Share

Part 6

Author: Nana_banana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa sih tu muka lecek amat? Katanya mau curhat, buruan deh cerita kupingku udah siap nih dengerin keluh kesah sahabat tercintaku ini!"

Menjadi wanita rumah tangga seutuhnya membuatku bosan. Berulangkali aku meminta izin kepada suamiku untuk bekerja, tapi selalu penolakan yang aku dapat.

"Mencari nafkah itu tugas suami jadi kamu nggak usah mikir cari uang. Kalau jatah bulanan habis tinggal bilang, nanti aku tambah. Aku mau punya istri penurut yang mengurus rumah dan suami seutuhnya."

"Tapi aku bosan di rumah terus Mas!"

"Kamu bisa refreshing dengan jalan-jalan sebentar ke mall atau kumpul bareng teman. Dengan syarat kamu harus selalu ada saat aku di rumah!"

Dan benar saja, aku menjadi wanita rumahan yang hanya keluar saat kebutuhan rumah telah habis dan juga bertemu dengan sahabatku saat aku jenuh.

Seperti saat ini, aku tidak mau stress sendiri memikirkan kisah rumah tanggaku. Oleh sebab itu aku ingin berbagi sedikit kisah dengan sahabatku Safira.

"Mas Danu nikah lagi Fir," ucapku berusaha terlihat setenang mungkin.

"Seriusan?" tanya Fira sambil melotot kearahku.

"Biasa aja ngeliatin aku, bisa-bisa lompat itu mata!"

"Beneran Danu nikah lagi, sama siapa?"

"Sama mantan pacarnya dulu."

"Terus kamu diem aja, ngizinin gundik masuk dalam rumah tanggamu?"

"Aku nggak punya pilihan lain. Saat itu hanya ada dua pilihan antara dipoligami atau dicerai. Nggak mungkin kan kalau aku jadi janda sedangkan pernikahanku baru berjalan selama satu tahun?"

"Apa yang salah dengan status janda? Setidaknya itu lebih terhormat daripada merebut milik orang lain."

"Iya, tapi disisi lain aku juga mikirin perasaan orang tuaku di kampung. Setiap bulan mereka mendapat kiriman uang dari nafkah yang mays Danu kasih ke aku, kalau aku cerai gimana perasaan mereka?"

"Itulah mengapa aku selalu bilang kalau wanita itu harus mandiri, jangan terlalu bergantung kepada laki-laki apalagi soal uang biarpun kalian adalah suami istri."

"Aku juga pingin jadi wanita mandiri, tapi kamu tau sendiri kan kalau Mas Danu sama sekali nggak ngasih aku izin kerja diluar?"

"Heh Nilam Wulandari! Memangnya semua pekerjaan yang menghasilkan uang harus meninggalkan rumah?"

"Iyalah, gimana mau dapat uang kalau berdiam diri di rumah? Mau ternak tuyul atau b*bi ngepet sekalian biar cepat kaya."

"Nih kaya gini kalau punya otak tapi ditaruh di ponsel. Ponselnya jadi pintar tapi yang punya ponsel zonk."

"Ihh nyebelin banget sih! Aku ini curhat sama kamu biar dapat pencerahan tapi kamu malah mancing emosi aku, pake segala ngatain aku b*d*h lagi."

"Gini ya aku jelasin, jaman sekarang ini semuanya serba digital. Tak perlu mengeluarkan banyak tenaga cukup memaksimalkan fungsi otak dan gawai yang kamu punya, maka kamu bisa menghasilkan uang."

"Gimana caranya?" Jujur aku masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh Fira.

Maklum saja meski punya smartphone canggih yang dibelikan oleh Mas Danu, tapi hanya dua aplikasi yang sering aku gunakan yaitu yang berlogo hijau dan biru.

"Kamu coba cari di g****e pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah! Aku tungguin sampai kamu benar-benar paham."

Aku menuruti perintah Fira. Benar saja banyak pekerjaan yang menghasilkan uang dari rumah hanya bermodalkan smartphone.

"Udah ngerti kan apa maksud aku?"

Aku mengangguk, sekarang aku hanya harus fokus pada satu pekerjaan yang sesuai dengan passionku.

