Share

Sarwari

Penulis: Be Maryam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Resto mewah dengan ukiran disetiap dinding dan tiangnya. Deretan patung besar berdiri seakan menyambut tamu yang datang. Aroma lavender dan suara genggong menyempurnakan keindahannya. Resto dengan desain bali ini menjadi tempat istimewa dan kerap dikunjungi banyak pelancong. Terutama mereka yang berasal dari luar negeri, mengaku merasa nyaman saat berada di dalamnya. Tidak heran jika Sanjaya memilih tempat ini untuk mengadakan makan malam. Ruang VIP sudah dipesan dan kini Baswara terlihat duduk di sana.

“Hai Bas!” sapa Jane yang terlihat hadir seorang diri. Bergaun indah dan terbuka dibagian atas. Terlihat anggun dengan balutan warna putih, terlihat senada dengan keadaan resto.

“Hai,” jawab Baswara yang kemudian melirik ke sisi belakang Jane seakan tengah mencari seseorang.

“Daddy akan datang terlambat, begitu pula dengan Tuan Sanjaya,” jelas Jane yang begitu peka akan sikap Baswara.

“Oke,” jawab Baswara tenang dan kembali melirik ke layar gawainya. Hatinya bergemuruh, pikiran buruk kembali menghinggap. Jauh di dalam hati, ia bergumam, “Jangan bilang jika ide makan malam ini hanya untuk mendekatkan diriku dan Jane. Jika itu benar, maka aku akan menyelesaikannya lebih awal. Agar mereka tahu rasa tidak senangku.”

“Baswara, apakah kamu bisa membantuku memilih menu makanan?” tanya Jane yang kini membuka buku menu yang ada dihadapannya.

“Ya, tentu,” jawab Baswara dengan senyuman manisnya. Jane terlihat senang, baginya ini pertanda baik bahwa Baswara mulai membuka hati untuk mendekatkan diri padanya. Namun, ternyata dugaan Jane salah. Baswara meminta bantuaan seorang pelayan pria untuk membantu Jane menentukan menunya. Lalu kembali duduk sambil menatap layar ponsel.

“Sorry, Jane. Aku tidak ingin kamu dan ayahmu berpikir lebih untuk kedekatan kita,” gumam Baswara dengan wajah puas. Sebenarnya Baswara sadar benar akan sikap tidak santunnya yang terus menatap ponsel saat ada seseorang di hadapannya. Namun, ini menjadi salah satu caranya untuk memberitahukan kepada Jane rasa tidak senangnya.

Dari kejauhan Tuan Mark dan Sanjaya melangkah masuk memasuki ruangan Baswara. Keduanya berbincang hangat layaknya sahabat. Sepertinya mereka mulai membangun kedekatan untuk sebuah niatan yang sama, yaitu menjodohkan Jane dan Baswara.

Melihat kedatangan keduanya Baswara dengan segera menyimpan gawainya. Prasangka buruknya kini sirna, terbantah dengan kedatangan keduanya. Ternyata benar, ada hal yang membuat keduanya harus datang terlambat. Sepertinya yang Tuan Mark katakan, “Maafkan saya Baswara. Tuan James mengalami kendala dan tidak bisa hadir, hingga membuat saya datang terlambat,” ungkapnya dengan wajah merasa sungkan.

Makan malam berlangsung damai. Tidak ada pembahasan yang menuju perjodohan, hingga membuat Baswara nyaman dan membatalkan niatnya untuk pulang lebih awal. 

“Makanan Indonesia selalu terbaik. Meskipun saya tidak terbiasa dengan nasi, namun bumbu pada daging dan sayurnya membuat lidah saya puas,” ungkap Tuan Mark yang kini menyandarkan tubuh pada sandaran kursi dengan perut yang sedikit mengembung karena kekenyangan. Membuat Jane merasa malu, terlihat dari lirikan dan dahinya yang mengernyit.

