Gadis Kekasih Gelap
Bab 33 B Rencana LiburanPOV Devan"Astaga!" Lilis menutup wajah dengan sebelah tangannya. "Maaf, ya, Kak Fero, untuk sikap Kak Devan. Tolong jangan di dengarkan pembicaraan tidak sopan kami, yang barusan."Fero langsung mengubah raut wajahnya. Dari yang tadinya muram menjadi biasa saja."Tidak apa-apa. Kalian pasangan yang akrab," ucap Fero dengan tersenyum.Bagi Lilis yang polos pasti akan menganggap Fero pria yang ramah dan suka tersenyum. Tapi tidak denganku yang tahu arti senyumnya dia. Itu senyum palsu dan tidak tulus.Selesai makan malam aku menggiring Fero untuk duduk di ruang tamu. Bagaimanapun dia adalah teman lama, sekaligus orang yang sudah menolong istriku. Sedang Lilis membantu Mbok Urip membereskan sisa makan malam di dapur."Kamu ke mana saja setelah wisuda? Aku ingin mencarimu, tapi papaku sudah lebih dulu memberi tugas untuk mengurus perusahaannya." Aku langsung saja bertanya sesuatuAdik Ipar Malang Bab 34 A Ke BaliPOV DevanAku mendekati Lilis yang sedang membongkar paket hadiah dari Mama. Isinya adalah baju-baju bayi. Dia terlihat sangat menyukainya, membolak-balik baju itu, melihat bagian depan dan belakang. Apa lagi berwarna-warni seperti itu."Sayang, kalau kita berlibur, bagaimana?" tanyaku setelah duduk di sebelahnya.Dia menghentikan gerakannya. "Berlibur? Ke mana?""Aku juga belum menentukan tempatnya.""Apa tak apa-apa?" Lilis mengusap perutnya."Nanti kita coba konsultasi dulu pada dokter. Kalau diijinkan, kita langsung pergi. Hitung-hitung ini liburan kamu sebelum melahirkan. Setelah melahirkan, kamu pasti akan sibuk mengurus bayi kita.""Baiklah, Kak. Kita liburan berdua." Lilis memelukku dengan erat. "Terima kasih untuk semua yang sudah Kakak berikan untukku. Aku tak mungkin bisa membalasnya.""Balas terima kasih dengan cintamu. Itu sudah lebih dari cukup."
Adik Ipar MalangBab 34 B Ke BaliPOV Devan"Kabar yang kedua ... Laras hamil.""Apa? Kak Laras hamil?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Alhamdulillah. Akhirnya Allah mengabulkan doa kita selama ini." Mata Lilis berbinar dan wajahnya semakin ceria."Kamu bahagia?""Sangat. Aku ingin menghubungi Kak Laras.""Jangan! Sudah malam. Laras sedang dalam masa-masa mual. Nanti kamu malah mengganggunya.""Betul juga, Kak.""Kalau begitu, sekarang waktunya ibu hamil tidur. Kamu harus banyak istirahat untuk persiapan kita liburan minggu depan. Kemari!"Aku berbaring di sebelah Lilis, kemudian mengusap perut buncit menggemaskan miliknya. Lilis mulai terlihat nyaman, sampai terdengar suara dengkuran halus.dari bibir mungilnya.'Ya Allah, jagalah janin yang ada di perut istriku. Lahirkanlah dalam keadaan utuh dan sempurna, sehat, cerdas, sholeh atau sholeha, dan suka mengamalkan ajaran-Mu.'Kita
Adik Ipar Malang Bab 35 A BaliPOV DevanSetelah makan malam aku dan Lilis berniat untuk istirahat, supaya besok badan tetap bugar untuk melakukan perjalanan. Tanpa sepengetahuan Lilis, aku memasukkan beberapa dokumen ke dalam koperku untuk dikerjakan selama liburan nanti.Terdengar pintu kamar diketuk dari luar. Aku dan Lilis sama-sama menghentikan pekerjaan kami yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper."Biar aku saja," usul Lilis. Dia kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya."Maaf, Non. Itu di luar ada Den Fero." Terdengar suara Mbok Urip berbicara dengan Lilis."Buatkan saja minuman untuknya, dan suruh menunggu sebentar, ya, Mbok."Setelah Mbok Urip pergi, Lilis menutup pintu kemudian berjalan ke arahku. "Ada Kak Fero di ruang tamu, Kak.""Dia lagi," gumamku lirih. "Aku akan menemuinya. Kamu mau menyelesaikan ini atau ikut?" tanyaku seraya berjalan ke arah pintu."Aku mau menyelesaikan in
