"Jangan sombong dulu, Ciara!"Vierra berteriak. Kedua matanya memerah. Kebenciannya terhadap Ciara tersembunyi di balik senyum. "Meskipun kamu Istri sah Liam, tapi wanita yang dicintainya itu aku."Vierra berkata dengan bangga. Dia melirik Ciara. Lalu, menatap seisi ruang tamu. Dulunya, Vierra sering datang mencari Liam ke rumah ini. Dia mengira, rumah ini akan menjadi kado pernikahannya dengan Liam. Tidak disangka, dia justru menemui wanita lain di sini dan duduk sebagai Nyonya Muda Griffin.Ciara dan Vierra saling pandang. Kontak mata Ciara stabil dan tidak berkelap-kelip. Wajahnya terlihat rileks dan tubuhnya tidak tegang. Karena dia menggunakan napas dalam untuk mengendalikan emosi. Ciara berkata, "Pelakor, tetaplah pelakor. Begitulah kamu di mata keluarga Griffin dan orang luar."Hati Vierra terbakar amarah dan kekecewaan. Semula, dia berniat memprovokasi Ciara agar membenci Liam dan mengajukan cerai. Namun, dia justru berakhir dengan kegagalan.Terlebih lagi, kata-kata Ciara
"Nona, lukisannya udah ketemu." Seseorang berbicara di saluran telepon dengan Ciara. Orang itu adalah Quden. Ciara berdiri di bawah jendela kamar yang terbuka, menatap pemandangan di luar rumah. "Tunggu! Jangan ditutup dulu teleponnya!" pinta Ciara. Dia membalikkan badan. Sore hari ini, Linda dan beberapa pelayan telah selesai melakukan pekerjaan di kamar utama. Mereka mengeluarkan seluruh pakaian serta alas kaki berwarna biru dari dalam lemari sesuai perintah Ciara. Ciara bertanya, "Bi Linda, udah selesai semua, kan? Kalian bisa keluar sekarang!" "Baik, Nyonya." Linda melirik 4 pelayan yang bersamanya. "Tunggu apalagi? Ayo keluar sekarang!" Setelah memastikan pintu tertutup rapat, Ciara langsung duduk di atas ranjang. Lalu, mengaktifkan laptop. "Quden, kamu yakin itu lukisan yang aku cari?" tanya Ciara. Jari-jari tangannya berselancar dengan cepat di atas keyboard. "Iya, Nona," jawab Quden, yakin. "Aku udah pastiin itu lukisan Desa Rancakbengawan karya mendiang Nenek ka
Ciara mendongakkan kepala, menatap wajah sempurna suaminya. Untuk sesaat, timbul rasa kagum akan ciptaan Tuhan yang sempurna di depannya. Keadaan di dalam kamar menjadi ambigu. Ciara menyadari jakun putih Liam bergerak bebas naik turun. Sebelum terjadi sesuatu yang tidak Ciara inginkan, dia segera mengambil tindakan. "Liam, kamu bisa baca, nggak? Tinggal baca aja kok repot?" Dengan gaya cueknya, Ciara berkata dengan tujuan membangkitkan api amarah di dalam diri Liam. Brak! Tangan kanan Liam menggebrak meja. Tatapannya semakin buas saat melihat Ciara, seolah istrinya itu adalah mangsa barunya. Mendapatkan gertakan seperti itu, jantung Ciara terkejut. Dia memejamkan mata sebentar untuk mengontrol degup jantungnya. Terdengar suara tegas Liam. "Cia, jangan main-main! Aku tanya sekali lagi, apa tujuan kamu nulis kayak gini?!"Jari telunjuk kanan Liam menyentuh dagu tirus Ciara. Dagu adalah bagian wajah Ciara yang disukai Liam, selain bibir kecil yang ranum, hidung mancung dan bola
"Kamu berhasil memicu kemarahanku, Cia!" Suara Liam lebih keras dari biasanya. Dia bergegas merebut ponsel Ciara. Namun, terlambat. Ciara berlari menuju ranjang dan naik ke atasnya. "Cia, jangan ceroboh! Gimana bisa kamu ngelakuin hal kayak gini?!" Liam menggertak istrinya. "Sini HP kamu!" Ciara tidak terprovokasi dengan kata-kata Liam ataupun sikapnya yang manipulatif. Ciara tidak mau kalah. Dia berkata, "Kalo gitu, kasih aku uang denda. Liam, cuma segini aja, kok!" Ciara menggoyangkan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis sambil mengedipkan sebelah mata. Liam menghela napas. "Oke. Rp 3 juta, kan? Aku transfer kamu sekarang juga." Liam merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel. Dia membuka akun e-wallet. Ketika hendak mengetik sesuatu, dia mendengar kata-kata Ciara yang menggelitik. "Siapa bilang cuma Rp 3 juta? Rp 30 miliar, Tuan Liam." Liam menghela napas panjang. Lalu, mengalihkan pandangan dari layar ponsel kepada istrinya. Liam menatap Ciara sinis. "Kamu gila?
