Hari yang dinantikan telah tiba, Kiara beserta seluruh keluarga menyambut dengan penuh antusias acara syukuran yang telah dibuat oleh Ibu mertuanya. Adapun rangkaian acara yang diadakan dalam perayaan saat itu berupa pembukaan acara yang dilakukan oleh Ivander, MC yang membawa acara memanggil Ivander sebagai kepala kekuarga untuk tampil ke atas panggung untuk mengucapkan kata sambutan. Ivander cukup gugup untuk mengucapkannya tapi ia tetap berusaha agar tidak grogi saat mengucapkan kata sambutan. Ivander menarik nafas panjang kemudian ia memulai kata sambutannya. Ivander sempat menoleh ke arah Kiara, wanita itu tersenyum sambil menggenggam tangan sang suami. "Ayo sayang, semangat kamu pasti bisa," bisik Kiara ditelinga sang suami, yang sukses membuat Ivander merasa mendapatkan amunisi untuk bicara saat itu. Ia segera menuju ke atas panggung, lalu mengambil mikrofon yang diberikan oleh MC padanya. Ivander memperhatikan orang-orang sekeliling dari atas panggung kemudian ia mulai men
Daniel merasa kesal, karena melihat sang adik diperlakukan dengan sangat buruk.Tadinya Daniel berniat untuk menghadiri acara syukuran empat bulanan yang diselenggarakan oleh Ivander, karena sebelum tragedi buruk di apartemen Cheryl Ivander sempat mengundang Daniel, tapi sayangnya hubungan mereka merenggang karena Cheryl. Siang itu, Daniel berniat untuk menghadiri acara undangan itu dan bermaksud meminta maaf pada sahabatnya tapi saat ia tiba di depan pintu gerbang rumah Ivander, ia mendapati adiknya diperlakukan sangat buruk oleh Ivander, hal itu pula yang menjadi pemicu kemarahan Daniel. Ia bahkan tidak bertanya karena terlalu emosi dan akhirnya ia membawa sang adik pulang begitu saja."Katakan padaku sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Ivander, apa yang kau lakukan dirumahnya tadi hingga Ivander terlihat begitu marah?" Daniel yang baru saja sampai di apartemen, langsung mencecar sang adik dengan pertanyaan bertubi-tubi."Apa maksud kakak berkata seperti itu? apa kakak juga
Daniel menggenggam erat hasil tes kehamilan yang diberikan Cheryl padanya. sungguh, itu sangat membuat Daniel marah. "Kenapa kamu sampai melakukan hal sebodoh ini, hah?" geram Daniel pada adiknya."Aku tidak tahu, pasti ini semua terjadi begitu saja. Waktu itu kami sama-sama mabuk dan terjadilah hal terlarang itu," pungkas Cheryl. "Kurang ajar! aku tidak akan tinggal diam. Aku harus mengambil tindakan!" ucap Daniel dengan penuh kemarahan, kemudian dia segera keluar dari apartemen."Kak, kakak mau kemana?" Cheryl yang merasa penasaran mencoba menahan sang kakak. Ia takut kalau kakaknya melakukan tindakan yang lebih fatal."Diamlah disini! aku akan membuat perhitungan dengan Ivander!" tegas Daniel pada Cheryl. Entah apa yang dipikirkan oleh Daniel saat ini, tapi yang pastinya ia sangat marah pada Ivander karena telah menghamili adiknya dan tidak mau bertanggung jawab.***Setelah kepergian Cheryl dari kediaman Rivandra, acara syukuran tetap berjalan dengan lancar hingga akhir. Akan t
Ivander masuk ke dalam ruang rawat Kiara. Ia melihat Kiara yang sedang terbaring lemah tak berdaya tapi tetap saja wanita itu mengukirkan senyuman diwajahnya."Bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Ivander sambil mendekat ke arah Kiara."Aku baik-baik saja," jawab Kiara dengan mata yang tampak sayu. Saat ini Kiara benar-benar merasa sangat lelah."Maafkan aku sayang, seharusnya ini semua tidak perlu terjadi tapi ...""Tidak perlu menyalahkan dirimu atas semua ini. aku hanya kelelahan. Ini bukan salah kamu, aku saja yang terlalu lemah," ucap Kiara dengan wajah sendu. Ia tidak ingin suaminya menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Kiara."Kia, kamu baik-baik sajakan nak?" Utami datang menghampiri putrinya sambil menatap tajam pada Ivander.Utami merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi pada putri dan calon cucunya. Sejak awal Utami memang tidak menyukai lelaki itu tapi entah kenapa Kiara begitu mencintai pria itu. "Aku tidak apa-apa Bu," ucap Kiara sambil tersenyum. I