Pembahasan berlanjut mengenai tempat destinasi yang ada di Indonesa. Beberapa tempat pilihan pun disebutkan, “Nusa Penida di Bali, Tamat Laut Bunaken di Sulawesi Utara, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, Kepulauan Raja Ampat di Papua dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya takut Tuan akan merasa nyaman dan enggan kembali ke Amerika.”

Jawaban Baswara membuat Jane dan Tuan Mark tersenyum malu. Secara tidak langsung, sikapnya membenarkan perkataan Baswara. Keadaan seketika berubah riuh dengan tawa kecil saat Baswara menceritakan beberapa lucu menggunakan bahasa daerah. Meskipun Tuan Mark dan Jane terlambat tertawa karena harus dijelaskan terlebih dulu akan artinya, namun berhasil membuat Tuan Mark terpingkal senang.

Tidak terasa malam kian larut. Meskipun Tuan Mark terlihat masih betah, namun Jane memintanya pulang. Mereka berpisah, di mana Sanjaya pulang dengan supirnya dan Baswara mengendarai sendiri mobil sport kesayangannya.

“Sialan, kunci mobilku tertinggal,” seru Baswara saat berada di parkiran. Dengan sangat terpaksa Baswara kembali memasuki resto dan tanpa sengaja tertabrak seorang bocah kecil.

“Kamu?” ucap Baswara dan Soga secara bersamaan.

“Jangan mengaku dewasa jika kamu tidak mau bertanggung jawab! Tidak malukah kamu bertemu denganku?” ucap Soga dengan lantangnya. Ia berdiri tegak sembari menunjuk Baswara dengan tatapan tajam.

“Hei, bertanggung jawab? Apa yang sedang kau katakan? Aku tidak mengerti,bocah!” ucap Baswara sembari menahan amarahnya. Tangannya mengepal dengan wajah memerah, terlebih saat banyak mata menatap ke arah dirinya. Merasa hina dan direndahkan, Baswara hampir melayangkan tinjunya.

“Anak yang kau tabrak tempo hari. Kami yang menyelamatkannya.”

Dahi Baswara mengernyit, ia dengan yakinnya merasa tidak menabrak siapapun. Tatapannya kian tajam dengan suara mengintimidasi, ia berkata, “Tuan kecil Soga, bisakah kau menjelaskan maksud perkataanmu dan bisakah kau bersikap layaknya Tuan muda.”

Soga seketika tersadar, matanya menatap kesekitaran yang kini masih menatap ke arah mereka. Dengan refleks ia menepuk dahi dengan telapak tangannya, lalu menghembus napas berat dari mulutnya.

“Maafkan aku, aku terbawa emosi setiap melihat wajah anda,” ucap Soga, kali ini lebih lembut dan santun menunjukkan rasa hormat.

Baswara kian kesal, meskipun sikap Soga lebih baik dari sebelumnya, namun kata-katanya tetap saja merendahkan dirinya.

“Anda menabrak seorang pengamen kecil di jalanan. Tubuhnya terdorong keras saat anda menyalakan mobil sport merah dengan plat 134S,” jelas Soga yang terlihat mencoba mengingat nama jalan yang tengah mereka lalui tempo hari.

Dernyit dahi Baswara kian melengkuk dalam. Entah mengapa ia masih merasa tidak pernah mengalami hal yang Soga katakan.

Di lain sisi Kana, supir dan seorang pria dewasa sibuk mencari keberadaan Soga. Mereka berpencar dan mencari kesegala sisi. Keadaan resto yang luas membuat mereka cukup kesulitan menemukan Soga yang sering bersembunyi untuk menyibukkan mereka.

“Baiklah, jika benar apa yang kau katakan. Beritahu aku, di mana kecelakaan itu berada. Jika kau bisa menjelaskan dengan lengkap, maka aku akui kesalahanku dan aku akan bertanggung jawab sesuai keinginanmu,” tantang Baswara dengan tatapan merendahkan Soga.

