Bab 1
Karin merasa sangat bahagia ketika sampai di kampung halamannya, Bandar Lampung, kota yang paling dicintainya.
Kota Bandar Lampung itu asri, tentram, damai, tidak ada macet, pokoknya kalau secara pribadi Karin ditanyai komentarnya tentang kota pilihan mana yang bisa dijadikan referensi di seluruh dunia dengan yakin ia akan menyebutkan Bandar Lampung is the best in the world!Seluruh keluarganya datang menjemputnya di bandara. Ia sangat merindukan mereka. Karena keadaan, ia harus meninggalkan kampung halamannya. Ia merasa sedih jika mengingat saat itu.Kesedihannya langsung menguap saat melihat keceriaan kedua keponakannya yang berlarian masuk ke dalam pelukannya. Mereka menciuminya dengan gembira dan wajahnya jadi basah karena ciuman basah mereka.“Mereka begitu merindukanmu,“ kata Selina sambil menyerahkan tissue basah kepada Karin.“Aku tahu.“ Karin tertawa sambil mengusap wajahnya dengan tissue pemberian Selina dan memeluk semua saudaranya.Karin merasa sedikit heran melihat Chika, adik bungsunya yang murung dan tampak menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ia menahan diri untuk mencari tahu, paling tidak setelah mereka sampai di rumah.Meskipun kepalanya sedikit berdenyut karena celotehan ribut kedua keponakannya tapi ia membiarkannya dan hanya bisa tertawa ketika salah satu di antara mereka saling mengadukan saudaranya sendiri kepada Karin.“Pusing yah?“
Karin hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya lalu menggeleng sambil meraih kedua keponakannya.Dengan tenang kedua keponakannya masuk ke dalam pelukan Karin.“Seandainya saja mereka bisa begini setiap hari,“ keluh Selina.Karin sangat sedih mendengar keluhan kakak perempuannya. Beruntunglah Selina masih bisa mendengar celotehan dan keaktifan anak-anaknya. Sementara dia?Selina tahu, ia telah salah bicara. Ia menghela napas sambil menggenggam tangan Karin dan memberinya semangat tanpa sanggup mengatakan apa-apa.Ia sangat merindukan Matthew, putra tunggalnya yang kini tinggal bersama suaminya. Mereka masih berstatus suami istri tapi harus hidup terpisah.Perbedaan prinsip di antara mereka terlalu sulit untuk disatukan. Keinginan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya tinggal bersama mereka menjadi faktor utama perpisahan mereka.
Awalnya Karin mengikuti kemauan Steven dan tinggal bersama kedua orang tua Steven. Tapi Karin tidak sanggup kalau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tanpa berkarir.Ia tidak terbiasa hanya seharian menunggui Steven pulang apalagi seluruh penghasilan Steven diberikan semuanya untuk diatur mertuanya tapi yang membuatnya merasa sesak, mertuanya tidak pernah memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan Matthew. Ia merasa tidak tahan harus terus-menerus menekan perasaannya.
Berulang kali, ia sudah mencoba membicarakan masalah ini kepada Steven tapi jawaban Steven tidak memberi jalan keluar baginya. Steven tidak mau perduli dengan semua tekanan yang ia alami! Sampai akhirnya ia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pulang kerumahnya sendiri.
Permintaannya langsung disetujui mertuanya dengan syarat Matthew harus tinggal bersama mereka! Hatinya langsung mencelos dan berharap Steven membelanya tapi yang membuatnya kecewa Steven tidak berani mengatakan apapun dihadapan orang tuanya!
Steven memang mencegahnya pergi tapi tanpa memberikan jalan keluar bagi keluarga kecil mereka. Yang dia mau hanya memiliki rumah tinggal sendiri, meski kecil dia rela, tidak masalah tapi Steven merasa berat kalau harus meninggalkan kedua orang tuanya.Ia merasa sangat kecewa. Ia merasa Steven tidak lagi mencintainya! Akhirnya ia mengalah dan pergi dari rumah.
Lebih kurang satu jam lamanya perjalanan dari bandara kerumahnya. Karin tersenyum ketika melihat bangunan tingkat empat yang menjulang dihadapannya. Rumahnya memiliki sedikit halaman yang kini sudah berubah menjadi kolam ikan yang imut!