"Cia, kamu pakai kalung punya siapa?"Mobil sudah berhenti di balai Kota Baubau. Namun, Ciara dan Liam masih berada di dalamnya."Kalung aku-lah," jawab Ciara, ketus. "Emangnya kamu ngerasa beliin aku perhiasan?"Aksa duduk di kursi sopir. Dia melirik kedua majikannya dari kaca depan mobil. Punggungnya berkeringat dingin saat melihat wajah masam Liam.Aksa menegur Ciara. "Nyonya Muda, di dalam ruang ganti kamar utama kan banyak perhiasan. Tuan udah sediain perhiasan buat kamu. Kenapa nggak dipakai?"Ciara tersenyum lebar. "Pak Aksa, kamu udah lama kerja sama Liam, kan? Masa kamu nggak tau?"Liam menarik lengan Ciara, lalu mencengkeramnya. Saat itu pula, pandangan mata mereka beradu."Maksudnya apa, Cia?!" Liam menahan emosi yang sudah meluap sejak berangkat tadi. Ciara menepis tangan Liam. "Perhiasan emang banyak, tapi semua laci penyimpanan dikunci. Yaa, aku bisa apa?"Ada makna tersirat dari kata-kata Ciara. Dia melirik Aksa yang terdiam dan menatap sinis Liam."Suamiku, apa semua
Tidak jauh dari pintu masuk, dua pria sedang merokok. Pria jangkung dengan tatapan tajam bersandar pada mobil sport Lamborghini Veneno hitam miliknya. Dia adalah Viko Bart yang sebentar lagi akan mengambil alih keluarga Bart. Pria satunya lagi menikmati rokok sambil berjongkok. Dia adalah Tuan Muda Atlas Valor yang terkenal playboy dan royal. Viko menghisap rokok terakhir. "Atlas, siapa cewek itu?"Atlas menebak bahwa cewek yang dimaksud Viko adalah Ciara Darwin. Karena Ciara memang menjadi pusat perhatian di depan pintu masuk balai kota. "Maksud kamu, Nona Ciara Darwin?" Atlas balik bertanya. "Aku nggak percaya di Kota Baubau ini masih ada yang nggak kenal dia!"Dengan cuek, Viko mendorong kepala Atlas ke samping. "Aku baru pulang dari luar negeri. Inget, nggak?""Iya, iya. Maaf, aku yang salah," kata Atlas, sedikit kesal. Keluarga Bart dan keluarga Valor adalah keluarga kelas atas yang sudah berabad-abad menguasai Kota Baubau. Selain itu, masih ada 3 keluarga lagi. Mereka adalah
"Oii, Viko!"Suara Atlas terdengar dari belakang Ciara dan Viko. Ciara menghentikan langkah, Viko pun mengikutinya. Atlas protes. "Kalo kamu masuk sama Nona Ciara, terus aku gimana?!"Atlas datang bersama Viko ke acara pesta lelang. Jadi, bagaimana bisa Viko tega meninggalkannya demi wanita secantik Ciara?Viko mengangkat tangan kiri tinggi-tinggi. Dia merasa sahabatnya ini agak bodoh.Tanpa menoleh ke belakang, Viko menjawab, "Kamu kan punya kartu undangan satu lagi. Bisa pakai itu, kan?!"Ciara merasa tidak enak hati. Dia menoleh ke belakang dan melihat wajah Atlas merah padam. "Tuan, diaー"Viko tersenyum. "Abaikan aja!"Karena Viko sudah berkata seperti itu, Ciara hanya bisa mengikutinya. Atlas dengan cepat mengeluarkan kartu undangan miliknya. Sekarang Ciara dan Viko sudah berada di dalam balai kota. Tamu-tamu sudah berdatangan. Ciara berhenti hendak mengatakan sesuatu.Ciara menatap Viko, lalu membungkuk. "Makasih, Tuan ...." Ciara diam sejenak. Dia bukannya tidak mengingat na