Selesai bicara dengan Ivander, Utami kembali ke ruang rawat Kiara. Ia memperhatikan putrinya yang dalam keadaan lemah. Utami kecewa, tapi ia juga tidak mungkin berbuat banyak pada rumah tangga putrinya. Sementara Ivander, meskipun saat ini, berada dekat dengan Kiara tapi pikirannya seakan-akan tidak berada bersamanya. Ia cukup terkejut saat Utami memberikan peringatan keras padanya. Sungguh, Ivander merasa sangat takut membayangkan jika harus berpisah dengan Kiara. *** Di tempat berbeda, Gery sedang disibukkan dengan proyek-proyek yang sedang dijalankan, dikarenakan Ivander sedang sibuk dengan Kiara yang masih sakit maka Gery yang diberikan tugas untuk menghandle perusahaan, tapi ia dikejutkan dengan apa yang baru saja ia temukan saat ini. "Apa-apaan ini? bagaimana bisa saham perusahaan kita anjlok seperti ini?" tanya Gery pada salah satu staf keuangannya sambil mengernyitkan dahinya. Sungguh, ini angkat mengejutkan sekali. Hanya dalam waktu beberapa jam saham perusahaan keluarga
Setelah melewati masa perawatan di rumah sakit, akhirnya Kiara diizinkan oleh dokter untuk kembali pulang. Ivander telah mempersiapkan semua kebutuhan Kiara untuk kembali pulang. "Sayang, kamu yakin akan pulang hari ini?" tanya Ivander pada istrinya sambil membantu Kiara untuk bangkit dan menggendongnya ke kursi roda. Ia cukup khawatir dengan kondisi Kiara yang belum terlalu kuat. Dokter telah menyarankan padanya untuk bad rest di rumah sakit dalam beberapa hari ini, tapi Kiara tidak betah berlama-lama di rumah sakit. Ia bersikeras untuk pulang dari rumah sakit, sehingga mau tidak mau Ivander harus mengikuti keinginan istrinya itu, jika tidak istri kecilnya itu akan menangis. Mungkin hormon kehamilan yang membuat Kiara sedikit manja dan emosional saat ini. "Iya sayang, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah tidak apa-apa. Dokter juga telah memberikan obat penguat kandungan dan vitamin. Ayolah sayang izinkan aku pulang. Pleeeaaasssee," rengek Kiara pada suaminya s
Ivander bergegas menuju ke perusahaannya dan menemui Gery yang sedang berada di ruang kerjanya. "Apa yang terjadi Ger? kenapa perusahaan kita jadi jatuh begini?" raut wajah kekecewaan terpancar jelas dimata Ivander. Ia tidak menduga perusahaan yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun kini nyaris saja bangkrut. "Ini semua karena Daniel, dia telah menyabotase data perusahaan kita, dan mempengaruhi para investor untuk menghentikan kerja sama dengan kita," ungkap Gery padanya. "Keterlaluan, gue ga pernah menyangka dia akan berbuat sepicik ini ke gue," keluh Ivander pada Gery. Belum selesai Ivander menghirup oksigen untuk sejenak menenangkan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar. "Maaf pak, boleh saya masuk" tanya salah satu staf yang kini berada di depan pintu. "Ya, masuklah. Katakan apa yang terjadi, mengapa di luar ribut sekali?" Ivander melihat raut ketakutan pada stafnya. "Di bawah ada banyak wartawan yang ingin meliput berita tentang perusahaan kita pak
Ivander merasa sangat lelah, setelah menghadapi para awak media yang cukup menguras energinya. Ivander ingin segera mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu dan ia memilih untuk kembali ke rumah saja. "Gery, gue cukup merasa lelah hari ini. Gue mesti pulang dulu buat menenangkan pikiran gue. Tolong bantu gue untuk mengurus masalah kantor," pintanya pada Gery. Lelaki itu menganggukkan kepala paham. Ia sangat paham, peliknya permasalahan yang sedang dihadapi oleh Ivander saat ini. "Iya Van sebaiknya Lo istirahat aja di rumah. Gue akan menggantikan tugas Lo di sini," bujuk Gery pada sahabatnya. Ia sangat paham dengan kondisipn Ivander saat ini. "Gue kelihatan cape banget ya?" tanya Ivander sambil mengambil jasnya yang tersampir dikursi. selanjutnya Ivander kembali ke rumahnya. *** Sesampainya di rumah Ivander duduk di sofa sambil melonggarkan dasi yang melekat pada kemejanya. "Sayang, kamu udah pulang?" sambut Kiara pada suaminya sambil membawakan minuman dan cemilan untuk suaminy