Adik Ipar MalangBab 17 bPOV LilisAku dan Ayah terkejut, tapi setelah diperhatikan, tak ada wajah bercanda yang diperlihatkan Kak Devan."Kamu itu mau cepat-cepat bukan karena kebelet, kan?" tanya Ayah."Tentu saja bukan. Kenapa Om selalu berpikiran rendah tentangku.""Memang seperti itu kenyataannya," ejek Ayah mengangkat sudut bibirnya sebelah.Aku hanya menepuk jidat. Kalian berdua ini, kalau sudah berkumpul pasti seperti kucing dan tikus, tapi anehnya bisa kompak dalam suatu urusan. Ayah juga akan keluar dari sikapnya itu, hanya kepada Kak Devan. Tanda bahwa Ayah dekat dengannya."Karena Lilis sudah menerima lamaran saya, aku yang akan menyiapkan segala keperluan pernikahan ini. Tapi, kita hanya akan menikah siri dulu, untuk menutupi aib kamu dan keluarga. Kamu nggak apa kan, Lis?" tanya Kak Devan dengan kikuk, sambil menggaruk kepalanya yang kuyakin tidak gatal.Aku mengangguk setuju. Ini saja sudah sangat
Adik Ipar MalangBab 18 A Laras MarahPov Laras"Kenapa kamu tega berkhianat? Apa kurangnya aku? Kenapa harus berselingkuh dengan adik aku sendiri? Apa aku kurang memuaskan untukmu?" tanyaku dengan hati jengkel.Sepulang dari rumah sakit, aku mencecar Evan dengan berbagai pertanyaan. Saat ini kami berada di ruang tamu, berdiri dan saling berhadapan. Aku menatapnya tajam, tapi dia hanya menatapku datar."Seharusnya pertanyaan itu kamu tanyakan pada dirimu sendiri. Apa kamu sudah melakukan kewajiban sebagai seorang istri?" Dia berbicara dengan nada datar. Mendudukkan dirinya di sofa , wajahnya datar tanpa ekspresi. Sedikit mendongakkan kepala, karena aku berdiri di depannya."Maksud kamu apa? Kenapa kamu tidak menjelaskannya saja? Beri tahu aku, apa kurangnya dari aku ini sebagai seorang istri?" tanyaku geram sekaligus gregetan."Kamu seharusnya mencari tahu sendiri, apa kurangnya kamu. Bagaimana seharusnya menjadi seorang istri yang baik."Bukannya menjawab pertanyaan dengan penjelasan
Adik Ipar MalangBab 18 B Laras MarahPov Laras"Ayo sarapan dulu! Aku sudah memasak nasi goreng untuk sarapan kita."Ajakanku menghentikan gerakkan tangannya yang hendak mengambil air minum di dispenser. Dia hanya melihatku, kemudian menggulirkan matanya ke arah dua piring nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja."Mungkin sudah terlambat bagiku, tapi aku ingin berubah lebih baik, terutama untuk memperbaiki hubungan kita," ucapku dengan senyuman manis.Evan diam saja, tapi tetap duduk dan mulai memegang sendok di tangan kanannya. Aku juga duduk di sebelahnya, memandangi dia makan. Dia hanya makan dua suap."Boleh aku beri saran?" tanyanya.Aku mengangguk."Sebaiknya kamu belajar memasak dari ibu, mama atau Lilis." Setelah itu dia meletakkan sendok dengan menelungkup di atas piring. "Terima kasih sarapannya."Evan berdiri dari kursinya dan pergi berangkat kerja, meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa banyak.Aku mencicipi masa
Adik Ipar MalangBab 19 Rencana Evan POV EvanDulu aku sangat berharap kalau Laras akan kembali bekerja di kantor ini bersamaku. Tapi sekarang berubah, rasanya aku kurang suka kalau dia kembali, apa lagi dia akan jadi sekertarisku.Besok lusa, Laras baru bisa bekerja di sini. Sebaiknya aku manfaatkan untuk menjenguk Lilis. Mudah-mudahan dia sudah kembali sehat. Entah kenapa aku jadi sangat merindukannya. Mungkin karena ikatan batin dengan calon anakku.Semua pekerjaan ditangguhkan ke asistenku. Biar saja nanti sepulang dari menjenguk Lilis, aku baru akan mengeceknya. Tak apa kalau harus lembur.Sampai di depan rumah mertua, aku langsung mengetuk pintu. Menunggu sampai ada yang membukakan. Di jam seperti ini biasanya tidak ada orang di rumah, dan yang ada di rumah pasti hanya Lilis, karena dia sedang sakit.Benar. Begitu pintu terbuka, Lilis yang menyambutku. Meski terlihat dia sempat terkejut melihatku, dan mundur beberapa langkah, aku tetap harus bicara dengannya."Ma-maaf ada perlu
Adik Ipar MalangBab 20 A Sindi DiancamPOV LilisHari Sabtu, biasanya digunakan oleh kami sekeluarga untuk bersantai. Tidak untuk kali ini. Meski hanya menikah siri, tapi Kak Devan ingin yang meriah. Aku sampai harus mengancam, supaya acara hanya diadakan secara sederhana saja.Berkat bantuan Ibu juga, akhirnya calon suamiku itu mau menurut. Acara dibuat sederhana, dan hanya mengundang tetua saja yang ada di komplek sini. Yang paling penting saksi dari pihak mempelai perempuan harus ada.Walaupun orang tua dari Kak Devan tak datang, tapi paket-paket tiap hari berdatangan. Aku sangat bersyukur, saat mereka merestui Kak Devan untuk menikahiku dan menyelamatkan nama baik keluarga ini.Semoga Kak Devan tulus menikah denganku dan bisa menyayangi anak dalam perut ini seperti anak kandungnya.Terdengar bel rumah berbunyi saat aku dan Ibu sedang membuka paketan dari orang tua Kak Devan."Biar Lilis saja yang buka, Bu."