Lucu juga menurutnya karena sebelum ia pergi, halamannya masih luas dengan rerumputan.“Siapa yang punya ide?“ tanya Karin sambil menunjuk kearah kolam.“Papi.“Karin mengangguk-angguk. “Gimana usaha penginapan? Lancar?“ “Penuh.“ jawab Papi tiba-tiba nongol.“Puji Tuhan!“ sahut Karin sambil memeluk papinya. “Mami nggak datang, Pi?“Papinya mendengus. “Dia mah orang sibuk, mana sempet liat-liat Papi.“Mami dan papi memang sudah tinggal terpisah. Papinya dan adik bungsunya tinggal bersamanya sementara maminya tinggal bersama Selina, kakak perempuannya. Alasan Karin membawa papi tinggal bersamanya dan mami di rumah lamanya karena Karin sudah capek mendengar pertengkaran dan kecemburuan-kecemburuan di antara mereka yang tidak pernah ada habis-habisnya. Rupanya keputusan Karin membawa papinya tinggal bersamanya adalah keputusan yang tepat, disamping keadaan emosi papinya menjadi lebih stabil dan tidak tertekan lagi, sekarang papi sudah mulai berpikir mengembangkan lagi jiwa bisnisnya dengan membuka bisnis penginapan di samping ruko Karin.Rumah itu terhubung langsung dengan ruko yang sekarang mereka tempati. Rukonya memiliki 2 pintu utama. Satu pintu digunakan untuk masuk ke showroom bridal milik Karin yang sekarang dikembangkan oleh adiknya, Chika. Sementara pintu satunya lagi mengarah ke tingkat selanjutnya yang dibuat studio foto. Sedangkan untuk tingkat 3 dipergunakan untuk rumah persekutuan. Lebih kurang seperti gereja tetapi lebih mengarah ke perkumpulan PA (Persekutuan Alkitab ). Di dalam kegiatan ini sesama jemaat bisa saling sharing tentang masalahnya apapun juga, mulai dari masalah keluarga, keterikatan obat-obatan, atau apapun juga dan mereka bisa dibina dan diajarkan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan agar tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama. Sebelum membeli tempat ini, Karin sudah berkomitment untuk membentuk dan membangun Mezbah Tuhan di rumahnya, dan yang jelas sih, setan-setan nggak pernah tuh mau ngelirik untuk ngeganggu tempat tinggalnya. Tingkat 4 dipergunakan untuk tempat tinggal Karin bersama keluarga kecilnya. Kamar Karin masih tertata rapi dan foto pernikahannya dengan Steven masih terpajang dikamarnya. Dia tidak menyangka kehidupan rumah tangganya akan berakhir pahit seperti ini!Steven selalu mempergunakan Matthew untuk membujuk Karin agar mau mengalah dan bersama-sama tinggal di Surabaya dengan mereka. Tapi Karin merasa tidak sanggup kalau harus hidup tanpa bekerja, bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri dan tidak terbiasa meminta-minta. Keluarganya dulu hidup sangat sederhana. Itulah yang membuat Karin terus memotivasi dirinya untuk terus maju dalam berusaha dan bekerja sehingga ia bisa membeli tempat tinggal sekaligus tempat usaha yang menguntungkan. Ia juga bisa membantu kedua orang tuanya dalam menjalani masa-masa tua mereka dengan lebih nyaman lagi dalam segi materi. Meskipun mereka telah berpisah lama tapi dalam hati yang paling dalam, ia mengakui meskipun Steven telah mengecewakan hatinya, ia masih sangat mencintai Steven.Ketika memutuskan berpisah dari Steven, Karin merasa seperti separuh napasnya diambil dari raganya. Ada kehampaan ketika ia harus menjalani hidup tanpa Steven dan juga anaknya. Selama ini, kehidupan rumah tangga mereka sangat baik-baik saja juga dibumbui dengan kehidupan seks yang hebat dan mereka bisa saling mengisi satu sama lain, Karin merasa sempurna sebagai wanita saat bersama Steven. Tapi keadaan berubah saat mereka harus pindah ke Surabaya karena orang tuanya sedang sakit. Sampai pulihpun mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah orang tua Karin di Bandar Lampung, tempat mereka merajut keluarga kecil mereka. Karin merasa sendirian karena Steven merasa serba salah. Hanya Matthew penghiburnya saat berada dirumah orang tua Steven tapi itupun kebanyakan Matthew selalu diajak jalan-jalan oleh mertuanya.Dia merasa sangat kesepian. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri kenapa begitu tertutup dan tidak bisa berlama-lama untuk mendekatkan diri dengan keluarga Steven. Ia tidak mengerti kenapa mertuanya selalu saja bersikap sinis dan selalu menyalahkannya.Apapun yang ia lakukan selalu salah dan kurang! Tidak ada satupun yang bisa ia lakukan yang bisa menyenangkan mertuanya. Ia merasa frustrasi dan putus asa menghadapi semua tekanan yang ia alami selama tinggal bersama orang tua Steven.