Bocah itu terlihat berpikir keras, ia masih mengingat dengan baik jam dan tanggal kejadian. Namun, tidak dengan nama jalan. Ini membuat dirinya menjadi merasa malu karena tidak bisa membalas tantangan Baswara.

“Soga,” ucap seseorang sembari mendekati keduanya.

Tatapan mereka kini beralih pada orang itu. Wajah Soga seketika sumringah karena merasa yakin bisa mendapatkan jawaban yang ia butuhkan, namun tidak dengan Baswara. Ia memfokuskan tatapan mata dan meyakinkan diri akan sosok yang sedang ia lihat. Seseorang yang terlihat tidak asing itu kian lama kian mendekat ke arahnya.

Bab terkait

  • Adoration   Bhama

    “Bas, Baswara, mengapa kau termenung?” tanya Sam membuyarkan lamunan Baswara yang sedari tadi terduduk menatap lantai.“Ah, ya, maksudku tidak,” ucap Baswara dengan salah tingkah.“Aku yakin ada sesuatu yang terjadi. Tidak mungkin seorang Baswara rela bangun begitu pagi dan mengunjungiku ke rumah sakit, jika tidak terjadi sesuatu.”Wajah penuh yakin Sam saat menatap Baswara membuat dirinya tidak berkutik. Dengan mata beralih pandang, Baswara pun mulai menceritakan kejadian yang terjadi tadi malam.***Seorang pria dewasa datang menghampiri Soga dan Baswara. Berbaju rapi bak eksekutif muda dengan berbalut jas. Melangkah tenang dengan tatapan ramah.“Soga, apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya dengan sedikit berbisik.“Bisakah Yaya memberitahukanku jalan yang tempo hari aku lewati. Aku tidak tahu namanya,” ungkap Soga dengan wajah penuh harap.Tetapi sayang pria i

  • Adoration   Cihna

    “Sam, bagaimana keadaanmu saat ini?” tanya Baswara melalui gawainya.Bukannya menjawab, Sam malah tertawa terbahak hingga sulit berhenti. Sedangkan Baswara hanya diam, tidak seperti biasa akan kembali meledek Sam.“Kau sudah menanyakan ini sejam yang lalu, Bas. Apakah kau begitu gerogi untuk bertemu dengan Kana?” tanya Sam dengan begitu yakin.“Andai kau bisa keluar dari rumah sakit dan menemaniku di sini, Sam,” ungkap Baswara dengan nada yang bergetar.“Hahahaha, Baswara Sanjaya. Aku tidak menyangka, dibalik kesempurnaan yang kau miliki. Ada kekurangan yang begitu mempermalukan, terlebih mengingat status playboy-mu di masa lalu.”Wajah Baswara memerah bukan karena marah, melainkan malu akan kejujuran Sam yang begitu mengenal baik dirinya.“Aku harus kembali, sepertinya Kana sudah tiba. Aku harap semua berjalan lancar,” ucap Baswara sebelum memutus panggilannya.Gemuruh mengh

  • Adoration   Sakahni

    “Soga, mengapa kamu berkata begitu?” tanya Kana dengan wajah bingung sembari menatap ke arah Baswara dan Soga bergantian.“Bunda, dia pria yang sempat aku ceritakan kemarin,” jelas Soga dengan sedikit merengek.Kana terdiam dan mencoba mengingat, sedangkan Baswara menatap kaku setelah mendengar Soga memanggil Kana dengan sebutan Bunda.“Bunda? Jangan bilang kalau bocah ini adalah anak dari Kana,” gumam Baswara dengan rasa nyeri dihatinya.Begitu pula Kana yang kini menatap balik ke arah Baswara, sepertinya ia merasa tidak yakin bahwa sosok yang diceritakan Soga tempo hari adalah Baswara.“Sepertinya terjadi kesalah pahaman,” ucap Baswara yang mencoba mencairkan suasana.“Kana, Soga, ayo kita pulang!” ajak seorang pria dengan tatapan penuh kasih.Belum lagi Baswara bisa mengontrol hatinya, pria itu datang dan menambah ketegangan.“Bukankah anda yang kemarin tempo