"Sekarang langkah apa yang akan kamu ambil?"

"Kalau aku jadi reseller produk kecantikan yang saat ini lagi booming itu gimana menurut kamu?"

"Hmn... Boleh juga. Tapi satu pesanku yang harus kamu ingat! Meskipun pekerjaan yang akan kamu tekuni ini terlihat mudah, tapi aku yakin tetap akan ada tantangan didalamnya. Apalagi berdagang itu bukan hal yang mudah satu yang musti kamu ingat, sabar!"

Banyak nasehat yang keluar dari mulut Safira seperti nasehat seorang ibu kepada anaknya. Tapi aku senang, sikap dewasanya seakan menjadi pengganti sosok ibu yang jauh disana.

Gawaiku berdering, tertera nama Mas Danu disana.

"Halo dek kamu dimana, di rumah kok nggak ada siapa-siapa?" tanya Mas Danu dari ujung telepon.

"Ini aku lagi ketemuan sama temanku. Lho katanya kamu masih dua hari lagi pulangnya, kok sekarang udah pulang?"

"Mas, Mbak Nilamnya kemana sih, aku udah capek tau pengen istirahat?"

Suara itu, suara Viola. Bisa-bisanya Mas Danu membawa Viola ke rumah kami. Padahal pada kesepakatan awal sebelum menikah, Mas Danu sudah berjanji tak akan menyatukan dua istrinya ini dalam satu rumah.

"Dek buruan pulang ya, aku tunggu di rumah!"

Sambungan telepon diputus dari sebrang sana.

"Fir, makasih ya nasehatnya. Tapi kayaknya aku harus pulang sekarang."

"Iyadeh, yang udah ditunggu sama suami tercinta."

Sebenarnya malas rasanya pulang sekarang dan melihat sepasang pengantin baru itu di rumah.

Ada perasaan rindu yang membuncah saat tak berjumpa beberapa hari dengan mas Danu, tapi itu dulu. Kalau sekarang rasa rindu itu entah hilang kemana.

"Eh tapi sayang kalau pulang, lagipula ini masih siang. Kita ke salon aja yuk!" ajakku pada Fira.

"Bukannya udah disuruh balik sama suamimu?" tanya Fira penuh selidik.

"Aku lagi malas ketemu sama adik madu."

Akhirnya kami menghabiskan waktu di salon langganan. Mungkin spa dapat merilekskan pikiran agar bisa selalu berfikir jernih.

Maaf Mas Danu, sepertinya kamu dan istri barunmu harus menungguku sedikit lebih lama di teras.

Related chapters

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Part 7

    "Mbak kok baru sampai, kita udah nunggu lama banget lho. Mbak sengaja ya pergi lama biar aku sama Mas Danu kecapekan nunggu diteras?"Baru saja aku turun dan menginjakkan kaki dari taxi, suara Viola sudah merepet seperti petasan yang terus-menerus meledak.Aku hanya menatapnya malas sambil mengambil anak kunci dari tas selempangku dan memutarnya di tempat lubang kunci pintu masuk.Aku melenggang masuk dengan santai disusul Viola yang berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya. Mungkin dia kesal karena aku abaikan."Dek kamu masak apa, aku lapar dari pagi belum makan?" tanya mas Danu."Maaf mas aku nggak tau kalau kamu mau pulang hari ini jadi aku belum masak. Aku juga tadi udah makan diluar sama Fira. Kalau kamu lapar suruh aja istri baru kamu yang masak!"Viola langsung membelalakkan matanya menatapku dan hanya aku tanggapi dengan senyuman."Nggak bisa gitu dong Mbak! Aku ini capek habis honeymoon sama Mas Danu, pengen istirahat. Jadi tolong mbak aja ya yang masak buat kita!"Entah