Ia terbiasa menghasilkan uang dan tidak terbiasa meminta kepada orang lain. Meskipun ia sudah berumah tangga dengan Steven, Karin tetap terbiasa mencari penghasilannya sendiri. Ia memiliki usaha penyewaan gaun pengantin, studio foto dan wedding organizer yang cukup sukses dan diakui di Bandar Lampung. Keputusan Steven menuruti keinginan kedua orang tuanya dan memisahkan dia dengan anaknya membuat Karin sakit hati dan semakin tidak respek dengan sikap orang tua Steven. Terlebih lagi sepertinya Steven lebih memilih hidup bersama kedua orang tuanya dibanding membentuk keluarga mandiri bersamanya. Karin seperti mau mati rasanya. Kebahagiaan yang ia rasakan bersama keluarga kecilnya tiba-tiba terengut begitu saja darinya. Dia marah dan meratapi keadaannya. Tapi ia tahu semua itu tidak akan mengubah apapun dan malah akan menghancurkan dirinya! Ia mulai bangkit dan mulai membuka dirinya kepada lingkungan bisnisnya. Terlalu banyak kenangan manis dirumah itu, maka ketika Dani teman satu kuliahnya menawarkan kepada Karin untuk memimpin salah satu perusahaan percetakan milik orang tuanya, Karin menerimanya dengan konsekuensi ia harus meninggalkan Bandar lampung.Bab 2 Ketika Karin sedang makan malam bersama keluarga Dani, adiknya Chika menghubunginya. Ia mengatakan dirinya sedang hamil dan pria yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab! Chika merasa bimbang dan juga merasa malu, ia mempertimbangkan untuk menggugurkan bayi yang ada dalam kandungannya. Karin langsung permisi masuk ke kamar kecil agar bisa secara leluasa bertukar pikiran dengan Chika. “Jangan pernah pikirkan untuk menggugurkan kandunganmu, Chik!“ ucap Karin secara tegas, setelah menutup pintu. Dia duduk sambil memegang keningnya. Ia ikut merasakan kecemasan yang tengah dialami adik kecilnya itu. “Tapi kak, … aku malu.“ “Sama siapa hah! Malu sama siapa? Gunjingan orang? Sayang, kita tidak hidup dengan mendengar gunjingan orang, lama-lama juga mereka capek sendiri. Yang kakak mau kamu pertahankan bayimu. Dia adalah keajaiban yang sudah Tuhan berikan kepada kamu. Berarti Tuhan sudah p
Bab 3 Karin membawa mobil jaguarnya dengan empat orang pengawal di mobil kijang. Meskipun ia memerlukan jasa pengawalan bukan berarti ia harus terus menerus berdekatan dengan mereka ‘kan! Karin memberi ultimatum sebentar agar bisa menghemat waktu saat mengambil Wendy lalu langsung pergi dari rumah itu. Dengan nada yang menyakinkan, Karin menyuruh kepala keamanan untuk membukakan pintu. Entah kenapa kepala keamanan itu tidak membantah dan langsung membukakan pintu gerbang yang berdiri kokoh itu. Karin berpesan agar tidak usah menutup kembali gerbang karena urusan yang akan ia bicarakan tidak akan lama. Setelah pintu utama dibukakan, Karin langsung bertanya di mana kamar Wendy dan menyuruh pengawalnya untuk mengambil Wendy dan mengamankan pelayan itu agar tidak berbuat ulah yang bisa memancing keributan. Dengan santai Karin duduk dengan elegannya di sofa monaco yang mewah milik keluarga Berri. Dia sama sekali tidak gentar dengan semua kekayaan keluarga Berri! Tampak seorang p