  • Adoration   Salindri

    Baswara tiba di apartemen dan menemui petugas apartemen yang merupakan orang suruhannya. Keduanya telah membuat janji bertemu di area parkir. “Informasi apa yang ingin kau katakan padaku?” tanya Baswara dengan wajah yang begitu ketat. Sangkin ketatnya, cukup membuat si petugas apartemen menjadi gugup dan sedikit takut. “Begini Tuan, saya memperhatikan bahwa ada dua orang pria yang sering mengunjungi apartemen anda. Salah satu dari mereka tidak pernah lagi terlihat datang,” jelasnya dengan wajah serius. “Pria yang kau maksud, ini bukan?” tanya Baswara sambil menunjukkan wajah Sam yang ada di layar gawainya. Kedua mata si petugas terbelalak, ia menatap takjub ke arah Baswara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak menyangka, Baswara memiliki foto pria yang ia maksud. “Namun, masih ada satu orang pria lain yang juga sering berkunjung kemari. Dia selalu mengenakan baju kaos dan topi hitam lengkap dengan maskernya. Saya berusaha memperhatik

  • Adoration   Yama

    Bel apartemen berbunyi, dengan segera perawat itu bangkit dan membukakan pintu. Kedua matanya terlihat memerah, masih dengan tubuh gemetar ia menyambut kedatangan Alea.“Ada apa?” tanya Alea dengan wajah bingung.“Baswara mencarimu, ia menekanku akan kepergianmu yang tanpa pengawasanku,” jelas perawat itu sambil menyeka air matanya.“Tenang saja, biar aku yang menghadapinya!” ucap Alea dengan langkah mantap menuju ruang tengah.“Apakah anda sudah lama datang dan ... apakah anda datang untuk menemuiku?” tanya Alea dengan raut wajah tidak merasa bersalah.“Tidak, aku datang untuk menemui perawatmu. Aku ingin tahu seperti apa perkembanganmu. Sebagai pelaku, bukankah ini merupakan hal yang wajar untuk aku lakukan?” tanya Baswara dengan lantangnya. Matanya terus menatap tajam keseluruh sikap tubuh Alea.“Kau sedikit berbeda hari ini, Alea. Kau tidak lagi bersikap lugu dan mal

  • Adoration   Agnimaya

    Sam disambut hangat oleh banyak karyawan. Ternyata ketidakhadirannya selama ini cukup dinanti banyak orang. Meskipun dirinya tidak setampan dan berkarisma seperti Baswara, namun sikap lembut dan senyumnya yang ramah selalu berhasil menyegarkan penat pagi karyawati di sana.“Pak Sam! Saya tidak menyangka anda sudah bisa kembali hadir. Di mana Tuan Baswara? Mengapa anda datang seorang diri?” tanya gadis tinggi yang tidak lain sekretarisnya sendiri.“Tuan Baswara mungkin akan datang terlambat. Apakah semua berjalan dengan lancar?” tanya Sam dengan tatapan meledek.“Jika boleh berkata jujur, saya merasa takut dan cemas selama melayani Tuan Baswara. Saya harap, Bapak selalu dalam keadaan sehat. Sepertinya hanya Bapak yang paling baik dalam mengurusi semua kebutuhan Tuan Baswara,” ungkap gadis itu dengan wajah sedikit cemberut.Sam hanya tersenyum, kini ia telah tiba di ruangan kerjanya. Sepuluh hari berada di rumah sakit mem