Adik Ipar MalangBab 35 B BaliPOV Devan Pagi harinya setelah berpamitan dengan Mbok Urip dan Mas Tejo, kami langsung menuju bandara. Dilanjutkan dengan perjalanan udara selama kurang lebih dua jam. Kemudian kembali menaiki mobil untuk sampai di resort milik keluarga Elan.Aku sama sekali tak memberitahu Lilis kalau tempat yang kita tinggali adalah resort milik Elan. Bahkan semua biaya liburan dia yang tanggung, dengan imbalan menjalankan tugas yang dia beri. Memata-matai Evan dan orang yang berusaha merusak rumah tangganya.Sampai di kamar yang kami tinggali, wajah Lilis sedikit pucat. Mungkin dia terlalu lelah karena melakukan perjalanan jauh dengan kondisi hamil seperti itu. Aku jadi merasa bersalah. Andai aku bisa menolak permintaan mama kemarin."Sayang, kamu sangat lelah, ya?" Aku mendudukkan dia di pangkuanku. Memijat lembut di bagian pinggangnya."Lumayan, Kak." Lilis mengalungkan tangannya di leherku. Kepalanya disandarkan di dadaku dengan mata terpejam.Aku melihat jam di d
Adik Ipar MalangBab 36 A Makan di RestoranPOV Devan"Aku sudah siap. Ayo, Kak, kita makan siang!" Lilis sudah keluar dari kamar mandi. "Loh, Kakak habis telfon?""Enggak, kok. Cuma melihat-lihat saja. Siapa tahu ada pesan dari kantor, atau dari orang rumah." Buru-buru aku menyimpan gawai ke dalam saku. "Ayo kita cepat makan siang. Kasihan baby di perut, dia pasti sudah lapar."Kami segera keluar menuju restoran, salah satu sarana dan fasilitas yang ada di restoran ini. Begitu sampai di pintu masuk, aku melihat Evan yang sedang makan siang bersama dua orang laki-laki. Mungkin kliennya, dilihat dari mereka mengenakan pakaian formal.Aku memilih tempat duduk yang agak jauh dari Evan, tetapi dengan jarak masih bisa mengawasinya. Lilis yang melihat gerak gerikku juga mengikuti arah pandangku."Itu ... Kak Evan?" Wajah Lilis terlihat sangat terkejut. Matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Untung kita sudah dalam posisi duduk, sehingga tidak akan jadi tontonan orang-orang."Iya. It
Adik Ipar MalangBab 36 B Makan di RestoranPOV Devan Sore hari aku sudah terbangun. Mendapati Lilis sedang berdiri di dekat jendela yang terbuka. Memang Lilis tidak berdiri di balkon, tapi angin sore tidak baik untuknya. Aku langsung mengambil selimut, berjalan ke arah orang yang sudah menguasai hatiku saat ini."Kakak." Lilis sedikit terkejut saat aku membalut tubuhnya dengan selimut yang aku bawa."Hm? Angin kencang seperti ini tidak baik untukmu. Ayo masuk!" Aku mengajak Lilis untuk duduk di sofa. "Nanti kita makan malam di restoran yang tadi siang saja, ya?""Iya, Kak. Memang kenapa?""Siapa tahu, kamu pengen makan-makanan restoran di luar resort ini?""Enggak perlu. Di sini juga sudah lumayan bagus."Kami sepakat untuk makan malam seusai melaksanakan shalat maghrib. Aku juga menawari untuk makan malam di dalam kamar saja, tapi Lilis menolak.Sebelum itu, aku meminta Lilis untuk membersihkan diri l
Adik Ipar Malang Bab 37 A Mandi Air DinginPOV Devan"Siapa kamu?" tanya wanita itu dengan wajah sinisnya."Seharusnya aku yang tanya padamu. Siapa kamu dan mau dibawa ke mana kakak iparku ini?""Kakak ipar?" Dia tertawa kecil. "Jangan menggertakku! Kamu pikir aku percaya? Kalian terlihat seumuran."Aku melihat ke arah Evan. Wajahnya memerah, keringat dingin mulai keluar di dahi, nafasnya juga memburu. Sepertinya dugaanku benar, dia sudah memakan makanan yang dicampuri obat perangsang."Cepat lepaskan! Atau aku akan melaporkanmu," ancamku dengan gigi terkatup rapat. "Kamu pikir, kamu siapa? Hanya seorang wanita murahan, yang berusaha menghancurkan rumah tangganya."Cengkeraman tanganku pada wanita itu semakin kencang. Bahkan dia terlihat meringis, tapi tetap tak melepaskan pegangannya pada Evan."Berani-beraninya mencari masalah dengan seorang Evan Pramudya Sakti, anak bungsu dari pemilik resort ini. Dengan
