Agar ceritanya tetap nyambung, kita kembali ke tokoh utama cerita ini, Manthis de Jong yang sudah terlalu lama kita tinggalkan…!
Suatu hari, Manthis de Jong di undang untuk grand opening sebuah resort merangkap tempat wisata keluarga di Bali.
Selain akan tampil sebagai bintang tamu di acara tersebut, Manthis juga salah satu pemegang sahamnya, inillah salah satu join Manthis dengan perusahaan yang juga di miliki Andrew, suami Sheila. Hubungan Andrew dan Manthis terjalin akrab sejak lama, setelah Manthis berhasil membuat Sheila hamil.
Manthis berangkat dengan dua asistennya dengan pesawat pribadi dari Jakarta, ia langsung menuju resort merangkap hotel itu dan akan tidur di sana. Sorenya dia melakukan chek sound lalu kembali ke hotel dan beristirahat melepas kepenatan.
Tentu ada yang berbeda Manthis kini dan yang dulu, kini setelah chek sound dia benar-benar beristirahat dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh lagi. Sementara dulu, jauh sebelum berumah
Ternyata selama di Bali, justru James lah yang membawa ‘keluarga barunya’ ini jalan-jalan, dia juga makin hari makin akrab dengan Kiki dan Rafsa. Bryan sendiri sejak pagi-pagi isoknya sudah pamit, karena dia disibukan dengan agenda syuting film yang padat dan berpindah-pindah lokasi. Bahkan tanpa di duga, James mengajak Kiki dan Rafsa, termasuk Stefani dan Gerald naik helicopter pribadi keluarganya, sehingga mereka bisa ke jalan-jalan ke Lombok dan muter-muter di seluruh Bali dalam tempo sehari saja. Lalu di hari berikutnya, James tak ketinggalan mengajak keliling ke Kota Surabaya termasuk kota-kota lainnya, dan mereka sempat mampir alias mendarat di sebuah puncak hotel bintang 5, yang ternyata milik keluarganya. Mereka sempat makan siang di hotel tersebut, di sini Stefani dan Gerald melihat bagaimana ‘berkuasanya’ James, dia bak Sultan kecil saja. “Gila ya ka, keluarga di James ini kaya raya banget di Bali hingga Surabaya!” bisik Gerald pada
“Aku ga di bolehin masuk nihh…?” tanya Bryan, wajahnya tetap tenang dan tersenyum kecil. “Hmmm…masuk dehh, aku mau buka warung ibu dulu…!” kata Kania pelan. “Oh ya, aku bantu yaaa..!” sahut Bryan, Kania kini malah kaget karena Bryan ikutan membantu. “Mending kamu ke dalam, biar aku aja yang kerjain ini!” tegur Kania melihat Bryan ikutan sibuk dan kadang malah kebingungan, karena dia tak terbiasa membuka tutup warung kecil ini. Bryan akhirnya ngalah dan dia hanya menonton Kania yang sangat cekatan membuka warung itu, lalu sibuk ngelap meja dan juga wadah-wadah lainnya, keringat kecil terlihat menetes di dahi Kania, Bryan kini duduk saja sambil menonton gadis ini bekerja. Selama menonton itu, baik Bryan atau Kania saling diam-diaman saja, Kania sengaja bikin bunyi gelas atau piring kecil agak nyaring, tujuannya biar Bryan tak bawel bertanya ini-itu. “Ehh Bryan datang, masuk dulu dehh, Kania biar ibu yang lanjutin, kamu temanin dulu Bryan
“Kamu kan tahu, aku bukanlah Lisa atau Yuanita…aku hanya gadis biasa yang miskin, apakah kamu tak menyesal mencintaiku?” Kania kini menatap wajah Bryan.Bryan langsung menggeleng dan tersenyum.“Tidak…ini soal hati, aku ga mandang materi atau status!” Kania langsung mencibir dan mencubit perut Bryan, yang omongannya sok dewasa.“Pasti nyontek dari skrip naskah film, sok tua gitu omongannya,” Kania tertawa berderai. Kaget juga Bryan, baru kali ini dia liat Kania tertawa berderai.“Loh kan benerrr, aku ga mandang materi atau status, tapi mandang cantik, kamu lebih cantik dari dua orang itu!” ceplos Bryan asal.“Gimana sihh, orang serius kok kamu becanda…Lisa dan Yuanita lebih cantik, kan mereka rajin ke salon perawatan!” sungut Kania.“Buktinya kan aku milih kamu, artinya kamu lebih cantik dari mereka!” Bryan nyerocos saja tak mau kalah.K