  • Adoration   Tandri

    Baswara kini terbaring di atas ranjang dan tertidur begitu lelap, sepertinya suntikan perawat berhasil mengusir rasa sakitnya. Wajahnya sedikit memucat dengan banyak bulir keringat membasahi tubuhnya.Kana hanya bisa duduk memandangi wajah tampan Baswara. Rasa hawatir yang begitu berlebihan terekam jelas di wajahnya.“Bunda, mengapa Bunda memasang wajah seperti itu?” tanya Soga yang ternyata sedari tadi terus memperhatikan wajah Kana.Kana hanya tersenyum, menggelengkan kepala sambil mengelus lembut rambut Soga.“Apakah dia pria baik? Mengapa Bunda terlihat begitu hawatir?” tanyanya kembali yang seakan tidak puas akan jawaban Kana.“Ya, dia pria yang baik, sayang.”Soga terdiam, matanya memandang tajam ke arah Kana. Sepertinya ia menyadari suatu hal, namun ia tidak yakin akan apa yang ia rasa.“Mengapa kau memandangku seperti itu?” tanya Kana yang kini justru memperlihatkan wajah bingung

  • Adoration   Abhipraya

    Baswara masih terbaring dengan kedua mata terpejam. Namun, bibirnya melengkung tanda bahagia. Tidak hanya itu, bahkan kedua pipinya terlihat merona saat ini.“Apakah kau tahu apa yang ia lakukan selama aku pingsan?” tanya Baswara yang sepertinya sedang menghadirkan bayangan Kana dalam ingatannya.“Tidak, aku tidak tahu,” ungkap Sam dengan tenangnya.“Apakah perawat di sini mengatakan sesuatu tentangnya, mungkin dia hawatir atau terlihat sedih mungkin?”“Tidak, Bas,” jawab Sam dengan nada seakan menunjukkan rasa bosan akan pertanyaan yang dilontarkan.“Apakah kau bertemu dengannya?”“Tidak, aku datang dan menemukanmu seorang diri di kamar ini.”“Apakah dia meninggalkanku begitu saja setelah perawat menanganiku?” tanya Baswara, namun kali ini dengan nada sedikit kecewa.“Aku rasa tidak begitu, dia hanya harus pergi.”“Sam,

Bab terbaru

  • Adoration   Hadiah Terindah

    Kana dan Soga dibawa ke sebuah tempat di kota kecil. Mereka melakukan perjalanan delapan jam lamanya. Menelusuri jalan sempit dengan banyak pohon tinggi di sekitaran. Jalanan yang menanjak dan udara yang sejuk seperti menuju puncak.“Bas, kita mau ke mana?” tanya Nesa yang merasa bingung akan jalan yang tengah mereka tuju.“Ke rumah kita,” sahut Baswara dengan senyuman.“Rumah kita? Maksudnya kamu beli rumah baru untuk kita?” tanya Kana yang merasa tak mengerti akan maksud ucapan Baswara.“Daddy ingin beri kejutan loh, Bun. Iya kan Dad?” sahut Soga yang kini mulai menikmati perjalanan. Bibirnya terus tersenyum. Sesekali ia membuka kaca jendela dan membiarkan angin menyapu lembut rambut merahnya.“Soga apa kamu siap?” tanya Baswara.“Oke, Dad.”Mobil pun berhenti di te

  • Adoration   Keluarga Baru

    Baswara tak sadarkan diri. Ia pun kini terbaring lemas di atas ranjang. Tertidur dengan wajah memucat dan pipi memerah. Bingung, Kana meminta dokter pribadi keluarga Soga untuk datang memeriksakan Baswara.“Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang berarti. Suhu tubuhnya pun normal, begitu pula dengan tekanan darahnya. Saya rasa Tuan Baswara hanya sedang kejang otot saat berenang. Yang kemungkinan karena tidak melakukan pemanasan sebelumnya,” jelas Dokter yang kemudian memberikan obat lalu permisi pulang.“Dad, rencana kita berhasil,” bisik Soga yang sedari tadi berdiri di samping Baswara. Sedangkan kana keluar kamar untuk mengantarkan dokter pulang.Baswara mengedipkan matanya. Lalu keduanya kembali berakting saat Kana memasuki kamar.“Soga ambilkan air hangat ya untuk Bunda,” ucap Soga yang dengan sengaja meninggalkan Baswara dan Kana berdua. Tak lupa ia me