Adik Ipar MalangBab 37 B Mandi Air DinginPOV LilisDi tempat lain dan di waktu yang bersamaan.Aku sedang dalam perjalanan menuju kamar. Sampai di area taman, langkahku berhenti karena merasa ada seseorang yang memanggil."Lilis!""Kak Fero!" Kak Fero berlari menghampiriku dengan berlari kecil. Senyum kecil sebagai ciri khas dirinya, tersungging di bibir tipisnya itu."Kak Fero di sini juga? Sejak kapan?" tanyaku sangat penasaran."Aku baru saja sampai, dengan penerbangan siang hari ini. Tadinya aku mau makan malam, malah melihat kamu sendirian di sini.""Kalau begitu, Kak Fero makan malam saja dulu.""Aku masih kenyang. Sebenarnya aku mau menemui adikku di restoran, tapi dia bilang sedang ada urusan dengan temannya. Jadi dari pada aku enggak ngapa-ngapain. Iya, kan?" Suasana hening untuk beberapa saat. Sampai Kak Fero kembali bertanya padaku."Kamu sedang apa sendiria
Bab 91 Senyum Bahagia Freya tidak tahu kalau Laras juga mencari bantuan saat pergi. Makanya dia berpikir kalau Laras merupakan orang yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang. Sedangkan nasib ketiga pemuda yang melecehkan Freya, mereka sudah tew4s di dalam sel sesaat setelah Freya keguguran. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Fero. Lilis melihat Devan sedang menunduk sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Tangannya segera merengkuh telapak yang mengepal itu. Devan mengangkat kepalanya dan melihat senyuman hangat Lilis. Semua yang ada di sana juga melihat ke arah Devan. Mereka tahu bagaimana perasaan bersalah yang Devan miliki. "Devan, kamu enggak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kamu punya pilihan sendiri. Apa lagi ini untuk seumur hidup. Jangan karena orang memintamu melakukan ini, kamu juga harus menurutinya. Kamu itu milik diri kamu sendiri. Kamu berhak menentukan yang terbaik untuk dirimu." Pak Arifin selaku mertua Devan ber
Bab 90Fero memberi kode pada anak buahnya untuk tetap menangkap Freya. Kemudian terjadilah perkelahian antara Meisya dengan kedua anak buah Fero. Meski Meisya menguasai bela diri pun kalau harus melawan dua laki-laki yang ilmunya jauh di atasnya, dia akan kalah. Tidak sampai lima menit, Meisya bisa dikalahkan. Kemudian Fero membawa Freya kembali bersama dengan Meisya juga. Setelah mereka pergi, Devan menyuruh anak buahnya untuk segera membereskan preman-preman bayaran Freya dibantu oleh anak buah Evan.Evan menghubungi orang tuanya untuk segera pergi ke rumah sakit di mana Elan dirawat. Siska yang mendengar tentang Elan pun langsung mendekati Evan. "Tuan Evan, bolehkah saya bertemu dengan Tuan Elan?" tanyanya dengan nada memohon. Matanya berkaca-kaca. Evan mengangguk begitu saja. Sebenarnya dia merasa tak enak sudah mencurigai Siska kemarin. Sudah seharusnya dia meminta maaf. Tetapi suaranya tetap tidak bisa keluar, kembali ditelannya lagi. "Siska, ayo kita ke rumah sakit jengu
