Home / Pernikahan / Adik Ipar Pengganti Istri / Bab 55 | Jangan Sampai Menyesal

Share

Bab 55 | Jangan Sampai Menyesal

Author: Intan Tanzza
last update Last Updated: 2024-02-18 23:14:24

“Loh, Ra. Kok Lo di luar, sih?”

Pertanyaan itu sukses membuat Gibran yang sibuk menatap foto Humaira terhenyak. Lelaki itu menengadahkan kepala. Dia melihat pintu ruang rawat inapnya terbuka sedikit. Satu lagi, dia bisa mendengar suara Devan.

Apa Zahra sudah kembali? Apa dia di sana sejak tadi? Mungkinkah, wanita itu mendengar apa yang ia katakan?

Pertanyaan itu memenuhi kepala Gibran. Ia ingin sekali menghampiri keduanya dan memastikan apa yang ada di pikirannya. Meskipun tubuhnya masih lemah, Gibran memaksakan diri. Dengan tertatih, dia berjalan perlahan, membawa selang infus di tangan kirinya.

“He … kenapa Lo bangun!!” seru Devan dengan mata melotot saat melihat Gibran membuka pintu.

“Mas, kamu kenapa jalan-jalan, sih?” tanya Zahra dengan mata melotot tajam. Dia langsung menghampiri Gibran dan meletakkan tangan Gibran di bahunya.

“Seharusnya kamu itu banyak istirahat, Mas. Mau kemana sih, ‘kan bisa panggil suster kalau mau sesuatu,” ujar Zahra sambil menuntun Gibran ke ranjangnya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 56 | Seperti Orang Asing

    Pembicaraan serius dengan Devan nyatanya sudah terjadi dua hari yang lalu. Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Ada banyak kejadian selama Gibran melakukan rawat inap di rumah sakit, salah satunya adalah kedatangan wanita bernama Aurelia.Nyatanya, wanita itu tidak hanya datang sekali —waktu bersama Mama Tania—. Wanita itu datang dua hari yang lalu setelah Devan memberikan petuah. Kehadiran wanita itu seakan menjadi tanda.“Kamu jangan banyak gerak, Mas!” tegur Zahra saat melihat Gibran sudah berkutat dengan laptop, padahal selang infus belum waktunya dilepas.“Saya sudah lebih baik!” jawab Gibran begitu singkat tanpa mau menatap Zahra.Wanita itu langsung menatap Gibran. Jujur saja, dia merasa sedih dengan perubahan suaminya. Gibran kembali menjadi sosok yang dingin dan abai akan dirinya. Padahal, Zahra sudah berharap Gibran benar-benar membuka hati setelah sikap baiknya beberapa saat lalu.“Permisi.”Suara itu membuat Zahra menengadahkan kepala. Keningnya langsung mengerut saat

    Last Updated : 2024-02-20
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 57 | Lebih Menyakitkan

    Senyum matahari langsung menyambut eksistensi Zahra di dapur. Wanita itu sudah berkutat sejak pukul lima pagi, lebih tepatnya setelah shalat subuh. Dia berniat membuatkan sarapan pagi untuk Gibran. Suaminya itu baru saja sembuh. Oleh karena itu, dia berencana mengatur menu makan Gibran. Suaminya itu masih tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan pedas dan asam.“Mau bibi bantu, Non?”Pertanyaan itu membuat Zahra menolehkan kepala. Dia mengulas senyum manis dan langsung menyambut kedatangan Bi Jum dengan sapaan hangat.“Boleh, Bi.” Zahra kembali mengaduk sup ayam. “Lebih tepatnya sih, nunggu supnya matang.”“Oalah, saya kira masih banyak,” sahut Bi Jum dengan senyum sungkan. “Maaf ya, Non. Bibi lagi kurang enak badan.”“Loh, bibi sakit? Kalau begitu … bibi istirahat saja. Nggak usah bekerja dulu.” Zahra langsung memberikan perhatian pada Bi Jum. “Atau perlu saya panggilkan dokter?”Bi Jum langsung menggelengkan kepala dengan tegas. “Bibi sudah lebih baik, Non. Kemarin sudah beli obat d