"Vierra, kamu duluan aja! Aku mau nunggu Istriku."Liam melepaskan tangan Vierra dari lengannya. Dia menoleh ke kanan dan kirinya, mencari keberadaan Ciara."Tapi, Liamー"Tanpa memedulikan perasaan Vierra, Liam berkata, "Cia nggak punya undangan. Kalo aku masuk sekarang, nanti dia gimana?"Aksa tertegun dengan sikap bosnya. Masih membekas di ingatannya, Liam ingin buru-buru masuk ke tempat lelang. Liam juga menyuruhnya mencari orang untuk mengantarkan Ciara pulang. Hati manusia memang cepat sekali berubah!Vierra cemberut. Dia telah dipermalukan Ciara satu kali. Bahkan sekarang, Liam tidak memedulikannya. "Aku dengar-dengar, ada tanah berkualitas tinggi yang dilelang malam ini."Suara Vierra barusan berhasil menghentikan Liam memikirkan istrinya. Liam datang ke pesta lelang bukan tanpa tujuan. Dia tentu sudah memikirkan banyak hal.Tanpa terduga, Liam berseru pada asistennya, "Aksa, ayo masuk!"Sementara itu di dalam ruang lelang, suasana ramai langsung terasa. Beberapa orang yang m
"Aksa, muka kamu kenapa?"Aksa baru saja tiba. Ciara bertanya padanya dengan ekspresi penuh keterkejutan.Sesuai dengan keinginan Liam, hari ini Ciara tetap berada di rumah. Ciara juga merasakan sekujur tubuhnya nyeri karena Liam. Jadi, dia memutuskan untuk beristirahat seharian di rumah. Ciara sedang berada di ruang santai, menonton drama sambil menikmati beberapa cemilan. Namun, dia segera berdiri saat Aksa datang dengan wajah penuh memar. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan, Ciara bertanya lagi. "Liam mukulin kamu?""Oh, nggak. Aku terpeleset," jawab Aksa, berbohong. Ciara mengerutkan dahinya. Dia tahu, Aksa telah berbohong. Namun, dia tidak mempermasalahkannya. Ciara masih menatap Aksa, meminta jawaban atas kedatangan beberapa wanita berpakaian rapi di rumah. "Nyonya Muda, sesuai dengan perintah Tuan Liam. Aku bawain beberapa mas kawin buat kamu dari Tuan."Linda yang berdiri di samping Ciara, bertanya, "Mas kawin? Nyonya, ini siapa yang mau nikah lagi?
"Seharusnya malam itu, saat kamu ambil keperawanan Cia, aku udah bunuh kamu!"Suara Lucas tegas dan dalam. Ekspresinya terlihat garang. Angga menarik kepala Liam kuat-kuat hingga dia bisa menatap langit-langit ruang kerja. Dia meringis, menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Tapi, hati Liam lebih perih saat tahu Lucas tidak bisa menerima statusnya sebagai Suami Ciara.Lucas berkata lagi, "Liam, aku nggak takut Cia jadi janda muda. Aku akan terus lindungi dia diam-diam."Membuat kesepakatan dengan Hegan Griffin adalah hal terbesar yang Lucas sesali. Jika dia bisa meramal masa depan, Lucas tidak akan membiarkan iblis seperti Liam mengambil peran menikahi Ciara. Liam tidak melindungi Ciara seperti permintaan Lucas. Bahkan Liam memiliki wanita lain hingga mencuat skandal dan membuat Ciara merasa tidak nyaman. Terlebih lagi, Liam dengan berani meniduri Ciara berkali-kali.Lucas tahu betul, sejak Liam meniduri Ciara di hotel pada malam pesta pernikahan mereka, Liam semakin terobsesi
"Berlutut!"Suara dingin itu milik Lucas. Vila Keluarga Griffin.Di vila inilah, Lucas tinggal bersama orang-orangnya. Sebelum menikah, Liam juga tinggal di sini bersama orang tua dan saudara-saudaranya. Namun karena Liam sudah menikah dan keluarganya telah tiada, jadi vila ini hanya ditempati Lucas. Cucu-cucu keluarga Griffin tinggal terpisah dengan Hegan Griffin. Sebagai tetua, Hegan tinggal di rumah lama atau rumah leluhur keluarga. Sejak datang tadi, Lucas menyuruh Angga menghajar