Bab 89 Tukar Kebebasan SiskaSemua yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Terutama Freya. Padahal dia sudah membayar orang-orang untuk melindungi tempat ini. Lagi pula rumah ini berada jauh di dalam karena dibangun di belakang kebun. Lilis yang melihat Devan datang segera berlari ke arahnya. Freya yang melihat itu langsung berteriak, "Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berlari ke sana!"Semua preman itu langsung berlari ke arah Lilis. Bukannya menangkap Lilis, mereka malah berdiri di sisi kanan, kiri, dan di belakang Devan. Freya langsung tercengang. Bagaimana bisa orang bayarannya malah berdiri di pihak Devan? Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sepertinya dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Jangan-jangan, Elan tidak dibawa ke tempat yang sudah dia rencanakan, melainkan sudah diselamatkan oleh mereka. Tetapi Freya masih mencari cara untuk menyelamatkan dirinya. Devan memandang Freya dengan pandangan yang sulit. Dulu mereka bertiga—dengan Fero—sangat akrab. Devan sudah menganggap F
Adik Ipar Malang Bab 88 Yang SebenarnyaBeberapa hari berikutnya, Freya mau mengeluarkan suaranya. Hal yang pertama kali dia ucapkan adalah meminta Fero mencari siapa perempuan yang berlibur juga di puncak pada saat itu.Akhirnya, setelah beberapa hari, Fero sudah menemukan keluarga mana yang pergi berlibur pada hari di mana Freya mengalami kejadian naas. Saat Fero ingin memberitahu Freya, dia malah mendapati adiknya sedang sekarat setelah meminum obat peng9u9ur kandungan lebih dari takaran. Hal itu membuat Fero syok karena ternyata Freya tiba-tiba mengalami pendarahan dan kemudian keguguran.Karena pendarahan terus menerus, membuat rahimnya menjadi infeksi. Untuk meminimalisir munculnya kanker dan kerusakan pada organ lainnya, dokter menyarankan agar Freya menjalani pengangkatan rahim.Freya jelas menolak. Baginya rahim adalah salah satu tanda perempuan sejati. Dari gadis saja dia tidak punya rahim, laki-laki mana yang mau men
Adik Ipar Malang Bab 87 Kamu Punya Sesuatu "Kamu tidak percaya, kalau kamu punya sesuatu yang tidak aku punya?" tanya Freya dengan dingin. Lilis hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.Freya berucap dengan lirih, "Devan."Mata Lilis melebar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mungkin telinganya sedang tidak berfungsi dengan baik.Freya paham melihat dari ekspresi Lilis. Pasti perempuan di depannya ini merasa sudah salah dengar."Kamu enggak salah dengar. Aku benar-benar menginginkan Devan.""Jangan macam-macam Freya! Kamu mendekati kak Elan untuk menghancurkan rumah tangga kak Evan dan kak Laras, kenapa kamu meminta kak Devan padaku? Aku pikir kamu menyukai kak Evan!" ucap Lilis dengan nada tinggi.Lilis merasa kalau Freya sudah terkena gangguan jiwa. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya. Dengan wajah cantik dan kekayaan keluarganya, laki-laki mana yang akan menolak? Kenapa harus terobsesi dengan laki-laki yang sudah menikah,
Adik Ipar Malang Bab 86 Menghubungi Devan Di tempat lain, Fero tiba-tiba penasaran dengan adiknya yang sedang cuti. Dia coba untuk menghubungi adiknya kembali. Namun, masih tidak tersambung.Tadinya dia ingin membuat kejutan untuk adiknya, dengan tidak memberitahukan kepulangannya ke Indonesia. Ternyata adiknya malah mengambil cuti, dan nomornya susah dihubungi."Ini sudah hampir tiga jam, tapi kenapa Freya masih susah dihubungi?" gumam Fero.Akhirnya Fero penasaran untuk apa adiknya itu mengambil cuti tanpa sepengetahuannya. Dia segera meminta bawahannya untuk mencari keberadaan adiknya.Setelah beberapa saat, Fero menerima laporan kalau Freya beberapa hari yang lalu memesan tiket pesawat ke Singapura, tetapi tidak pergi ke sana. Lalu, untuk apa?Setelah mengerti dengan situasi ini, Fero langsung bangkit dari duduknya. Dia membawa dua bawahannya untuk mengikutinya."Pergi ke lokasi di mana Freya sekarang berada!"