  • Adoration   Tragedi di Kolam Renang

    Hari-hari dilalui dengan senyuman dan kebahagiaan. Kana tak menyangka kehdarian Baswara di rumah mereka mberhasil menyempurnakan hidup mereka. Pagi ini Kana telat bangun, betapa kagetnya ia saat melihat ke arah jam dinding.“Telat!” gumam Kana yang segera melompat dari tempat tidur. Ia merasa bingung sendiri harus ngapain. Terlebih Baswara sudah tak lagi ada di atas ranjang.“Tenang, tenangkan dirimu Kana. Basuh wajah dan ke dapur. Oke!” ucapnya yang kemudian lari ke kamar mandi.Kini Kana terduduk di depan cermin. Matanya terlihat sendu menatap wajahnya. Berulang kali jemarinya menyentuh bagian pipi dan mata.“Pucat banget yah, sembab gitu matanya. Apa aku pakai make up aja? Tapi aku enggak biasa pakai begituan. Aku ... ah, udah ah. Begini aja,” gumam Kana yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Kakinya melangkah membawa menuju dapur, te

  • Adoration   Perjuangan Meraih Restu

    “Pagi sayang,” sapa Baswara yang kini tersenyum menatap wajah Kana.“Udah jam berapa?” tanya Kana yang seketika kaget melihat Baswara sudah mengenakan kemeja rapi.“Kamu bobok aja. Aku harus melakukan panggilan video ke klien. Jadi aku harus mengenakan kemeja yang rapi kan?” ucap Baswara.Kana hanya bisa tersenyum geli melihat keadaan Baswara saat ini. Mengenakan kemeja dengan celana olahraga di bawahnya. Kana hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Baswara.“Jam empat?” gumam Kana yang tak menyangka bahwa ini masih pagi buta.“Yah, maaf kalau ganggu tidur kamu,” ucap Baswara yang kini kembali membuka kemejanya. Ia pun menaiki ranjang dan kembali berbaring. Tangannya memeluk manja tubuh Kana dengan kepala yang bersanda menyentuh lengan Kana.“Aku masih ingin tidur,” sambungnya setela

  • Adoration   Budak Cinta

    Tiada hari tanpa kemesraan dan kini Kana mulai terbiasa dengan hal ini. Tak hanya melakukannya di kamar, bahkan kini mereka berani melakukannya di banyak tempat. Seperti yang terjadi saat ini.Kana yang tengah asik duduk di taman pun dikejutkan akan kedatangan Baswara. Ia hadir membawa nampan berisi buah dan segelas jus jeruk. Bak pelayan yang sedang melayani putri raja, Baswara merundukkan badan untuk menyerahkan nampan.Seakan memainkan peran, Kana pun dengan angkuhnya berucap, “Sulangi saya!”Baswara pun tersenyum. Ia meletakkan nampan dan duduk di samping Kana. Tangan kanannnya siap hendak menyulangkan. Namun, bukannya mengangakan mulut. Kana justru kembali berlakon. Ia menunjuk ke arah lantai seraya berkata, “Enggak ada pelayan yang duduk sebangku dengan tuan putri!”“Ba, baik, Tuan putri,” ucap Baswara yang kini bangkit dan bersiap hendak berdiri dengan kedua