Liam habis-habisan. Selain sudut-sudut bibirnya yang berdarah, wajah tampan Liam membengkak dan penuh memar. Walaupun merasakan sakit pada wajah dan bagian tubuh lainnya, tetapi Liam tidak melawan Angga sedikitpun. Karena melihat Liam enggan berlutut, Angga segera menendang kaki belakangnya. Bruk!Mau tidak mau, Liam berlutut di hadapan Lucas. Selain orang tuanya dan para tetua, dia tidak pernah berlutut di depan orang lain, terlebih sampah yang dipungut seperti Lucas! "Aku cukup tau diri nggak n
Urat nadi di kening Liam menonjol keluar. "Cia, kamu tau nggak berapa nilai 10% saham Griffin Group?"Liam percaya, ada seseorang yang telah menghasut Ciara untuk meminta saham perusahaan keluarga Griffin padanya. Dan orang yang paling mencurigakan adalah Lucas Griffin. Ciara mengangguk. "Karena aku tau nilainya, jadi aku minta sama kamu. Apa ada yang salah?"Ciara bukanlah perempuan yang irasional. Dia berasal dari keluarga kelas satu. Di masa lalu, keluarga Darwin adalah keluarga terkaya di Kota Baubau. Selain akrab dengan kehidupan hedonis, keluarga kelas satu biasanya tidak memamerkan diri. Selain itu, Ciara banyak melihat tentang pernikahan kalangan atas. Di kalangan atas, banyak istri dari keluarga kaya tidak bisa mendapatkan kekayaan suaminya. Tidak ada pasangan suami istri yang saling mencintai di kalangan atas. Semua itu adalah palsu. Jadi, Ciara menganggap pernikahannya dengan Liam tidak ada bedanya dengan mereka. Tapi di mata Liam, Ciara sedang mengungkapkan sifat asli
Tanpa sepengetahuan Ciara, Liam tersenyum mendengar ocehannya. Dia menyimpulkan bahwa Ciara cemburu padanya. Pikirannya melayang-layang seperti awan di langit musim gugur, penuh dengan kenangan yang samar-samar.Ciara tidak sadar telah masuk perangkap Liam. Karena faktanya, Ciara salah paham dengan beberapa video dan foto yang dikirim Vierra. Malam itu, Liam berpura-pura mabuk. Liam membiarkan Vierra membawanya pergi ke apartemen. Liam juga membiarkan Vierra melakukan apapun padanya, termasuk memfotonya dengan vulgar. Padahal tidak terjadi apa-apa diantara mereka.Liam menggunakan Vierra karena ingin tahu reaksi Ciara. Pagi harinya, Liam terbang ke Kota Horizon meninggalkan Vierra. Sebelum pergi, Liam menyuruh Cotta mengirim Vierra kembali ke negara asalnya.Hati Liam yang sebelumnya sepi seperti kota mati, kini berbunga-bunga. 'Nggak disangka taktik aku berhasil!' Melihat Ciara cemburu, artinya Liam berhasil menempati posisi di hati istrinya. 'Nggak sia-sia aku biarin Vierra mere
"Nyonya, mau makan malam apa?"Pukul 08:00 malam waktu Kota Baubau. Ciara sudah kembali ke Majestic Manor. Wajahnya terlihat lesu. Dia benar-benar sudah lelah. Linda telah menunggunya pulang sejak sore tadi. Jadi, begitu mendengar suara deru mesin mobil Ciara berhenti di halaman depan, Linda bergegas menyambutnya. Sambil menaiki anak tangga, Ciara menjawab, "Nggak usah. Aku udah makan."Ciara menjawab dengan cuek, meninggalkan Linda yang berdiri mematung di anak tangga paling bawah. Langkah Ciara terhenti di anak tangga paling atas. Dia menoleh ke lantai bawah. "Aku capek, mau langsung istirahat aja."Linda mengangguk. "Panggil aku kalo butuh sesuatu!"Ciara tidak membalas. Tubuhnya sudah letih. Dia ingin cepat-cepat pergi tidur. Sesampainya di kamar, Ciara langsung mandi air dingin. Lalu, memakai rangkaian skincare perawatan kulit sensitif dan bersiap tidur. Dia memadamkan penerangan utama. Lalu, menyalakan lampu tidur. Saat kepalanya menyentuh bantal, dia langsung tertidur p