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Kegaduhan di Pagi Hari

    "Mas Danu... Mas Danu?"Suara cempreng Viola disertai suara ketukan pintu yang bertubi-tubi benar-benar memekakkan telinga."Buruan deh temuin istri mudamu, berisik tau mas!"Viola langsung nyelonong masuk ke kamarku setelah pintu dibuka oleh mas Danu."Mbak Nilam gimana sih, hari inikan masih jatah mas Danu tidur sama aku. Kenapa mas Danu malah disuruh tidur sama mbak?""Siapa juga yang nyuruh mas Danu tidur sama aku, tuh mas Danu sendiri yang pengen disini!" ucapku sambil melirik kearah suamiku tersebut."Aku nggak percaya sama mbak, mana mungkin mas Danu memilih tidur sama mbak Nilam? Secara mbak kan udah nggak menarik, masih cantikkan aku kemana-mana. Jadi sudah dipastikan mas Danu lebih betah sama aku ketimbang sama istri tuanya.""Terserah mau ngomong apa tentang aku, lebih baik kamu tanya sendiri sama suamiku itu kenapa sekarang bisa ada di kamar ini!""Mas Danu juga suami aku, bukan cuma suami mbak aja." Viola beralih menatap suaminya."Pasti mbak Nilam bohong kan mas? Pasti s

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Nafkah yang Terpotong

    "Mbak Nilam ini jatah bulanan buat Mbak!"Viola berucap sambil mengulurkan sebuah amplop berwarna coklat muda kearahku. Biasanya nafkah dari Mas Danu selalu ditransfer langsung ke rekeningku.Tapi kini berbeda, jatah nafkah yang dulu hanya untukku kini harus terbagi. Seperti halnya aku berbagi suami, aku juga harus rela berbagi jatah nafkah.Aku meraba amplop tersebut sebelum membukanya. Tak bisa diterka berapa uang yang terdapat di dalamnya, tapi bisa dipastikan kalau isinya tak lebih dari separuh yang biasanya aku terima.Biasanya diawal bulan seperti ini ada notifikasi di layar hp ku yang mengatakan ada transferan masuk senilai 10 juta.Dengan uang itu aku bisa memenuhi kebutuhan rumah, mengirim sedikit kepada orang tuaku juga ada sisa untuk ditabung.Meskipun aku tak tau berapa kisaran gaji yang diterima Mas Danu sebagai seorang direktur di perusahaan yang diwariskan ayahnya sebelum meninggal.Yang pasti aku sudah merasa cukup dengan nafkah yang selalu diberikan Mas Danu hingga sa

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Kedatangan Orang Tua Nilam

    "Bapak sama ibu datang kesini kok ngga bilang-bilang?" Ucapku kaget menatap sepasang malaikatku tengah berdiri di depan pintu."Iya kami sengaja mau memberi kejutan buat kamu," jawab ibu sembari tersenyum manis.Aku merindukan dua sosok ini. Dua malaikat yang tak pernah berhenti menyayangiku. Juga doa mustajabnya tak pernah putus mereka lantunkan untukku."Kejutan dari ibu dan bapak sukses bikin aku shok saking senangnya. Yaudah ayo masuk pak, buk pasti kalian lelah menempuh perjalanan jauh!"Aku menyuguhkan dua cangkir teh manis untuk orang tuaku beserta stoples kue kering."Ayo diminum tehnya biar badannya enakkan!""Iya terimakasih nduk."Entah mengapa ada perasaan senang bercampur was-was pada kunjungan orang tuaku saat ini.Terlebih lagi aku belum mengirim uang untuk kedua mereka, ah bagaimana mau mengirim untuk orang tua, untuk mencukupi kebutuhan rumah saja aku harus berfikir keras. Beruntung aku masih punya tabungan meski entah bisa menutup kebutuhan rumah sampai kapan."Ndu