Bab 4 Dani sering menemukan Karin setengah melamun ketika ia sedang sendirian. “Ada apa, kangen sama Matthew?“ tanya Dani lembut sambil duduk di meja kantornya. Karin hanya tersenyum kikuk. Dia tidak mungkin bicara yang sebenarnya! Sering kali ia mengingat dan merindukan ciuman pria asing itu. Dengan cepat Karin menggeleng. “Bagaimana proses perceraianmu?“ “Minggu depan sudah sidang.“ “Perlu bantuan pengacaraku?“ “Tidak, terima kasih. Aku sudah mengurus semuanya. Satu hari kelar.“ “Kau sudah yakin dengan keputusanmu?“ “Yakin. Tapi Deni, kurasa setelah Matthew ikut bersamaku lebih baik aku pulang ke Lampung.“ “Jangan! Kenapa mesti begitu?“ Dani berkata dengan panik. Karin tersenyum dan memandangi Dani. “Aku ingin bersama-sama dengan Matthew setiap waktu. Kalau aku bekerja, aku tidak bisa bersama Matthew setiap waktu.“ “Bawa saja. Memang siapa yang berani marah. Kau bos di sini!“ “Dani, ingat professional kerja. Aku tidak bisa membawanya ke kantor.“ “Bisa. Tentunya dengan b
Bab 5 Ia merasa perasaannya sudah mati dan tidak bisa merasa hidup seperti ini sebelumnya. Penghianatan yang telah dilakukan tunangannya, Mia terhadapnya, membuatnya selalu bersikap dingin kepada setiap wanita yang mencoba mendekatinya. Tapi ketika melihat Karin sedang duduk dengan anggunnya di sofa rumahnya dan bersikap dingin dan tidak jelas pada awalnya membuatnya marah dan tidak bisa menahan dirinya lagi. Tapi bukan kemarahan yang muncul tapi keinginan untuk menyentuh dan mencium Karin! Sesaat Wilson merasa kecewa saat mendengar hadiah ciuman Karin ternyata ditujukan untuk Berri. Ia merasa sangat terpukul saat itu. Karin pasti menyangka dirinya Berri sehingga ia membalas ciumannya dengan penuh gairah. Ia mengira Karin pasti ingin merayu Berri untuk bisa dijadikan kekasih. Tapi ketika kebenaran itu muncul ia sangat kaget dan terkejut dengan tindakan Karin yang tidak diduga! Karin menghajar Berri di depannya! Sungguh ia tidak pernah mengira! Dia terbahak dalam hati. Wanita se
Bab 6 Wilson tidak mengerti mengapa seorang pria sanggup meninggalkan Karin. Apakah karena Karin berselingkuh? Mungkin saja karena saat ini Karin sedang bersama salah satu kekasihnya. Kekasih gelapnya lebih tepatnya karena status Karin masih wanita bersuami. Berani-beraninya dia! Tapi gilanya, Wilson juga mungkin tidak akan memperdulikan status Karin jika ia yang berada di posisi Dani Gunawan saat ini. Dia berharap bisa menggantikan posisi Dani meskipun dalam mimpi sekalipun. Saat ini ketika ia berharap bisa mengenal Karin lebih jauh tapi Karin mengecewakannya! Dengan tidak sabaran-nya Karin sudah pergi meninggalkannya tanpa pesan apapun dan pergi menemui kekasihnya. Apakah Karin mencintainya? tanya Wilson dalam hati. Wilson tidak membiarkan detektif yang disewanya mencari tahu untuknya. Ia memilih meninggalkan segudang kesibukannya untuk menyelidikinya secara pribadi. Dan di sinilah dia sekarang, sendirian, di villanya. Pakaian menyelam melekat ketat pada tubuh Karin yang pa
Bab 7 Karin sangat kaget saat mengetahui perasaannya sendiri. Kenapa gairahnya bisa muncul pada pria yang salah? Pria yang sama sekali belum dikenalnya tapi ia bisa merasakannya bahwa ia menginginkannya. Seharusnya ia tidak boleh memikirkan pria lain dalam hidupnya karena saat ini dia masih bersuami! Dan kenapa harus pria itu!? pikirnya tidak mengerti. Pria yang tidak seharusnya ia pikirkan tapi harus ia akui, ia merindukan pria itu! Ia ingin pria itu menciumnya lagi! Karin ingin berteriak marah karena menyadari hal itu. Ia memilih duduk menyendiri di atas undakan karang-karang besar yang membentuk tanjakan kecil dan merenung disana. Kenapa dia bisa seperti ini? Dimana akal sehatnya!? Suara deburan ombak seperti sebuah nyanyian yang sangat misterius baginya tapi ia menikmatinya dan memperhatikan setiap deburan yang menghantam tepian batu karang tempatnya duduk. Sepanjang matanya memandang, lautan lepas terhampar di depannya. Ia menghela napas panjang berulang kali. Ia berusaha