    Last Updated : 2024-02-22
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 58 | Makan Siang

    Hari menjelang siang. Akan tetapi, tidak melunturkan niat Zahra untuk memasak menu makan siang untuk suami tercinta, lalu mengantarkan, seperti biasanya. Sikap Gibran pagi tadi coba Zahra abaikan. Dia berpikir bahwa suaminya sedang pusing dengan pekerjaan yang tertunda selama sakit.Kali ini, dia membuatkan menu makanan kesukaan Gibran. Dengan senyum ceria, Zahra memasukkan semua menu ke dalam kotak bekal yang ia susun dengan rapi. Ternyata, masak tidak memerlukan banyak waktu, apalagi saat memikirkan siapa yang akan menikmati masakan kita.“Bi,” panggil Zahra pada Bi Jum yang tengah menggendong Nazira.Kedua mertuanya sudah kembali pulang. Kini, tinggallah dia, Bi Jum, dan Mang Tarjo selama Gibran kerja. Saat memasak tadi, dia memang menitipkan putri kecilnya pada asisten rumah tangannya itu.“Sudah mau berangkat, Non?” tanya Bi Jum saat melihat tas berisikan kotak makan susun yang tengah Zahra bawa.Wanita itu menganggukkan kepala. Senyumnya semakin mengembang saat melihat Nazira me

    Last Updated : 2024-02-23
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 59 | Jangan Mengatur Saya

    Perasaan tidak tenang, sekaligus cemas tengah merundung Zahra. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam Entah sudah berapa kali ia menatap jam dinding yang ada di ruang tamu. Bahkan, sejak tadi Zahra tidak bisa tinggal diam. Beranjak dari posisinya, lalu jalan mondar mandir sambil gigit jari.Dia bukannya berdiam diri semata. Sejak tadi, Zahra sudah mencoba menghubungi Gibran. Untuk kali pertama, sambungan teleponnya masih terhubung. Akan tetapi, percobaan kedua dan seterusnya, tidak terhubung. Sepertinya Gibran sengaja menonaktifkan saluran datanya.Zahra yang lelah kembali mendudukkan diri di sofa. “Kamu ke mana, Mas? Jangan buat aku berpikiran yang tidak-tidak.” Zahra kembali duduk sambil menutup wajahnya. Ingatannya kembali terlempar pada kejadian di kantor suaminya tadi siang.“Saya sudah makan, kembalikan file saya!”Seulas senyum manis kembali terlihat dari Zahra. Wanita itu senang saat melihat Gibran menyuapkan bekal buatannya untuk pertama kali. Untuk menepati janjinya, Za

    Last Updated : 2024-02-24
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 60 | Rasa yang Berbeda

    Dunia yang tengah dibangun dengan susah payah, runtuh seketika dalam satu malam. Tidak ada yang mengira kehidupannya akan begitu berat setelah kepergian kakak kembarnya. Zahra dengan suka rela memenuhi permintaan terakhir kakaknya, meski beberapa orang mencibirnya. Bahkan, ada yang mengatakan dia tidak tahu malu karena menikah dengan mantan suami kakak sendiri. Namun, Zahra mencoba tuli. Dia tidak pernah menganggap serius. Meninggalkan orang yang tulus mencintainya, juga ia lakukan demi amanah besar itu. Menerima segala perlakuan dingin dan perkataan ketus, juga sudah Zahra lakukan. Bahkan, beberapa kali mendapat kekerasan tak melunturkan semangat wanita cantik itu. Hanya saja, kali ini rasanya dia mulai goyah. Gibran jelas-jelas menunjukkan sikap pembelaan pada wanita lain. Ya, Aurelia. Wanita itu datang tiba-tiba dan seolah menjadi rivalnya, menabuh genderang perang. “Ya Tuhan, hamba harus apa lagi? Rasanya, hati hamba terlalu sakit mendengar Mas Gibran membela wanita lain.” Zah

