiri tak tahu kenapa hatinya mendadak kesal. “Kau sudah bangun?” Daniel melangkah keluarga dari kamar mandi. Mendekati tempat tidur sambil mengusap rambutnya yang basah dan handuk melilit inggang. Liora mengangguk singkat, berusaha terlihat senormal mungkin tanpa menunjukkan perasaannya yang mendadak berombak. Kenapa ia harus terpengaruh dengan apa yang ada di antara Daniel dan Carissa. “Kau ingin makan atau membersihkan diri lebih dulu?” Liora menggeleng. “Kenapa?” Daniel terheran. “Aku hanya ingin kemb
Sebuah mobil menghantam bagian depan mobil. Tubuh Liora terhentak ke depan lalu terbanting ke jok. Belakang kepalanya membentur jok yang beruntungnya cukup empuk. Meski benturannya cukup keras, tetap tak cukup untuk membuatnya kesakitan. Mengerang pelan, kepala Liora tanpa sengaja berputar ke samping. Matanya melebar ketika melihat mobil yang melaju pelan di samping mobil mereka, kaca jendelanya perlahan tertutup. Dan sebelum benar-benar tertutup, ia bisa melihat pria yang duduk di balik kemudi. Wajah pria itu tampak familiar, dan ia tersentak kaget ketika mengingat siapa pria itu. Salah satu anak buah kakek Daniel yang pernah ia lihat di rumah Daniel pada hari itu. Jadi, kakek Daniellah yang berusaha melukainya? Apakah kecelakaannya beberapa minggu yang lalu juga perbuatan kakek Daniel? Itulah sebabnya Daniel tak mengatakan siapa pelaku dalam kecelakaannya? “Apakah Nyonya baik-baik saja?” Liora memutar kepala dan menatap ke arah sopir yang sudah menjulurkan kepala ke belakang, m
Jenna mengetuk pintu kamar Jenna, tanpa menunggu jawaban dari sang adik, ia membuka pintu. Menemukan sang adik yang duduk tertunduk di sofa panjang. Dengan kedua tangan menutupi wajah, terisak pelan. Liora duduk di samping dengan perlahan, memegang pundak Jenna dan membawa sang adik ke dalam pelukannya. "Shhh …" Liora mengusap kepala Jenna dengan lembut. Membiarkan sang adik menangis dalam pelukannya. Setelah beberapa saat dan Jenna berhasil meluapkan emosi dalam tangisannya, akhirnya sang adik mulai sedikit tenang. "Maaf." "Untuk apa kau minta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan. Kenapa kau tidak cerita padaku lebih awal?" Jenna menggeleng pelan. "Kau tahu Jerome tidak seperti itu, Jenna. Ini hanya kesalah pahaman." Jenna menggeleng. "Aku tidak salah paham. Sepertinya dia memang sudah muak denganku, Liora. Aku … aku tak tahu. Aku tak yakin apakah aku harus percaya padanya." Liora terdiam. Menghela napas panjang dan menggenggam kedua tangan sang adik. "Kau sudah bicara dengan
“Apa yang dilakukan Herry di sini?” Carissa mengerjap gugup, tetapi segera menguasa ekspresi wajahnya. “Ehm, tadi siang aku pergi ke rumah kakek dan meninggalkan barangku. Dia hanya membawakannya atas perintah kakek.” Daniel terdiam, mengamati reaksi Carissa yang janggal. Wanita itu seolah menyembunyikan sesuatu di belakangnya, tetapi ia tak bisa membaca lebih banyak selain kecurigaan itu sendiri. “Kenapa kau tiba-tiba datang?” Carissa mengalihkan pembicaraan. “Sekretarisku mengirim berkas ke sini, kan?” “Ah, ya. Aku meletakkannya di kamarmu.” Daniel berjalan melewati Carissa dan langsung naik ke lantai dua. Sementara Carissa tampak menghela napas panjang dan rendah sembari menatap Daniel yang semakin menjauh. *** Satu jam kemudian, mobil Daniel terparkir di halaman rumah Jerome dengan James yang sudah menunggunya di sana. Yang langsung duduk di kursi penumpang begitu mobil berhenti. “Kecelakana istriku, kau yakin pelakunya Herry?” Sekali lagi ia butuk mempertegas jawaban dar
Kening Liora berkerut, mengaitkan kancing piyama tidurnya sementara pandangannya terarah pada cermin besar yang memperlihatkan Daniel di seberang ruangan juga sibuk berpakaian. Keduanya berada di ruang ganti, tak saling bicara sejak Daniel datang setengah jam yang lalu. Tetapi sekarang Liora mau tak mau dibuat bertanya-tanya dengan pria itu yang mengenakan kaos polos dan celana jeans hitam. Kemudian mengambil jaket kulit dari gantungan. Apakah pria itu akan pergi? Pulang ke rumah Carissa? Hufftt… kenapa aku harus terusik. Carissa istri Daniel juga. Ialah yang istri simpana Daniel. Dan kata-kata itu malah semakin memperjelas hatinya yang terusik. Hentikan, Liora. Hentikan semuanya yang berusaha kau sangkal sebelum semuanya benar-benar terlambat. Tapi … ini memang sudah terlambat. Ia cemburu. Tentu saja. Dan jelas tak tahu diri telah mengakui perasaan itu. Wajah Liora segera berpaling ketika Daniel membalikkan tubuh dan berjalan mendekat. Tertunduk dan mengamati kancing terakhir piya