Bab 8 Ketika sampai di villa Wilson, Karin ragu dan berniat untuk menjauh tapi Wilson menciuminya dengan cepat dan tidak memberi Karin kesempatan untuk berubah pikiran dan menolaknya. Bujukan Wilson berhasil karena penolakan Karin melemah dan menuruti Wilson untuk masuk ke dalam kamarnya. Kejadiannya begitu cepat dan tidak pernah ada yang mengingat siapa dulu yang memulainya. Begitu mereka sadar mereka sudah terengah-engah setelah merasakan kenikmatan bersama. Mereka sama-sama terdiam. “Aku tidak pernah bertindak seperti ini sebelumnya.“ Karin tidak menanggapi kata-kata pria itu, ia hanya menatap kosong kearah langit-langit kamar. Ia masih belum bisa berpikir jernih, bisa-bisanya ia bercinta dengan pria asing yang sama sekali belum dikenalnya! Apalagi dengan status pernikahannya saat ini. Karin merasa benar-benar jijik dengan dirinya sendiri. Wilson menarik tubuh Karin yang telanjang, masuk ke dalam pelukannya. “Tidak.“ Karin menghela napas. Ia mencoba menjauhi Wilson.
Bab 9 Kegilaan apa yang ia lakukan!? Bahkan perceraiannyapun belum diresmikan dia sudah kehilangan akal sehatnya dengan tidur dengan Wilson! Oh, sungguh-sungguh menyebalkan! erang Karin dalam hati. Ia terkejut ketika melihat Matthew sedang berlari kencang dari arah cottagenya. Karin memekik senang menyambut kehadiran anaknya itu. Ia merentangkan tangan untuk menyambut Matthew dalam pelukannya dan menciuminya dengan penuh kerinduan. “Mami kok nangis?“ “Soalnya mami senang bisa bertemu dengan Matthew di sini.“ Karin menghapus air matanya sambil mengelus wajah halus jagoan kecilnya itu. Ia melihat Steven sedang menantinya di depan pintu bersama Dani yang berdiri dengan raut wajah tidak senang. Karin tidak tahu harus berkata apa untuk menyambut kedatangan Steven. Dia juga bingung kenapa mereka bisa berada di sini? Padahal seingatnya, ia tidak pernah memberitahu tentang liburannya kepada Steven. Ia mempersilahkan Steven masuk. Dani marah karena mengira Karin yang memberitahu ten
Bab 66Air mata Gabriel bercucuran dengan deras. Hatinya serasa melambung begitu hebat karena pertanyaan Karin kepadanya. Ia mengangguk-angguk dengan bahagia. “Ya, ya, ya! Aku bersedia menikah denganmu! Oh, sayangku, cintaku.” Gabriel menciumi wajah Karin secara bertubi-tubi sampai Karin menertawakannya.“Kau boleh menertawakanku tapi saat ini, aku benar-benar merasa bahagia karenamu.”Karin menghentikan tawanya lalu tersenyum dan mengangguk. “Kalau begitu apa kita akan mengundang orang tuaku dan...““Samantha,” sela Gabriel mengingatkan.Karin menghela napasnya lagi merasa sedih. Ia ingin keluarganya bisa hadir dipernikahannya meski mungkin mereka akan menolak undangannya tapi ia berharap keluarganya saat ini akan menerima kehadirannya.Sekarang ia bukan bayi yang menyusahkan lagi. Sekarang ia telah memiliki keluarga yang bisa menolong me