  • Adoration   Perjuangan Baswara

    Kana masih tidak menyangka ia telah menikah dengan Baswara. Hampir setiap malam ia tidak merasa tenang. Tidur dengan Baswara masih terasa asing untuk dirinya. Ia berulang kali menatap diri di cermin dengan jutaan perasaan yang bercampur aduk.“Kok aku jadi begini? Kenapa enggak bisa bersikap biasa aja?” gumamnya yang terus merasa ada sesuatu yang kurang dari wajahnya.Kembali teringat akan pembicaraan mereka di malam pertama. Saat itu Kana terlihat tak siap untuk tidur bersama Baswara. Sikapnya yang menjaga jarak dengan pria membuat ia bingung sendiri. Namun, ia sangat bersyukur karena Baswara sangat mengerti dirinya.“Kamu malu?” tanya Baswara sembari menatap genit Kana.“Ah, kamu udah makan?” tanya Kana mengalihkan pembicaraan.“Aku belum selera. Tapi aku mau makan yang ada di sini,” ledek Baswara. Ia semakin senang menggoda Kana

  • Adoration   Siasat Baswara

    “Aku mengirim seseorang untuk bekerja di sana. Ia orang yang cerdas. Dengan mudah ia bisa mengetahui semua informasi tentang perusahaan. Membaca kinerja dan cara kerja mereka. Dari dia pula, aku tahu kamu dipaksa menikah dengan Arya.”“Kenapa kamu diam aja? Apa kamu mau aku menikah dengan Arya?” ungkap Kana kesal. Ternyata selama ia terjepit keadaan, Baswara mengetahui dan memilih diam. Betapa kesalnya ia. Padahal ia begitu berharap akan kedatangan Baswara untuk membantunya.“Jangan begitu, wajah itu membuat aku ingin menciummu lagi dan lagi,” ucap Baswara dengan tangan menyentuh dagu Kana.Wajah cemberut Kana pun seketika berubah menjadi malu. Pipinya memerah, entah sejak kapan Baswara menjadi lembut dan perhatian begini. Hingga membuat Kana bertanya-tanya dalam hati, “Ini Baswara kan?”“Nah, gitu dong. Kan manis.”Kana

  • Adoration   Pengakuan Baswara

    Mulai terbiasa disentuh Baswara. Kini Kana tak lagi malu jika bermanja di rumah. Bahkan di setiap saat, keduanya terus lengket seperti perangko. Duduk di ruang tengah sambil membaca majalah, Baswara senang menjadikan paha Kana sebagai bantal. Begitu pula saat di taman, Baswara yang duduk bersandar pada bangku membiarkan lengannya menjadi sandaran Kana.Kebahagiaan yang Kana rasa ternyata juga dirasakan penghuni rumah lainnya. Mereka pun mulai mengatakan apa yang mereka ketahui tentang Arya.“Bun, maaf ya, Bun. Maaf banget. Sebenernya ...”Si Mbok pun membuka cerita. Ia berulang kali mendengar Arya menghubungi seseorang dan membahas harta yang akan didapatkan Soga. Arya berniat merubah jumlah itu dan membiarkan ia mendapat jatah cukup banyak setelah menjadi orang tua asuh Soga.“Kenapa Mbok baru cerita sekarang?” tanya Kana dengan nada sedikit kecewa. Meskipun begitu, ia tidak

  • Adoration   Daddy

    Baswara memutuskan untuk tinggal di rumah Soga. Mengawali hari yang baru di sana. Sebagai keluarga, Soga sudah menerima Baswara sepernuh hatinya. Bahkan mereka begitu dekat dan kerap menghabiskan waktu bersama. Membuat Kana geleng-geleng kepala melihatnya.“Bun, Soga berangkat dulu yah!” ucapnya sembari memberi kecupan pada Kana. Lalu berjalan mendekati Baswara melayangkan tinju yang kemudian dibalas dengan tinju Baswara. Lalu tersenyum dan melambaikan tangan seraya berkata, “Bye, Dad!”Terperangah, Kana merasa tak salah mendengar. Hingga ia pun mendekati Baswara yang sedang duduk di meja makan.“Daddy? Soga panggil kamu Daddy?” tanya Kana dengan wajah polos dan lugunya.“Kamu salah dengar kali,” jawab Baswara dengan cueknya.“Enggak kok. Aku dengar jelas tadi dia bilang ‘bye,dad’.”&ldqu

DMCA.com Protection Status