Adik Ipar Malang Bab 20 B Sindi DiancamPOV LilisAyah kemudian menghubungi besannya. Setelah nada sambung ketiga barulah diangkat. Ayah mengeraskan suaranya, agar semua bisa mendengar percakapan mereka.[Assalamualaikum.]"Wa'alaikumsalam."[Ada apa, ya, Pak Arif?]"Begini, sebelumnya maaf kalau mengganggu waktu Anda. Saya mau bertanya, apa Pak Rifan atau Bu Maya ada memberi tahu Evan kalau Devan dan Lilis akan segera menikah?"[Tidak. Saya dan istri tidak ada yang memberitahunya. Bahkan setelah saya memberi dia banyak pekerjaan, saya belum bertemu dengannya. Memangnya kenapa?]"Begini, Laras tak sengaja mendengar pembicaraan Evan dengan seseorang di telfon, kalau Evan akan menyusun rencana untuk menggagalkan pernikahan Devan dan Lilis."[Apa?! Ah, anak itu! Maafkan saya, Pak Arif. Lalu bagaimana? Apa saya harus ke sana?]"Tak perlu, Pak. Biar nanti saya kasih kabar ke Anda, kalau ada hal pent
Adik Ipar MalangBab 21 A (Alasan Sindi)POV Lilis"Aku nggak bisa cerita. Maafin aku. Tapi aku sama sekali nggak ada maksud untuk melakukan ini ke kamu, Lis." Sindi kemudian melihat ke arah Ayah dan Ibu bergantian. "Maafin Sindi juga, Om, Tante.""Kamu nggak mau kasih tahu, atau jangan-jangan kamu cuma mengada-ada, ya. Kamu sebenarnya nggak diancam?" selidik Kak Laras."Sumpah, Kak Laras. Aku nggak bohong. Aku nggak bisa cerita, karena ... aku malu untuk ngomongnya.""Kamu mau cerita, atau aku tanyakan sendiri ke Evan? Kamu mikir nggak akibatnya, kalau aku tanya langsung ke Evan? Itu tandanya kita sudah tahu kalau kamu itu mata-matanya Evan." Kini giliran Kak Laras yang mengancam Sindi."Tapi ...""Kalau kamu nggak cerita, bagaimana kita bisa mencarikan solusinya?" Kak Devan kembali bersuara."Bagaimana, ya ..."Aku menatap Sindi dengan tajam supaya cepat bercerita. Alasan apa yang dipakai sampai d
Adik Ipar MalangBab 21 B Alasan Sindi POV Lilis"Nyatanya saat aku tanya Om Arifin, dia bilang tidak ada yang tahu kecuali yang ada di dalam di jamuan makan malam itu. Di situ aku sudah merasa ada yang janggal. Saat kamu pulang, aku menyuruh seseorang untuk mengikutimu. Kamu nggak langsung pulang, melainkan menemui seseorang, kan?"Jadi, ini alasan Kak Devan waktu itu supaya aku jangan terlalu percaya pada orang lain, termasuk pada orang terdekat. Bukan jangan percaya, tapi waspada dan berhati-hati."Maafin aku. Aku kan sudah kasih tahu semua alasannya," mohon Sindi dengan wajah memelas."Aku sudah maafin kamu, Sin. Lain kali berhati-hati, ya.""Terima kasih, Lis." Sindi langsung memelukku. "Terus bagaimana dengan Kak Evan? Kalau dia tahu aku ke sini kasih tahu kalian gimana?" tanya Sindi dengan panik, setelah melepas pelukannya."Itu urusan kamu dengan Evan," jawab Kak Devan dengan santainya. "Sebenarnya, tanpa kamu ka
Bab 91 Senyum Bahagia Freya tidak tahu kalau Laras juga mencari bantuan saat pergi. Makanya dia berpikir kalau Laras merupakan orang yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang. Sedangkan nasib ketiga pemuda yang melecehkan Freya, mereka sudah tew4s di dalam sel sesaat setelah Freya keguguran. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Fero. Lilis melihat Devan sedang menunduk sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Tangannya segera merengkuh telapak yang mengepal itu. Devan mengangkat kepalanya dan melihat senyuman hangat Lilis. Semua yang ada di sana juga melihat ke arah Devan. Mereka tahu bagaimana perasaan bersalah yang Devan miliki. "Devan, kamu enggak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kamu punya pilihan sendiri. Apa lagi ini untuk seumur hidup. Jangan karena orang memintamu melakukan ini, kamu juga harus menurutinya. Kamu itu milik diri kamu sendiri. Kamu berhak menentukan yang terbaik untuk dirimu." Pak Arifin selaku mertua Devan ber