    Last Updated : 2024-02-25
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 61 | Membahagiakan Diri

    “Ya Tuhan … comel banget ponakan gue,” seru Putri saat Zahra datang sambil menggendong Nazira. Hari ini, Zahra memang sengaja mengajak Nazira ke kampus. Dia tidak memiliki jam hari ini. Akan tetapi, dia datang untuk menyerahkan tugas pada dosen. Kedatangannya justru mendapatkan antusias dari sahabat dan tanda tanya dari mahasiswa yang lain. Oh ya, pernikahannya dengan Gibran memang dirahasiakan. Hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Wajar jika Zahra mendapatkan tatapan penuh tanya dan cibiran. “Lo punya anak, Ra?” tanya salah satu mahasiswi dengan tatapan mencemooh. “Hamil sama siapa, Lo? Perasaan gue belum pernah terima undangan atas nama Lo. Tapi, tau-tau udah bawa anak aja. Dia anak har—” “Tutup mulut laknat Lo, ya!!” Zahra mengacungkan jari di depan kakak tingkatnya itu. “Kenapa? Lo panik? Yang gue katakan benar, ‘kan?” Zahra yang mendengarnya memutar bola mata. Dia malas menanggapi cibiran itu. Akan tetapi, dia tidak bisa diam saja saat menyangkut nama Nazira. “Ya dia

    Last Updated : 2024-02-26
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 62 | Curiga

    Pertanyaan itu membuat keduanya terkejut. Mereka kompak membulatkan mata saat melihat Daffa sudah berada di dekat meja mereka. Lelaki itu datang dengan beberapa mahasiswa yang tergabung dalam BEM. Tentu saja mereka kenal karena mereka juga anggota BEM. “Kebetulan, nih. Boleh kita gabung?” tanya Gara. Zahra mengenalnya karena Rino adalah sahabat baik Daffa sekaligus wakil. “Maaf-maaf nih, kak. Kita cuma mau girl time. Jadi, lebih baik kakak cari tempat duduk yang lain,” sahut Putri sambil memperlihatkan cengirannys. “Yah … padahal kita cocok loh kalau triple dates,” seru Tama sambil mengedipkan sebelah matanya. Dia memang terkenal paling jahil dan playboy. Tidak sulit baginya untuk menjerat perempuan. Putri yang melihatnya langsung pura-pura muntah. “Najis kalau punya pasangan kayak Lo, kak.” “Awas hati-hati, entar kemakan omongan sendiri, Loh.” Percakapan singkat itu terhenti saat Daffa mengatakan kedua sahabatnya ke meja yang sudah dipesan sebelumnya. Sementara itu, tiga cewek-c

    Last Updated : 2024-02-27
  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 63 | Panas

    Zahra tidak tahu kesalahannya apa hingga Gibran berubah sangat drastis. Lelaki itu terkesan jauh lebih dingin dan jahat, dibandingkan sebelumnya. Terlebih, kedatangan Aurelia yang membuat Zahra merasa dinomor duakan. Setelah kejadian cap bibir di baju dan siluet orang di mall, kini Gibran menolak dirinya saat memerlukan bantuan karena ban mobilnya bocor di tengah jalan. Dengan jahatnya, Gibran mengatakan tidak bisa. Dia ada rapat dengan Aurelia dan sangat penting, tidak bisa diwakilkan. Apakah wanita itu lebih penting daripada dirinya? “Kamu kenapa, Mas?” tanya Zahra yang tengah menunggu di halte dekat lokasi ban mobilnya mogok. “Apa yang salah dari aku?” Zahra menundukkan kepala dengan telepon menyala. Terlihat nama Gibran di layar itu. Terhitung sudah dua puluh menit dia meratapi perlakuan Gibran yang menyesakkan dada. Dia memang bukan tipe wanita yang menyek-menyek. Akan tetapi, yang namanya istri akan tetap merasakan sakit saat mendapatkan penolakan dan perlakuan buruk suami.