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Perdebatan di Meja Makan

    Mas Danu menarik kasar tanganku menuju kamar dan menutup pintunya dari dari dalam."Kamu apa-apaan sih mas? Narik-narik tangan aku, sakit tau!"Dia menatap nyalang kearahku, bisa dipastikan emosinya saat ini sedang naik. Membuat nyaliku sedikit menciut."Apa maksud kamu ngomong yang enggak-enggak sama bapak kamu?" Giginya gemelutuk."Apaan sih mas aku nggak ngomong aneh-aneh sama bapak kok mas.""Jangan bohong! Kalau kamu nggak ngadu yang enggak-enggak mana mungkin bapak ngomong kaya gitu sama aku. Pake ngomong siap nerima kamu lagi dirumahnya segala, emang dia pikir aku mau menceraikan kamu? Jujur aja kamu ngomong apa sama orang tua kamu tadi?""Aku hanya mengatakan pada mereka bahwa sekarang aku bukan satu-satunya wanita yang menjadi istri kamu," ucapku sambil membuang pandangan kesembarang arah guna meringankan beban berat yang menghimpit dada.Bukan tanpa sebab jika mata kami bersirobok sudah pasti akan ada air mata yang mengalir dari kedua sudut mataku."Kenapa kamu harus ngomong

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Orang yang Membuatku Kuat

    Akhirnya aku bungkam walau hati terasa dongkol terlebih melihat senyum kemenangan yang terbit diwajah Viola. "Memangnya kamu ini siapa nak, temannya Nilam ya?" tanya ibu lembut kepada Viola."Oh bukan Bu. Mana mungkin saya berteman dengan mbak Nilam. Kenalkan nama saya Viola istrinya mas Danu," ucap Viola dengan bangga.Seketika ekspresi wajah bapak dan ibu berubah menjadi masam."Oh jadi kamu istri kedua Danu yang tiba-tiba masuk kedalam rumah tangga anak saya?" tanya ibu dengan sinis."Ibu jangan sembarangan bicara ya saya ini lebih dulu mengenal mas Danu daripada mbak Nilam. Jadi saya yang lebih lama hadir dihidup mas Danu," jawab Viola dengan geram."Sudahlah Bu, harusnya ibu yang sudah tua bisa menghormati yang lebih muda. Sekarang status Viola sama dengan Nilam, jadi saya mohon jangan menyudutkan Viola!" ucap mas Danu tegas."Ini suami yang kamu pertahankan nduk? Melihat sikapnya kepada orang tua seperti itu apakah yakin tetap ingin bertahan?" Kini bapak yang bersuara lantang.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulai Bangkit

    Mataku terbelalak melihat nominal yang tertera dalam layar mesin ATM. Terdapat angka dua dengan tujuh angka bulat berjejer di belakangnya.Itu uang yang selama ini aku kirimkan ke kampung tapi kini telah diserahkan kembali kepadaku oleh orang tuaku. Ah betapa hati mereka seperti malaikat.Jika ditambah dengan tabungan yang ada di ATM pribadiku yang berjumlah lima belas juta sepertinya aku bisa membuat usaha kecil-kecilan.Untuk menutup biaya rumah bisalah dengan uang hasil jualanku. Satu bulan aku bergabung menjadi reseller produk kecantikan, keuntungan bersih yang mengalir di ATM baruku sudah mencapai tiga juta setengah. Nominal yang fantastis bagi seorang pemula, meski perjuangannya begitu menguras pikiran.Aku sudah berfikir dengan matang mengenai usaha yang akan aku rintis. Dalam benakku saat ini adalah bisnis hijab. Mengingat saat ini trend hijab dengan berbagai model tengah menjamur. Kebetulan aku mempunyai teman yang memiliki usaha konveksi skala kecil. Dia bersedia untuk beke

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Garis Dua?

    "Eh mbak Nilam disini juga ternyata. Tapi inikan restoran mahal, pasti disini cuma numpang nongkrong dan persen segelas air putih aja kan?" Benar-benar mulutnya selalu saja digunakan hanya untuk merendahkan orang lain."Terserah aku dong, lagian aku juga nggak minta dibayarin sama kamu kan?" jawabku ketus."Kalau mbak mau aku bisa bayarin makanan kamu kok. Buruan deh pesan apa yang mbak mau mumpung aku lagi baik hati. Jarang-jarang loh bisa makan makanan mahal gratis pula.""Nggak perlu! Aku masih mampu jika hanya makan di restoran ini.""Aduh mbak ini sombong ya mau ditraktir juga pake nolak segala. Yasudahlah ayo mas kita pesen makanan udah lapar aku seharian keliling mall," ajak Viola kepada mas Danu."Maaf ya dek aku belum pulang ke rumah," ucap mas Danu lirih."Nggak papa kok mas, aku sudah mulai terbiasa. Mungkin kamu besok juga harus bisa membiasakan diri tanpa aku.""Apa maksud kamu bicara seperti itu dek?""Bukan apa-apa. Hanya saja sesuatu yang ada di dunia ini pasti akan

Latest chapter

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Akhir Sebuah Kisah

    "Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Teman Macam Apa?