Bab 90Fero memberi kode pada anak buahnya untuk tetap menangkap Freya. Kemudian terjadilah perkelahian antara Meisya dengan kedua anak buah Fero. Meski Meisya menguasai bela diri pun kalau harus melawan dua laki-laki yang ilmunya jauh di atasnya, dia akan kalah. Tidak sampai lima menit, Meisya bisa dikalahkan. Kemudian Fero membawa Freya kembali bersama dengan Meisya juga. Setelah mereka pergi, Devan menyuruh anak buahnya untuk segera membereskan preman-preman bayaran Freya dibantu oleh anak buah Evan.Evan menghubungi orang tuanya untuk segera pergi ke rumah sakit di mana Elan dirawat. Siska yang mendengar tentang Elan pun langsung mendekati Evan. "Tuan Evan, bolehkah saya bertemu dengan Tuan Elan?" tanyanya dengan nada memohon. Matanya berkaca-kaca. Evan mengangguk begitu saja. Sebenarnya dia merasa tak enak sudah mencurigai Siska kemarin. Sudah seharusnya dia meminta maaf. Tetapi suaranya tetap tidak bisa keluar, kembali ditelannya lagi. "Siska, ayo kita ke rumah sakit jengu
Bab 89 Tukar Kebebasan SiskaSemua yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Terutama Freya. Padahal dia sudah membayar orang-orang untuk melindungi tempat ini. Lagi pula rumah ini berada jauh di dalam karena dibangun di belakang kebun. Lilis yang melihat Devan datang segera berlari ke arahnya. Freya yang melihat itu langsung berteriak, "Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berlari ke sana!"Semua preman itu langsung berlari ke arah Lilis. Bukannya menangkap Lilis, mereka malah berdiri di sisi kanan, kiri, dan di belakang Devan. Freya langsung tercengang. Bagaimana bisa orang bayarannya malah berdiri di pihak Devan? Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sepertinya dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Jangan-jangan, Elan tidak dibawa ke tempat yang sudah dia rencanakan, melainkan sudah diselamatkan oleh mereka. Tetapi Freya masih mencari cara untuk menyelamatkan dirinya. Devan memandang Freya dengan pandangan yang sulit. Dulu mereka bertiga—dengan Fero—sangat akrab. Devan sudah menganggap F
Adik Ipar Malang Bab 88 Yang SebenarnyaBeberapa hari berikutnya, Freya mau mengeluarkan suaranya. Hal yang pertama kali dia ucapkan adalah meminta Fero mencari siapa perempuan yang berlibur juga di puncak pada saat itu.Akhirnya, setelah beberapa hari, Fero sudah menemukan keluarga mana yang pergi berlibur pada hari di mana Freya mengalami kejadian naas. Saat Fero ingin memberitahu Freya, dia malah mendapati adiknya sedang sekarat setelah meminum obat peng9u9ur kandungan lebih dari takaran. Hal itu membuat Fero syok karena ternyata Freya tiba-tiba mengalami pendarahan dan kemudian keguguran.Karena pendarahan terus menerus, membuat rahimnya menjadi infeksi. Untuk meminimalisir munculnya kanker dan kerusakan pada organ lainnya, dokter menyarankan agar Freya menjalani pengangkatan rahim.Freya jelas menolak. Baginya rahim adalah salah satu tanda perempuan sejati. Dari gadis saja dia tidak punya rahim, laki-laki mana yang mau men
Adik Ipar Malang Bab 87 Kamu Punya Sesuatu "Kamu tidak percaya, kalau kamu punya sesuatu yang tidak aku punya?" tanya Freya dengan dingin. Lilis hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.Freya berucap dengan lirih, "Devan."Mata Lilis melebar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mungkin telinganya sedang tidak berfungsi dengan baik.Freya paham melihat dari ekspresi Lilis. Pasti perempuan di depannya ini merasa sudah salah dengar."Kamu enggak salah dengar. Aku benar-benar menginginkan Devan.""Jangan macam-macam Freya! Kamu mendekati kak Elan untuk menghancurkan rumah tangga kak Evan dan kak Laras, kenapa kamu meminta kak Devan padaku? Aku pikir kamu menyukai kak Evan!" ucap Lilis dengan nada tinggi.Lilis merasa kalau Freya sudah terkena gangguan jiwa. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya. Dengan wajah cantik dan kekayaan keluarganya, laki-laki mana yang akan menolak? Kenapa harus terobsesi dengan laki-laki yang sudah menikah,