Adik Ipar Malang Bab 85 Memata-mataiSiska dan Lilis sedang duduk di ruang tamu. Mereka sedang menunggu sang Tuan Rumah keluar dari ruangannya. Lilis merasa was-was. Dia sedang memikirkan bagaimana kedepannya dengan Daffin kalau dirinya terjadi sesuatu di sini. Sedang Siska, dia malah merasa sangat gugup dan takut.Meisya segera menghampiri Siska dan Lilis. Dia membawa sebuah kotak berukuran tiga puluh sentimeter dan meletakkan di atas meja. "Silakan taruh ponsel Nona berdua di dalam kotak ini!" ujar Meisya dengan sopan. Siska dan Lilis saling memandang dan mengerutkan kening.Melihat keragu-raguan kedua perempuan itu, Meisya menambahkan, "Kami tidak akan mengambilnya. Hanya untuk mengantisipasi saja." Siska dan Lilis masih enggan untuk mengeluarkan ponsel mereka. Tidak disangka kalau Freya sangat berhati-hati. Padahal rencana Lilis adalah ingin merekam dan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk m
Adik Ipar Malang Bab 84 Dua Perempuan Sementara itu, Lilis sudah sampai di dekat gang besar yang dimaksud oleh Freya. Sebelumnya Freya memberitahu lagi, kalau mereka naik kendaraan umum, mereka harus turun di gang besar yang menuju ke rumah di mana Elan disembunyikan. Lalu, mereka harus berjalan kaki kurang lebih sejauh lima puluh meter lagi. Selama berjalan, Lilis memerhatikan keadaan tempat ini. Sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri hanya kebun yang ditanami pohon buah-buahan. Di antaranya pohon rambutan, mangga, dukuh, dan jambu air. "Lis, perasaanku agak kurang enak. Apa kita balik lagi saja?" Siska menggandeng lengan Lilis dengan kuat. Meski siang hari, tapi di sini sangat sunyi. Bahkan tidak ada orang yang lewat. Sepertinya lahan di sini adalah milik satu orang, sehingga orang-orang tidak berani lewat jalan ini sembarangan. "Jangan dulu! Kalau kita kembali, bagaimana dengan Kak Elan?" tolak Lilis."Tapi aku
Adik Ipar Malang Bab 83 Penyekapan Elan Di kantor Devan, tiba-tiba saja pikirannya mengarah ke Lilis. Entah kenapa hatinya sangat merindukan istri kecilnya itu.Devan menghentikan pekerjaannya sebentar, lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lilis. Panggilannya tersambung. Hanya saja tidak di angkat oleh istrinya itu. Sampai panggilan ketiga, Lilis tetap tidak mengangkat telfonnya. Kemudian Devan menghubungi nomor rumah Bu Maya. Tepat sekali beliau yang mengangkatnya. [Halo, kediaman Rifan di sini.]"Halo, Tante. Ini aku Devan."[Oh, Devan. Ada apa?]"Apa Lilisnya ada, Tante?"[Lilis? Dia sedang menemani Siska ke rumah sakit.]"Sejak kapan?"[Kurang lebih dari dua jam yang lalu. Mungkin sedang banyak pasien, jadi antreannya sedikit panjang.]"Apa Daffin juga ikut?"[Enggak. Daffin di rumah dengan Tante dan Laras. Ada apa, ya? Suara kamu kok terdengar cemas.]"Enggak apa-apa, kok, Tante. Terima kasih, ya. Mungkin L