    Last Updated : 2024-02-28

Latest chapter

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 76

    “Bi, Gibran ke mana?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Mama Puspa sesaat setelah tiba di rumah anaknya. Raut kelelahan terlihat jelas di wajah yang mulai memunculkan keriput. Namun, di sisi lain dia sangat senang dan bersyukur karena pada akhirnya Nazira diperbolehkan keluar dari rumah sakit.“Saya lihat mobilnya tidak ada,” lanjutnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Nazira.“Anu … itu Nyonya,” ucap Bibi dengan terbata. Merasa ada yang aneh, Mama Puspa menghentikan langkahnya. Ia lalu menoleh ke belakang, lalu berkata, “Bicara yang jelas Bi Jum. Gibran ke mana?”“Tadi … Den Gibran pergi setelah ada tamu.”“Tamu?” tanyanya dengan kening mengerut. “Siapa tamunya?” tanya Mama Puspa dengan intonasi tidak sukanya. Bagaimana bisa anaknya itu pergi padahal Nazira baru saja pulang dari rumah sakit.“Sama Mbak Liya, Nyah.”Mata Mama Puspa beberapa kali mengedip. *Maksud kamu Aurelia?” Wanita paruh baya itu kembali mengangguk. “Iya, Nyah.”Jujur saja, mendengar jawaban

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 75

    “Apa maksud kamu, Nak?”Pertanyaan itu Mama Nadira utarakan setelah beberapa detik terdiam. Jujur saja, dia begitu terkejut dengan perkataan Zahra. Ada apa dengan pernikahan anaknya? Apa yang terjadi hingga Zahra mengatakan hal itu.“Jangan bercanda, Nak. Pernikahan itu bukan untuk mainan.” Mama Nadira mencoba menampiknya. Pasti pernikahan anaknya bauk-baik saja, pasti. Zahra pasti hanya tengah bercanda.“Mama nggak suka ah kamu bicara seperti itu.” Mama Nadira memilih untuk beranjak. Dia menaruh piring kotor di dapur.Sementara itu, Zahra yang ditinggal berdua dengan sang Papa masih belum sanggup menatap papanya. Dia tidak takut. Hanya saja, dia takut membuang ayahnya kecewa dan merasa bersalah. Bagaimanapun, Papa Bagaskara yang menikahkan dirinya dengan Gibran.“Pah …,” panggil Zahra pada akhirnya setelah sekian lama diam. Kepalanya terus menunduk dengan tangan saling bermain.“Ada apa, Nak?” tanya Papa Bagaskara dengan tegas, tapi tersimpan kekhawatiran tersendiri.“Zahra tidak bis

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 74

    “Sayang, tumben kamu masak banyak banget.”Seruan itu membuat Mama Nadira yang tengah menggoreng ayam lengkuas langsung menoleh. Kedua sudut bibirnya langsung tertarik ke atas saat melihat tubuh tegap milik Bagaskara bersandar di dinding.“Iya, dong. Tadi Zahra bilang kalau mau pulang.”Kening Bagaskara langsung mengernyit mendengarnya. “Kapan bilang sama kamu, Mah?” Lelaki itu mendekat ke arah sang istri dan mengambil potongan kecil ayam yang sudah matang. “Enak, seperti biasa,” pujinya sambil memberikan satu kecupan di pipi Mama Nadira.“Ih … Papa apa-apaan, sih. Main cium-cium sembarangan. Nanti kalau ada yang lihat gimana?” gerutu Mama Nadira sambil menatap protes. Namun, kedua pipinya yang memerah tidak bisa menyembunyikan bahwa dirinya tengah salting.Mendengar itu Bagaskara hanya bisa menggelengkan kepala. Dia biarkan saja istrinya kembali melanjutkan kegiatan memasak. Kebahagiaan tersendiri melihat Nadira tersenyum benar-benar lepas setelah kepergian Humaira.Dua bulan setelah

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 73 | Surat Pengadilan Agama