Bab 65Segera setelah ia menekan panggilan jawab terdengar teriakan histeris dari balik ponsel. “Siapa wanita itu? Kenapa bisa ia begitu mirip denganku dan menggantikan posisiku sebagai istrimu!?”“Apa kau masih ingat, kau adalah istriku?” ejek Gabriel dengan santai.“Kau tidak perlu kembali lagi ke sini. Kami tidak memerlukanmu lagi. Teruskan pertualanganmu dan jangan pernah kembali lagi dan merusak kebahagiaanku dan Kemmy.”“Apa maksudmu? Kau ingin wanita palsu itu menggantikan kedudukanku sebagai istri dan ibu dari anakku!? Kau membuatku tertawa, Gabriel.”“Apa kau kehabisan uang? Berapa yang kau butuhkan!? Aku akan menyiapkannya untukmu, hanya saja satu hal yang kuminta darimu. Jangan pernah kembali lagi ke sini selamanya.““Aku akan kembali kalau aku mau! Kau tidak bisa melarangnya untuk itu! Aku heran, kenapa kau berubah se
Bab 64Karin memutuskan untuk permisi pergi ke toilet.Gabriel bergegas menemaninya.Karin tertawa. “Menemaniku ke toilet? Untuk apa? Aku hanya akan pergi sebentar dan akan segera kembali. Berbincanglah dengan santai bersama tamu-tamumu.”Gabriel tidak mau melepaskan pegangan tangannya sambil tersenyum jahil kepada Karin.Karin melotot sambil tersenyum menghadapi kejahilan suaminya.“Jangan lama-lama yah,” ucap Gabriel tanpa suara kepada Karin.Karin tersenyum sambil mengangguk kepada Gabriel.Karin menanyakan toilet dan petugas yang berjaga mengarahkan Karin ke toilet khusus Vip. Ia mengikuti petunjuk yang diberikan petugas wanita itu dan tersenyum lega setelah menemukan logo toilet wanita didepannya.Ia segera masuk dan membereskan keperluannya. Setelah selesai ia menambahkan lipstik di bibirnya dan merapikan dan
Bab 63Gabriel mencium dahi Karin dengan penuh kasih sayang, “Aku akan menunggumu, jangan terlalu dipikirkan. Aku mencintaimu, istriku.”Karin tidak mampu menjawab Gabriel dan hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum.Hati Gabriel terasa teriris karena Karin belum bisa membalas pernyataan cintanya.Hari ini ia mendampingi suaminya untuk menghadiri gala dinner pemegang saham di perusahaannya. Gabriel selalu menawarinya untuk menemaninya tapi tidak sama halnya dengan gala dinner perusahaannya. Dia banyak membuat alasan agar Karin tidak menemaninya di acara gala dinner perusahaannya.“Apa ada hal yang kau sembunyikan padaku? Biasanya kau yang antusias mengajakku ke berbagai acara tapi kenapa setiap kali pertemuan dengan pemegang sahammu, kau selalu melarangku ikut?” tanya Karin tidak mengerti.Gabriel terdiam sambil menatap Karin dengan cemas. Ia berusaha meng
Bab 62Gabriel membuka matanya dan merasa lega melihat Samanthanya telah kembali. “Kau dari mana saja?” tanya Gabriel dengan khawatir.“Aku menyiapkan kejutan di kamar hotel tapi mungkin pelayan tidak menemukanmu, sehingga kau tidak kunjung datang sepanjang malam.” Malah pria asing yang datang dan bercinta denganku, tambah Samantha mengeluh dalam hati.“Kamar hotel? Apa kau sudah bisa mengingat cinta kita?” tanya Gabriel dengan lambat-lambat.Samantha menggeleng. “Belum, tapi aku mencoba untuk membuka diri untukmu.”Gabriel mencoba mencium Samantha tapi Samantha menutup mulut Gabriel. “Sikat gigi dulu,” ucapnya sambil terkekeh.“Maafkan aku, ayo kita ke kamar kita.”Samantha mengangguk. Ia harus segera menggantikan bayang pria asing itu dengan suaminya sendiri! Hanya membayangkannya saja, &nbs