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Sepasang Pengganggu

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulut Pedas Istri Baru Danu

    "Kok kamu memuji mantan istrimu di depanku sih, Mas? Jangan-jangan kamu masih menaruh hati ya sama mantanmu ini?" Tanya Shela penuh selidik."Ya nggak mungkinlah aku masih menaruh hati sama Nilam, lagipula dia sudah menikah dan aku juga sudah punya kamu." Mas Danu menjelaskan."Iya aku tau kalau kalian sudah punya pasangan masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan kalau kamu masih ada rasa kan sama dia?" Shela menunjuk kearahku.Sekarang ini posisiku layaknya orang ketiga yang sedang menonton drama sepasang suami-istri.Sebenarnya aku ingin beranjak dari sini tapi takut Mas Abim kesusahan mencariku. Lagian Mas Abim ngapain aja sih di toilet kok lama banget?"Udahlah Shela, ini tempat umum. Malu ribut-ribut disini, diliatin orang tau.""Loh kamu kok malah nyalahin aku sih? Jelas-jelas kamu yang salah karena masih mengharapkan mantan istrimu!""Astaga, Shela! Kapan aku bilang kalau aku masih mengharapkan Nilam? Nggak pernah kan? Kamunya aja yang selalu negatif thinking sama aku.""Yau

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Uang atau Penjara?

    Part 31❤️❤️❤️"Oke jika kalian ingin kami pergi dari rumah ini, tapi sebelum pergi beri aku uang untuk modal usaha!" Ucap Tante Dewi.Entah apa sebutan yang cocok disematkan untuk Tante Dewi, bolehkah aku menyebutnya dengan si muka tembok?Kesalahan yang ia perbuat tak lantas membuatnya merasa bersalah justru dengan tanpa malu meminta uang kepada orang yang dia kecewakan.Kulihat Bunda menghembus nafas dengan kasar, mungkin untuk menetralkan emosinya."Apa kamu bilang? Minta uang? Masih berani kamu minta uang dariku?" Tanya Bunda."Apanya yang salah sih? Wajarlah kalau aku minta uang darimu, karena kamu udah ngusir kami, jadi aku sama anakku perlu uang untuk bertahan hidup diluar sana," ucap Tante Dewi dengan entengnya."Oke kalau kamu mau uang dariku, aku kasih."Aku tercengang mendengar keputusan Bunda, kenapa dia bisa sebaik itu."Nah gitu dong Mbak, toh uangmu banyak. Aku juga minta sedikit kok cuma 25 juta aja. Aku yakin uang segitu nggak akan mempengaruhi kekayaan keluargamu."

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Terusir

    Part 30❤️❤️❤️Prak...Aku melempar sepatu rusak ku itu dihadapan Vika yang tengah asyik menonton sinetron favoritnya."Apaan sih kamu, nggak ada sopan santun sama sekali, main lempar barang di depan orang." Vika terlihat kaget dan kesal, tapi bodo amat kali ini aku lebih kesal dengannya."Lebih nggak sopan mana sama orang yang main masuk ke kamar orang lain dan mencuri disana?""Apa maksud kamu? Kamu menuduhku mencuri? Punya bukti apa kamu?" Tanya Vika dengan ekspresi yang dibuat tenang tapi aku tau ada sedikit raut tegang di wajahnya."Sepatu ini cukup jadi bukti. Kamu mencurinya dari kamarku lalu merusaknya, Kan?""Aduh Nilam..., Nilam. Sepatu itu nggak bisa ngomong, jadi mana bisa membuktikan kalau aku pencurinya." Vika tersenyum sinis.Iya aku tau jika sepatu ini tak bisa membuktikan jika Vika bukan pencurinya. Sayangnya aku tak bodoh, bukti yang sebenarnya sudah aku kantongi."Eh ini ada apa kok ribut-ribut?" Tante Dewi mendekat."Ini Ma, masak Nilam menuduhku mencuri sepatu but