    “Bi, Gibran ke mana?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Mama Puspa sesaat setelah tiba di rumah anaknya. Raut kelelahan terlihat jelas di wajah yang mulai memunculkan keriput. Namun, di sisi lain dia sangat senang dan bersyukur karena pada akhirnya Nazira diperbolehkan keluar dari rumah sakit.“Saya lihat mobilnya tidak ada,” lanjutnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Nazira.“Anu … itu Nyonya,” ucap Bibi dengan terbata. Merasa ada yang aneh, Mama Puspa menghentikan langkahnya. Ia lalu menoleh ke belakang, lalu berkata, “Bicara yang jelas Bi Jum. Gibran ke mana?”“Tadi … Den Gibran pergi setelah ada tamu.”“Tamu?” tanyanya dengan kening mengerut. “Siapa tamunya?” tanya Mama Puspa dengan intonasi tidak sukanya. Bagaimana bisa anaknya itu pergi padahal Nazira baru saja pulang dari rumah sakit.“Sama Mbak Liya, Nyah.”Mata Mama Puspa beberapa kali mengedip. *Maksud kamu Aurelia?” Wanita paruh baya itu kembali mengangguk. “Iya, Nyah.”Jujur saja, mendengar jawaban

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 72 | Restu Orang Tua

    “Apa maksud kamu, Nak?” Pertanyaan itu Mama Nadira utarakan setelah beberapa detik terdiam. Jujur saja, dia begitu terkejut dengan perkataan Zahra. Ada apa dengan pernikahan anaknya? Apa yang terjadi hingga Zahra mengatakan hal itu. “Jangan bercanda, Nak. Pernikahan itu bukan untuk mainan.” Mama Nadira mencoba menampiknya. Pasti pernikahan anaknya bauk-baik saja, pasti. Zahra pasti hanya tengah bercanda. “Mama nggak suka ah kamu bicara seperti itu.” Mama Nadira memilih untuk beranjak. Dia menaruh piring kotor di dapur. Sementara itu, Zahra yang ditinggal berdua dengan sang Papa masih belum sanggup menatap papanya. Dia tidak takut. Hanya saja, dia takut membuang ayahnya kecewa dan merasa bersalah. Bagaimanapun, Papa Bagaskara yang menikahkan dirinya dengan Gibran. “Pah …,” panggil Zahra pada akhirnya setelah sekian lama diam. Kepalanya terus menunduk dengan tangan saling bermain. “Ada apa, Nak?” tanya Papa Bagaskara dengan tegas, tapi tersimpan kekhawatiran tersendiri. “Zahra tid

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 71 | Minta Maaf

    “Sayang, tumben kamu masak banyak banget.”Seruan itu membuat Mama Nadira yang tengah menggoreng ayam lengkuas langsung menoleh. Kedua sudut bibirnya langsung tertarik ke atas saat melihat tubuh tegap milik Bagaskara bersandar di dinding.“Iya, dong. Tadi Zahra bilang kalau mau pulang.”Kening Bagaskara langsung mengernyit mendengarnya. “Kapan bilang sama kamu, Mah?” Lelaki itu mendekat ke arah sang istri dan mengambil potongan kecil ayam yang sudah matang. “Enak, seperti biasa,” pujinya sambil memberikan satu kecupan di pipi Mama Nadira.“Ih … Papa apa-apaan, sih. Main cium-cium sembarangan. Nanti kalau ada yang lihat gimana?” gerutu Mama Nadira sambil menatap protes. Namun, kedua pipinya yang memerah tidak bisa menyembunyikan bahwa dirinya tengah salting.Mendengar itu Bagaskara hanya bisa menggelengkan kepala. Dia biarkan saja istrinya kembali melanjutkan kegiatan memasak. Kebahagiaan tersendiri melihat Nadira tersenyum benar-benar lepas setelah kepergian Humaira.Dua bulan setelah

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 70 | Melihatnya

    “Yakin hari ini Lo mau masuk kampus?” Pertanyaan itu membuat Zahra yang mengaplikasikan sunscreen menoleh. Wanita itu menghela nafas. Ini pertanyaan ketiga setelah dia mengatakan akan masuk kampus setelah lima hari menjalani kelas secara online.“Yakin. Lo nggak usah khawatir, Put. Gue baik-baik saja.”Selesai bersiap, mereka akhirnya pergi ke kampus. Di sela perjalanan, mereka bercerita tentang hal-hal kecil. Zahra beberapa kali dibuat tertawa oleh Adel.Meskipun begitu, ada rasa hampa di sudut hatinya. Dia berulang kali bertanya, bagaimana kabar Nazira? Apakah anaknya itu baik-baik saja? Zahra tidak bisa abai pada amanah yang sudah dititipkan pada dirinya.“Lo … nggak mau pulang, Ra”“Pulang ke rumah Mama?” Zahra membuka galeri, lalu menatap foto dirinya dan Nazira. Tanpa bisa dicegah, tangannya bergerak untuk memberikan usapan. “Terlalu jauh sam—”“Lo tau yang gue maksud, Ra,” sela Adel sambil menoleh ke arah kiri. “Gue tanya, kapan Lo pulang ke rumah suami? Lo punya tanggung jawab

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 69 | Sama-Sama Membutuhkan

    “Mama nggak mau tau ya, Gib. Kamu harus cari Zahra sampai ketemu! Mama nggak mau lihat Nazira sakit!!” Mama Puspa menatap tajam Gibran yang kini duduk di ruang rawat Nazira. Lelaki itu mengurut hidungnya. Kepalanya semakin pening mendengar Omelan sang Mama. Awalnya, dia sengaja menyembunyikan kepergian Zahra karena tahu reaksi mamanya akan seperti ini. Namun, sebaik apa pun dia menyembunyikannya, Mamanya mengetahui juga. Jangan lupakan wanita yang melahirkannya ini mempunyai banyak mata. “Iya, Ma. Gibran juga masih berusaha mencari Zahra.” Mama Puspa menghela nafas panjang. “Apa yang kamu perbuat hingga Zahra meninggalkan rumah, ha?” Puspa menatap tajam anaknya. “Kamu ini mikirnya gimana sih, Gib?” tatapan itu berubah menjadi sendu. “Zahra itu sudah mengorbankan masa depannya untuk masa depan kamu dan Nazira!” Puspa memalingkan muka, sambil mengusap air matanya. “Dia melakukan itu tanpa banyak protes. Tapi kamu, kamu justru tidak tahu diri. Kamu menyakitinya hingga Zahra memutuska

  • Adik Ipar Pengganti Istri   Bab 68 | Firasat Ibu

    Pyarr. “Astaghfirullah,” teriak Mama Nadia. Wanita setengah baya itu menatap pigura foto pernikahan Zahra dan Gibran yang ada di dekat televisi terjatuh. Matanya menatap cukup lama bingkai itu. Ia mulai merasa ada hal yang terjadi antara anak dan menantunya. “Ada apa, Ma?” tanya papa Bagas saat mendengar teriakan Mama Nadia. Lelaki itu mendekati Mama Nadia yang masih memaku di tempat sambil memegang album foto. Bagas melihat istrinya menatap ke lantai, lebih tepatnya ke arah foto pernikahan Zahra dan Gibran yang kini pecah. “Astaghfirullah, kok bisa pecah?” tanya Papa Bagas sambil bergegas merapikan itu. “Ah … ini masih bisa diperbaiki, Ma. Nggak kenapa-napa,” ujar Papa Bagas menenangkan istrinya. “Pah … ada apa sama mereka, ya?” tanya Mama Nadia begitu lirih. Dia berdiri perlahan, lalu menatap suaminya dengan lekat. “Perasaan Mama tiba-tiba nggak enak, Pa. Mama merasa ada yang terjadi sama mereka,” ungkapnya tentang keresahan hati. Papa Bagas yang mendengar itu menghela nafas

DMCA.com Protection Status