"Yolanda Ega Wijaya, salah satu dewan eksekutif K.C Tobacco yang menjabat sebagai CHRO telah ditangkap dengan tuduhan korupsi."Ciara membaca headline berita hari ini yang menggemparkan kota Baubau. Bahkan nama Yolanda masuk pencarian populer teratas di situs internet. Tidak sedikit netizen yang geram menyerbu akun sosial media K.C Tobacco terkait berita hangat ini. Mereka mengecam tindakan Yolanda dan memuji sikap K.C Tobacco dalam menindak tegas para koruptor. Ciara sudah beristirahat selama 2 jam. Sekarang, dia sedang bersandar di atas ranjang ruang istirahat. Tubuhnya masih lemah. Namun, raut wajahnya sudah mulai sedikit memerah. Quden yang duduk di sampingnya merasa khawatir. Dia tidak boleh lalai menjaga Ciara. Atau dia akan mendapatkan hukuman mati dari Lucas dan orang-orangnya!Ya!Lucas diam-diam melindungi Ciara. Bukan hanya membantu mengangkat K.C Tobacco ke posisi tertinggi di dunia bisnis, tetapi Lucas juga mengirim beberapa orang terpilih untuk menjaga Ciara. Quden b
"Bapak-bapak Polisi, silakan masuk!" Igoy membuka pintu dan menyambut kedatangan lima orang polisi. Satu diantaranya adalah polisi wanita. Yolanda terperanjat. Dia menengadahkan pandangan ke arah Lucas dan Ciara. Yolanda panik. "Tuan Lucas, ada apa ini? Kenapa ada polisi di sini?" Yolanda meraih tangan Lucas sambil memohon, "Tuan Lucas, aku nggak bersalah. Keluarga Wijaya lah yang memanfaatkan aku." Lucas tidak suka sentuhan. Terakhir kali orang yang bersentuhan dengan Lucas adalah mantan tunangannya. Jadi, dia buru-buru menyingkirkan tangan Yolanda dan menatapnya seperti melihat kotoran. Menyadari Tuannya marah, Igoy langsung menghardik Yolanda, "Jangan sentuh Tuan Lucas!" Igoy, berkata, "Lagipula, kamu memohon pada orang yang salah, Bu Yolanda. Pergilah memohon pada Nona Ciara!" Omar dan Adnan mendampingi Polisi yang masih memeriksa beberapa barang bukti berupa dokumen yang dibaca Yolanda tadi dan beberapa foto. Sementara Yolanda memalingkan wajahnya, menatap Ciara yang an
"Tuan Lucas!"Angga masuk ke ruangan khusus membawa beberapa dokumen. Lalu, dia berdiri di belakang Lucas. Lucas melirik Angga. Kemudian, menyeringai. "Coba lihat ini, Bu Yolanda!"Lucas melemparkan beberapa foto ke atas meja disusul dengan tumpukan dokumen di tangan Angga. Pupil mata Yolanda menyusut saat melihat foto-foto dirinya dan Hamid terpampang jelas. Bibir tebalnya bergetar hebat bersamaan dengan punggungnya yang basah karena keringat berlebihan. Terlambat!Yolanda sudah tidak bisa mengelak lagi!Ini bukan lagi tuduhan yang tidak mendasar, melainkan sekumpulan bukti pengkhianatannya. Lucas bertanya dengan nada menyindir, "Bu Yolanda, kamu nggak berniat periksa dokumen satu persatu?!"Yolanda berkedip berulang kali ketika tatapannya bertemu dengan mata hitam Lucas. Dengan kedua tangan bergetar, dia meraih dokumen paling atas. "Iーini adalah ...."Yolanda membuka halaman dokumen yang pertama. Tidak lama, kelopak matanya berkedut. Yolanda terbelalak. 'Iーini ... bukti perca