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Pencuri di Kamarku

    "Makanya kalau diajak makan itu jangan aji mumpung! Mentang-mentang gratisan jadi nggak kira-kira makannya, kaya seminggu nggak makan," sungut Bunda."Halah bilang aja kamu nggak ikhlas kan waktu traktir aku?" Ucap Tante Dewi."Kamu ini benar-benar nggak bisa dibaikin ya, Wi. Semakin keluargaku baik sama kamu, semakin nggak tau diri sikapmu itu!"Kulihat wajah Tante Dewi pucat pasi. Sudah dipastikan nyalinya menciut mendengar Bunda berbicara dengan oktaf yang lebih tinggi dari biasanya.Sesabar-sabarnya orang pasti ada titik dimana orang tersebut tak lagi bisa mengontrol emosinya. Mungkin itu yang saat ini Bunda rasakan.Bibir Tante Dewi terkatup seperti ingin mengeluarkan suara, tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia hanya tertunduk.Tak menyangka Tante Dewi yang biasanya pandai menyanggah ucapan lawan bicaranya kini kini hanya diam seperti kerupuk yang disiram dengan air."Sabar, Bunda! Jangan emosi, nggak baik buat kesehatan kamu sendiri!" Ayah menenangkan Bunda

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mabuk Seafood

    "Dek udah belum siap-siapnya?""Sebentar, Mas! Tunggu aku pake lipstik sebentar, biar nggak kelihatan pucat.""Yaudah aku keluar duluan, mau manasin mobil. Yuk anak ayah tunggu di mobil!" Ajak Mas Abim kepada Arsha yang sudah rapi dan wangi itu.Rencananya akhir pekan ini akan kami habiskan untuk liburan bersama keluarga. Tak perlu pergi ke tempat yang jauh, cukup pergi ke pantai yang masih berlokasi di kota ini."Eh kalian pagi-pagi mau pergi kemana?" Tanya Tante Dewi dengan muka bantal khas orang bangun tidur, padahal arloji saat ini sudah menunjukkan pukul sembilan pagi."Kamu ini kalau bangun tidur mbok ya, cuci muka dulu terus gosok gigi! Mulut kamu bau bangkai tau," sungut Bunda sambil menutup hidung dengan jari telunjuknya."Halah bau mulutnya orang bangun tidur itu wajar. Kalian mau pergi kemana sih? Masih pagi juga.""Pagi apanya? Nggak lihat kamu, kalau matahari udah ada ditengah-tengah. Mbok kamu itu sadar, udah tua perbanyak ibadah! Bangun yang pagi terus sholat subuh!""I

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Omlet Cangkang Telur

    "Eh Abim baru pulang kerja ya? Pasti capek, sini biar aku pijitin!"Mendengar deru mobil memasuki garasi, Vika segera menyambut sang pemilik mobil di depan pintu. Dasar tak tau malu, berani-beraninya dia menggoda lelaki yang jelas-jelas istri sahnya masih disini.Beruntungnya suamiku ini bukanlah tipe lelaki yang mudah tergoda, apalagi dengan makhluk seperti Vika. Dia memilih berlalu, mengabaikan Vika dan berjalan kearahku yang sedang menyuapi makan Arsha."Pintarnya anak ayah makannya habis banyak ya? Emangnya jagoan ayah makan sama apa?" Tanya Mas Abim."Asa makan ayam goreng sama sayur sop," jawab anakku."Wah enak ya, Ayah jadi pengen.""Enak dong, kan ibu yang masak," ucap Arsha sambil mengacungkan jempol tanganya."Bim kok kamu cuekin aku sih? Kan niatku baik, itu tandanya aku peduli sama kamu. Nggak kaya istrimu yang lebih memilih anaknya dibanding menyambut kepulangan suaminya." Vika datang dengan wajah masamnya."Anak Ayah tadi main apa aja sama Ibu?"Mas Abim abai terhadap V

DMCA.com Protection Status