Warning adegan 21+, anak dibawah umur skip aja yahBab 61Saat lampu dimatikan tampak bintang-bintang stiker menerangi langkahnya. Ia mengikuti arahnya dan menemukan dikeremangan seorang wanita dengan mengenakan lingerie seksi dan juga topeng mata.Ia perlahan mendekati suaminya dan memasangkan topeng yang sama dengannya. “Maaf aku masih malu tapi aku akan mencobanya menjadi istrimu yang sesungguhnya.”Tubuh Wilson bergetar mengenali suara itu. Ini benar-benar Karinnya! Apa dia sedang bermimpi? Karinnya masih hidup!Samantha mencegah Gabriel untuk berbicara dan ia merangkul suaminya itu dengan berani kemudian menciumnya.Tubuh Wilson bergetar karena ciuman Karin dan ia membalas ciuman istrinya itu. “Istriku, istriku, oh istriku, betapa aku merindukanmu,” desah Wilson dengan penuh kerinduan.Telinga Samantha mendeng
Bab 60Di IndonesiaWilson masih beratapi kepergian Karin. Ia menyesal karena sudah berlaku kasar kepada Karin. Kecelakaan yang mengakibatkan kelumpuhan padanya membuat emosinya tidak stabil dan menyia-nyiakan ketulusan Karin dalam merawatnya.Karin mengalami kecelakaan dan tidak bisa diselamatkan. Mobilnya terbakar habis ketika kejadian itu. Entah karena terkejut dengan berita itu, Wilson akhirnya bisa berdiri lagi dari kursi rodanya.Ia menolak saat keluarga Karin berniat membawa Matthew darinya. Matthew adalah anaknya dengan Karin maka ia yang akan membesarkan Matthew sebagai bukti cinta dan penyesalannya kepada Karin.Wilson memulai terapinya dengan giat dengan motivasi Matthew sebagai harapan hidupnya. Di setiap malam, ia hanya bisa meringkuk dan menangis meratapi kepergian istrinya yang sudah meninggalkannya untuk selamanya.Terbayang kenangan saat ia menyakiti Karin bai
Bab 59Ketika ia tersadar, pelupuk matanya sangat berat untuk dibuka. Ia mengerang perlahan dibalik masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya.Dengan susah payah ia mencoba mencabut masker oksigen yang menahan suaranya. Tubuhnya serasa tidak bertenaga! Ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya terjadi?Ada pria yang tertidur di ranjangnya! Dengan susah payah ia mengangkat tangannya dan menyentuh pria itu.Pria itu mengerjap dan berusaha fokus dengan apa yang sedang terjadi.Matanya terbelalak menyadari istrinya telah sadar dari koma.Pria itu memencet tombol dan menciuminya dengan penuh ucapan syukur.Dengan pandangan tidak mengerti, aku hanya memejamkan mata dan berusaha untuk bangun dari tidurku.“Pelan-pelan sayang, pelan-pelan. Sekarang kau sudah kembali bersamaku. Terima kasih Tuhan, terima kasih.” Air mata mengalir membasah
Bab 58Dokter keluar dari dalam ruangan ICU dan memberitahu bahwa kondisi Wilson saat ini sudah stabil tapi masih harus diawasi secara intensif.Karin menangis lega sambil mengucap syukur kepada Tuhan, ia tidak kehilangan suaminya.Jack masih terus memeluk Karin. “Mari kita berharap hal baik akan segera terjadi.”Karin mengangguk-angguk sambil menangis bahagia dan pergi ke ruangan tempat Matthew dirawat.Jack berkeras untuk menemani Karin tapi Karin memberitahu kepada Jack bahwa perusahaan tidak bisa berjalan tanpa pengawasan salah satu dari mereka berdua. Ia ingin Jack istirahat dan bekerja seperti biasanya.Jack memikirkan kata-kata Karin dan tidak bisa membujuknya lagi. “Kalau begitu aku sekarang akan membelikan makan malam dan persediaan buah dan roti untuk di sini.”Karin mengangguk, mengucapkan terima kasih keoada Jack sambil membelai wajah mungil anak