“Kamu cantik banget Kania…?”“Ahh gombal…!” kata Kania manja sambil memeluk Bryan yang duduk di kursi ruangan tengah yang merangkap ruang tamu itu. Hidung Bryan mulai kembang kempis mencium harumnya tubuh Kania.“Oh ya tadi kita lupa yaa mampir ke mall, belanja-belanja!”“Memang mau belanja apa?” jawab Kania kini duduk di paha Bryan, sambil membelai wajah tampan remaja ini.Kaget juga Bryan, Kania yang biasa kalem dan lembut, malam ini agak berubah, Bryan lupa pengaruh wine yang di minum Kania tadi, membuat rasa percaya diri Kania kini naik berlipat-lipat.“Masa kamu ga mau beli pakaian atau apa gitu?”“Lagi dapat rejeki yaa…!” sahut Kania tertawa. Bryan langsung mengangguk.“Aku dapat bonus, karena film pertamaku laku keras?” sahut Bryan sambil menatap dada Kania yang kini agak terbuka, tapi seperti di sengaja Kania.&ldquo
“Bryan…!” dipanggil begitu, Bryan langsung menoleh dan dia kaget saat melihat wajah mami kandungnya Anita, yang sedang menggandeng adik bungsunya Jenny.Setelah memasukan smartphone ke dalam saku celana jeansnya, Bryan langsung setengah berlari menyongsong ibu yang telah melahirkannya ini.“Mami…heii Jenny…wuihh makin cantik saja adik abang yang satu ini!” Bryan langsung mencium tangan Anita, lalu Bryan menggendong Jenny yang kini makin tinggi saja badannya.“Kamu udah sekolah dasar ya sayangg?” Bryan menatap wajah Jenny yang terlihat tertawa di perlakukan kakaknya ini.“Udah donkkk…Jenny udah mau naik kelas II SD kak, kakak kok jarang pulang sih, Jenny kangennnnn…pake bangettt tauuu!” sungut Jenny.“Iya dehh, kaka minta maaf, nanti akan sering ke rumah dan akan ajak Jeni serta ka Katty jalan-jalan yahh!” Jenny langsung mengangguk senang.Setelah p
Setelah tidur sampai sore, lalu Bryan pun mandi kemudian berpakaian rapi menuju kantor PH milik Om Nadu, ia pun metting dengan sampai malam dengan pria yang juga masih menjadi manajer papinya hingga saat ini.Setelah diberikan masukan-masukan tentang tawaran yang masuk, termasuk endorse-endorse yang bakal Bryan ambil.Bryan pun memutuskan mengambil hanya tiga film saja, itupun Bryan minta syuting dilakukan setelah dia ujian akhir di sekolahnya.Ketiga tawaran film dari produser itu berani membayar Bryan cukup tinggi, yakni di atas 2,5 milyar per fllm. Ini sebuah rekor yang luar biasa bagi seorang pemain pendatang baru yang baru satu kali main film seperti Bryan.Sedangkan endorse hampir semuanya Bryan ambil, sehingga kini cuan Bryan makin bertambah banyak saja. Sampai-sampai Nadu berseloroh, kini Bryan satu-satu artis remaja berpenghasilan besar dan menjadi nomor satu di antara sekian banyak artis muda lainnya.Ketika Nadu menyinggung ada produser
“Dulu kan kamu begitu culun, masa tinggal dorong aja kamu ga berani…!” Lisa tersenyum genit sambil meniup wajah Bryan.“Itu dulu Lisa…sekarang kita sudah beda!” sahut Bryan, hatinya mulai tak karuan.“Bedanya di mana…apakah aku sudah tak cantik lagi di matamu?” desak Lisa. Bryan lalu mendorong tubuh Lisa, tapi Lisa malah memeluk erat remaja ini, sehingga keduanya malah terjatuh di lantai, dengan posisi Lisa di atas tubuh Bryan.Lisa tertawa dan tanpa memberikan kesempatan Bryan untuk bicara, gadis cantik ini langsung memagut bibir Bryan dengan beringas.Bagaimanapun Bryan hanyalah remaja yang labil dan belum berpikir panjang, di pagut begitu oleh Lisa, dia tidak menolak lagi, bahkan meladeninya dengan sama beringasnya.Akibatnya Lisa seakan jadi pelampiasan Bryan yang gagal bercinta dengan Kania malam sebelumnya.Bryan bak hewan heyna yang tidak makan selama sebulan, lalu tiba-tiba dia
Hunting yang dilakukan tim yang sudah berpengalaman memang sangat mujarab mempersingkat syuting, agar tak molor dari jadwal.Setelah menyewa beberapa villa juga hotel semua kru pun nginap di sana, tentu saja ada perbedaan, kalau pemain utama pastinya di kamar yang lebih bagus, tapi khusus buat kru atau pemain pendukung, kamar hotelnya biasa-biasa saja, begitulah hukum alam, yang lagi jaya akan di prioritaskan.Setelah dilakukan berbagai persiapan, syuting pun dilakukan, hari pertama dan kedua syuting berlangsung lancar.Tapi pas hari ke 3 syuting pun terkendala cuaca, yakni hujan yang sangat deras yang turun sejak pagi hari hingga siang hari.Mau tidak mau, karena syuting dilakukan di luar ruangan, sutradara pun minta syuting di tunda dulu. Bryan yang saat itu ketiduran lagi setelah sholat subuh dan bangun kesiangan melihat Reyna, yang kembali duduk termangu di balkon villanya.Kebetulan kamar Bryan dan Reyna bersebelahan, sehingga di
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi