Adik Ipar Malang
Bab 55 Lilis Melahirkan"Ibu." Lilis tersenyum melihat ibunya yang sudah berdiri di pintu.Devan bukan hanya tersenyum, dia malah sangat bahagia. Kecemasannya seketika sedikit terangkat. Memang benar perkataan tentang, ibu adalah malaikat tak bersayap. Kehadirannya sangat menolong Devan. Lilis berpindah, menjadi memeluk Bu Ratna.Tepat saat itu, seorang perawat masuk sambil membawa peralatan untuk persalinan Lilis. "Bapak dan ibu keluar dulu, ya. Saya mau cek pembukaan jalan lahir Bu Lilis."Setelah Bu Ratna dan Devan keluar, tidak lama kemudian dokter dan seorang perawat masuk ke dalam ruangan Lilis. Perawat yang sebelumnya mengecek pembukaan Lilis berdiri di pintu. "Bu Lilis sudah mau melahirkan. Apa ada yang mau masuk untuk menemani Bu Lilis?" tanya perawat itu.Semuanya memandang ke arah Devan, sedang yang ditatap hanya menampakkan wajah bingung.Melihat wajah menantunya bingung dan sudah terlihAdik Ipar Malang Bab 56 (Panggilan Daffin)Begitu sampai di rumah, tepatnya kediaman Devan dan Lilis, mereka dikejutkan dengan ruang tamu yang sangat berbeda. Lilis yang masih dalam kondisi sensitif, langsung menangis terharu. Di ruang tamu sana, menggantung tulisan 'Selamat datang baby Daffin'. Mereka tahu, Daffin pasti sedang tidur, makanya mereka tidak membuat suara yang berisik."Kamu suka kejutannya, Sayang?"Lilis mengangguk. Dia masih mengendalikan emosi bahagianya. Setelah beberapa bulan rumah ini sangat sepi tanpa orang tua dan saudara, sekarang rumah menjadi ramai dan hangat."Aku sangat suka. Terima kasih semuanya.""Biarkan Bude cantik ini yang gantian menggendong baby Daffin. Aku akan membawa ke kamarnya." Laras langsung mengambil Daffin dari tangan Bu Ratna. Kemudian berjalan menuju kamar, diikuti Lilis dan Devan yang masih membawa tas.Sampai di kamar, Devan meninggalkan kakak beradik itu di san
Adik Ipar Malang Bab 57 A Pengiriman PaketBesoknya, mereka memutuskan segera kembali ke Jakarta. Hanya meninggalkan bu Ratna saja yang akan tetap tinggal di sini, kurang lebih seminggu. Sambil menunggu kedatangan orang tua Devan juga. Mereka masih belum bisa datang karena urusan perusahaan.Laras dan Lilis sudah memberi tahu keluarga tentang panggilan Daffin pada Evan. Semua menyetujui itu, karena mereka juga mementingkan mental Daffin setelah besar nanti. Evan juga tidak keberatan kalau Daffin nantinya hanya akan memanggilnya Pakde. Itu sudah cukup, asal dia tidak dilarang jika ingin bertemu dengan Daffin.Mereka juga akan merahasiakan asal usul tentang kelahiran Daffin. Berharap semoga kedepannya malah tidak ada hal-hal buruk lagi yang menimpa keluarga mereka. "Pokoknya kamu dan Daffin harus datang saat acara empat bulananku besok," ucap Laras sambil memeluk adik kandungnya."Insyaa Allah, Kak. Semoga tidak ada halangan."
Adik Ipar Malang Bab 57 B Pengiriman Paket"Ini bagus dan sangat lucu. Terlihat seperti barang mahal, tapi ... Ibu masih agak ngeri terima barang yang enggak jelas asal usulnya."Paling bawah sendiri ada sebuah buku tentang cara merawat bayi dari lahir sampai pemberian MP-Asi. Tiba-tiba Lilis teringat kalau dulu juga pernah ada yang memberikan sebuah buku bacaan saat dirinya masih hamil. "Sepertinya aku tahu," terka Lilis."Siapa?" tanya bi Ratna penasaran. "Salah satu temannya Kak Devan.""Temannya Devan? Kok enggak ditulis nama pengirimnya? Kenapa harus dirahasiakan namanya?""Itu ... hanya Kak Devan yang tahu. Aku sungkan untuk menanyakannya."Bu Ratna mengernyit heran, mendengar jawaban Lilis. Dalam hatinya merasa kalau ada yang tidak biasa dengan hubungan mereka. Pada akhirnya, dia menyerah. Mereka semakin dewasa, pasti mereka juga bisa menyelesaikan persoalan mereka sendiri. "Ya sudahlah.
Adik Ipar Malang Bab 58 Tidur dengan DaffinMalam harinya, setelah selesai makan malam, Devan dan Lilis sedang berbincang di atas kasur, dengan Daffi berada di tengah antara mereka. "Kak ....""Kenapa? Cerita saja," ucap Devan sembari memerhatikan Daffin. "Tadi siang ada yang mengirim bunga dan paketan, tapi enggak ada nama pengirimnya.""Terus? Memang apa isinya? Bukan benda berbahaya, kan?" Ekspresi Devan mulai serius. Dia mengusap pipi Daffin untuk menenangkan emosinya. Lilis menggeleng. "Enggak, kok. Isi paketnya baju-baju untuk Daffin yang sangat mewah. Juga ada sebuah buku."Devan masih diam. Alisnya naik ke atas, pertanda Lilis bisa melanjutkan perkataannya."Sepertinya itu dari Kak Fero. Dulu saat aku hamil, dia juga pernah memberikan aku sebuah buku masa-masa hamil. Sekarang, dia memberikan buku pasca persalinan.""Fero?" tanya Devan."Baru dugaan saja," jawab Lilis lirih.
Adik Ipar Malang Bab 59 Paket Pengantin BaruBeberapa hari sebelumnya ..."Apa kabar Siska?"Sebuah suara berada tepat di belakang Siska. Dia adalah orang yang dulu pernah menjadi dewi penyelamat, sebelum semuanya terbongkar oleh Devan. "Ka–kamu ...""Ya? Kita bertemu lagi.""Freya," bisik Siska."Ya. Ini aku, Freya. Kamu pikir aku akan sembunyi terus? Dendamku belum terbalas, tentu saja aku harus menuntaskannya." Freya terkekeh. "Sekarang kamu sudah masuk ke dalam keluarga Evan. Pasti sangat bahagia, ya? Sayangnya, aku terlambat mengetahui, kalau ibu kamu ternyata ada hubungan di masa lalu dengan keluarga itu. Kalau iya, pasti aku bisa memanfaatkanmu lebih awal."Tanpa sadar, Siska mengepalkan kedua telapak tangannya. Meski dia belum lama masuk ke keluarga itu, banyak kebaikan yang sudah diberikan kepadanya. Terutama untuk ibunya."Kenapa? Kamu mau marah?" ejek Freya. Siska menetra
Adik Ipar Malang Bab 60 Satu Kamar BerduaSontak saja mereka berdua langsung salah tingkah. Elan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, sedang Siska langsung memalingkan wajah ke mana saja, asal tidak temu pandang dengan Elan.Di pikiran pelayan, beda lagi. Dia malah mengira kalau dua orang pelanggannya ini tersipu karena masih hangat-hangatnya pengantin baru.Elan berdehem, ingin lebih dulu memecah kecanggungan ini."Maaf kami pesan menu biasa. Paket promonya lain kali saja."Pelayan itu masih tersenyum ramah. "Tidak apa-apa. Jadi, Tuan dan Nyonya mau pesan apa?" "Kamu mau pesan apa?" tanya Elan pada Siska."Samakan saja."Elan kembali memandang pelayan untuk memesan makanannya. "Dua porsi nasi goreng ukuran sedang dan dua porsi sup ayam ukuran kecil. Minumnya teh tawar hangat saja." Elan menutup buku menunya, kemudian mengembalikannya kepada pelayan. "Baik, silakan menunggu sebenta
Adik Ipar Malang Bab 61 Hadiah dari SiskaDevan menyeringai licik melihat kekompakan Elan dan Siska saat protes. Sepertinya ada bau-bau romantis di antara mereka berdua. Dalam hatinya berpikir cara menjadi mak comblang, supaya Elan tidak menjadi bujang lapuk.Di sisi lain, orang yang ada di dalam pikiran Devan sedang sama-sama tersipu. Suasana juga menjadi canggung seketika.Lilis mengerjapkan kedua matanya kemudian segera meluruskan. "Mas Tejo, mereka bukan suami istri. Letakkan di kamar tamu terpisah, ya.""Oh. Maafin saya, Den, Non. Saya kira ...""Enggak apa-apa." Elan segera menghentikan topik pembicaraan ini.Tadi pagi, mereka berdua sudah dibuat canggung saat sedang makan di sebuah rumah makan. Sekarang mereka kembali dibuat kejadian yang sama. "Oh iya. Di dalam kardus itu hadiah dariku untuk baby Daffin. Ransel warna hitam itu milikku, sedangkan warna abu-abu milik Siska. Tolong membawanya hati-hati, soalnya ada beberapa barang yang pen
Adik Ipar Malang Bab 62 (Map Biru Hilang)Tanpa diduga, Lilis langsung menerjang Siska dengan sebuah pelukan. "Terima kasih, Siska. Di saat yang lain memikirkan hadiah apa yang pantas untuk anaknya, kamu satu-satunya yang memikirkan kebutuhan ibunya."Siska tertegun sejenak, sebelum akhirnya tersadar. Dia menepuk punggung Lilis sambil berkata, "Sama-sama. Maaf kalau hadiah itu tidak seberapa dibandingkan dengan hadiah dari orang lain.""Tidak benar. Ini semua sangat bermanfaat. Aku sangat menyukainya. Terima kasih sekali lagi," ucap ibu dari Daffin sambil mengakhiri pelukannya. Perasaannya sangat terharu, karena ada yang memberikan hadiah untuknya, juga memecahkan solusi untuknya.Lilis sempat kepikiran saat nanti akan melakukan perjalanan jauh. Seperti pergi ke rumah orang tuanya untuk acara empat bulanan kakak kandungnya, Laras. Sekarang tidak perlu bingung lagi saat akan memberi asi Daffin. Semua ini berkat hadiah dari Siska.
Bab 91 Senyum Bahagia Freya tidak tahu kalau Laras juga mencari bantuan saat pergi. Makanya dia berpikir kalau Laras merupakan orang yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang. Sedangkan nasib ketiga pemuda yang melecehkan Freya, mereka sudah tew4s di dalam sel sesaat setelah Freya keguguran. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Fero. Lilis melihat Devan sedang menunduk sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Tangannya segera merengkuh telapak yang mengepal itu. Devan mengangkat kepalanya dan melihat senyuman hangat Lilis. Semua yang ada di sana juga melihat ke arah Devan. Mereka tahu bagaimana perasaan bersalah yang Devan miliki. "Devan, kamu enggak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kamu punya pilihan sendiri. Apa lagi ini untuk seumur hidup. Jangan karena orang memintamu melakukan ini, kamu juga harus menurutinya. Kamu itu milik diri kamu sendiri. Kamu berhak menentukan yang terbaik untuk dirimu." Pak Arifin selaku mertua Devan ber
Bab 90Fero memberi kode pada anak buahnya untuk tetap menangkap Freya. Kemudian terjadilah perkelahian antara Meisya dengan kedua anak buah Fero. Meski Meisya menguasai bela diri pun kalau harus melawan dua laki-laki yang ilmunya jauh di atasnya, dia akan kalah. Tidak sampai lima menit, Meisya bisa dikalahkan. Kemudian Fero membawa Freya kembali bersama dengan Meisya juga. Setelah mereka pergi, Devan menyuruh anak buahnya untuk segera membereskan preman-preman bayaran Freya dibantu oleh anak buah Evan.Evan menghubungi orang tuanya untuk segera pergi ke rumah sakit di mana Elan dirawat. Siska yang mendengar tentang Elan pun langsung mendekati Evan. "Tuan Evan, bolehkah saya bertemu dengan Tuan Elan?" tanyanya dengan nada memohon. Matanya berkaca-kaca. Evan mengangguk begitu saja. Sebenarnya dia merasa tak enak sudah mencurigai Siska kemarin. Sudah seharusnya dia meminta maaf. Tetapi suaranya tetap tidak bisa keluar, kembali ditelannya lagi. "Siska, ayo kita ke rumah sakit jengu
Bab 89 Tukar Kebebasan SiskaSemua yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Terutama Freya. Padahal dia sudah membayar orang-orang untuk melindungi tempat ini. Lagi pula rumah ini berada jauh di dalam karena dibangun di belakang kebun. Lilis yang melihat Devan datang segera berlari ke arahnya. Freya yang melihat itu langsung berteriak, "Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berlari ke sana!"Semua preman itu langsung berlari ke arah Lilis. Bukannya menangkap Lilis, mereka malah berdiri di sisi kanan, kiri, dan di belakang Devan. Freya langsung tercengang. Bagaimana bisa orang bayarannya malah berdiri di pihak Devan? Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sepertinya dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Jangan-jangan, Elan tidak dibawa ke tempat yang sudah dia rencanakan, melainkan sudah diselamatkan oleh mereka. Tetapi Freya masih mencari cara untuk menyelamatkan dirinya. Devan memandang Freya dengan pandangan yang sulit. Dulu mereka bertiga—dengan Fero—sangat akrab. Devan sudah menganggap F
Adik Ipar Malang Bab 88 Yang SebenarnyaBeberapa hari berikutnya, Freya mau mengeluarkan suaranya. Hal yang pertama kali dia ucapkan adalah meminta Fero mencari siapa perempuan yang berlibur juga di puncak pada saat itu.Akhirnya, setelah beberapa hari, Fero sudah menemukan keluarga mana yang pergi berlibur pada hari di mana Freya mengalami kejadian naas. Saat Fero ingin memberitahu Freya, dia malah mendapati adiknya sedang sekarat setelah meminum obat peng9u9ur kandungan lebih dari takaran. Hal itu membuat Fero syok karena ternyata Freya tiba-tiba mengalami pendarahan dan kemudian keguguran.Karena pendarahan terus menerus, membuat rahimnya menjadi infeksi. Untuk meminimalisir munculnya kanker dan kerusakan pada organ lainnya, dokter menyarankan agar Freya menjalani pengangkatan rahim.Freya jelas menolak. Baginya rahim adalah salah satu tanda perempuan sejati. Dari gadis saja dia tidak punya rahim, laki-laki mana yang mau men
Adik Ipar Malang Bab 87 Kamu Punya Sesuatu "Kamu tidak percaya, kalau kamu punya sesuatu yang tidak aku punya?" tanya Freya dengan dingin. Lilis hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.Freya berucap dengan lirih, "Devan."Mata Lilis melebar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mungkin telinganya sedang tidak berfungsi dengan baik.Freya paham melihat dari ekspresi Lilis. Pasti perempuan di depannya ini merasa sudah salah dengar."Kamu enggak salah dengar. Aku benar-benar menginginkan Devan.""Jangan macam-macam Freya! Kamu mendekati kak Elan untuk menghancurkan rumah tangga kak Evan dan kak Laras, kenapa kamu meminta kak Devan padaku? Aku pikir kamu menyukai kak Evan!" ucap Lilis dengan nada tinggi.Lilis merasa kalau Freya sudah terkena gangguan jiwa. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya. Dengan wajah cantik dan kekayaan keluarganya, laki-laki mana yang akan menolak? Kenapa harus terobsesi dengan laki-laki yang sudah menikah,
Adik Ipar Malang Bab 86 Menghubungi Devan Di tempat lain, Fero tiba-tiba penasaran dengan adiknya yang sedang cuti. Dia coba untuk menghubungi adiknya kembali. Namun, masih tidak tersambung.Tadinya dia ingin membuat kejutan untuk adiknya, dengan tidak memberitahukan kepulangannya ke Indonesia. Ternyata adiknya malah mengambil cuti, dan nomornya susah dihubungi."Ini sudah hampir tiga jam, tapi kenapa Freya masih susah dihubungi?" gumam Fero.Akhirnya Fero penasaran untuk apa adiknya itu mengambil cuti tanpa sepengetahuannya. Dia segera meminta bawahannya untuk mencari keberadaan adiknya.Setelah beberapa saat, Fero menerima laporan kalau Freya beberapa hari yang lalu memesan tiket pesawat ke Singapura, tetapi tidak pergi ke sana. Lalu, untuk apa?Setelah mengerti dengan situasi ini, Fero langsung bangkit dari duduknya. Dia membawa dua bawahannya untuk mengikutinya."Pergi ke lokasi di mana Freya sekarang berada!"
Adik Ipar Malang Bab 85 Memata-mataiSiska dan Lilis sedang duduk di ruang tamu. Mereka sedang menunggu sang Tuan Rumah keluar dari ruangannya. Lilis merasa was-was. Dia sedang memikirkan bagaimana kedepannya dengan Daffin kalau dirinya terjadi sesuatu di sini. Sedang Siska, dia malah merasa sangat gugup dan takut.Meisya segera menghampiri Siska dan Lilis. Dia membawa sebuah kotak berukuran tiga puluh sentimeter dan meletakkan di atas meja. "Silakan taruh ponsel Nona berdua di dalam kotak ini!" ujar Meisya dengan sopan. Siska dan Lilis saling memandang dan mengerutkan kening.Melihat keragu-raguan kedua perempuan itu, Meisya menambahkan, "Kami tidak akan mengambilnya. Hanya untuk mengantisipasi saja." Siska dan Lilis masih enggan untuk mengeluarkan ponsel mereka. Tidak disangka kalau Freya sangat berhati-hati. Padahal rencana Lilis adalah ingin merekam dan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk m
Adik Ipar Malang Bab 84 Dua Perempuan Sementara itu, Lilis sudah sampai di dekat gang besar yang dimaksud oleh Freya. Sebelumnya Freya memberitahu lagi, kalau mereka naik kendaraan umum, mereka harus turun di gang besar yang menuju ke rumah di mana Elan disembunyikan. Lalu, mereka harus berjalan kaki kurang lebih sejauh lima puluh meter lagi. Selama berjalan, Lilis memerhatikan keadaan tempat ini. Sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri hanya kebun yang ditanami pohon buah-buahan. Di antaranya pohon rambutan, mangga, dukuh, dan jambu air. "Lis, perasaanku agak kurang enak. Apa kita balik lagi saja?" Siska menggandeng lengan Lilis dengan kuat. Meski siang hari, tapi di sini sangat sunyi. Bahkan tidak ada orang yang lewat. Sepertinya lahan di sini adalah milik satu orang, sehingga orang-orang tidak berani lewat jalan ini sembarangan. "Jangan dulu! Kalau kita kembali, bagaimana dengan Kak Elan?" tolak Lilis."Tapi aku
Adik Ipar Malang Bab 83 Penyekapan Elan Di kantor Devan, tiba-tiba saja pikirannya mengarah ke Lilis. Entah kenapa hatinya sangat merindukan istri kecilnya itu.Devan menghentikan pekerjaannya sebentar, lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lilis. Panggilannya tersambung. Hanya saja tidak di angkat oleh istrinya itu. Sampai panggilan ketiga, Lilis tetap tidak mengangkat telfonnya. Kemudian Devan menghubungi nomor rumah Bu Maya. Tepat sekali beliau yang mengangkatnya. [Halo, kediaman Rifan di sini.]"Halo, Tante. Ini aku Devan."[Oh, Devan. Ada apa?]"Apa Lilisnya ada, Tante?"[Lilis? Dia sedang menemani Siska ke rumah sakit.]"Sejak kapan?"[Kurang lebih dari dua jam yang lalu. Mungkin sedang banyak pasien, jadi antreannya sedikit panjang.]"Apa Daffin juga ikut?"[Enggak. Daffin di rumah dengan Tante dan Laras. Ada apa, ya? Suara kamu kok terdengar cemas.]"Enggak apa-apa, kok, Tante. Terima kasih, ya. Mungkin L