Adik Ipar Malang Bab 86 Menghubungi Devan Di tempat lain, Fero tiba-tiba penasaran dengan adiknya yang sedang cuti. Dia coba untuk menghubungi adiknya kembali. Namun, masih tidak tersambung.Tadinya dia ingin membuat kejutan untuk adiknya, dengan tidak memberitahukan kepulangannya ke Indonesia. Ternyata adiknya malah mengambil cuti, dan nomornya susah dihubungi."Ini sudah hampir tiga jam, tapi kenapa Freya masih susah dihubungi?" gumam Fero.Akhirnya Fero penasaran untuk apa adiknya itu mengambil cuti tanpa sepengetahuannya. Dia segera meminta bawahannya untuk mencari keberadaan adiknya.Setelah beberapa saat, Fero menerima laporan kalau Freya beberapa hari yang lalu memesan tiket pesawat ke Singapura, tetapi tidak pergi ke sana. Lalu, untuk apa?Setelah mengerti dengan situasi ini, Fero langsung bangkit dari duduknya. Dia membawa dua bawahannya untuk mengikutinya."Pergi ke lokasi di mana Freya sekarang berada!"
Adik Ipar Malang Bab 85 Memata-mataiSiska dan Lilis sedang duduk di ruang tamu. Mereka sedang menunggu sang Tuan Rumah keluar dari ruangannya. Lilis merasa was-was. Dia sedang memikirkan bagaimana kedepannya dengan Daffin kalau dirinya terjadi sesuatu di sini. Sedang Siska, dia malah merasa sangat gugup dan takut.Meisya segera menghampiri Siska dan Lilis. Dia membawa sebuah kotak berukuran tiga puluh sentimeter dan meletakkan di atas meja. "Silakan taruh ponsel Nona berdua di dalam kotak ini!" ujar Meisya dengan sopan. Siska dan Lilis saling memandang dan mengerutkan kening.Melihat keragu-raguan kedua perempuan itu, Meisya menambahkan, "Kami tidak akan mengambilnya. Hanya untuk mengantisipasi saja." Siska dan Lilis masih enggan untuk mengeluarkan ponsel mereka. Tidak disangka kalau Freya sangat berhati-hati. Padahal rencana Lilis adalah ingin merekam dan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk m
Adik Ipar Malang Bab 84 Dua Perempuan Sementara itu, Lilis sudah sampai di dekat gang besar yang dimaksud oleh Freya. Sebelumnya Freya memberitahu lagi, kalau mereka naik kendaraan umum, mereka harus turun di gang besar yang menuju ke rumah di mana Elan disembunyikan. Lalu, mereka harus berjalan kaki kurang lebih sejauh lima puluh meter lagi. Selama berjalan, Lilis memerhatikan keadaan tempat ini. Sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri hanya kebun yang ditanami pohon buah-buahan. Di antaranya pohon rambutan, mangga, dukuh, dan jambu air. "Lis, perasaanku agak kurang enak. Apa kita balik lagi saja?" Siska menggandeng lengan Lilis dengan kuat. Meski siang hari, tapi di sini sangat sunyi. Bahkan tidak ada orang yang lewat. Sepertinya lahan di sini adalah milik satu orang, sehingga orang-orang tidak berani lewat jalan ini sembarangan. "Jangan dulu! Kalau kita kembali, bagaimana dengan Kak Elan?" tolak Lilis."Tapi aku
Adik Ipar Malang Bab 83 Penyekapan Elan Di kantor Devan, tiba-tiba saja pikirannya mengarah ke Lilis. Entah kenapa hatinya sangat merindukan istri kecilnya itu.Devan menghentikan pekerjaannya sebentar, lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lilis. Panggilannya tersambung. Hanya saja tidak di angkat oleh istrinya itu. Sampai panggilan ketiga, Lilis tetap tidak mengangkat telfonnya. Kemudian Devan menghubungi nomor rumah Bu Maya. Tepat sekali beliau yang mengangkatnya. [Halo, kediaman Rifan di sini.]"Halo, Tante. Ini aku Devan."[Oh, Devan. Ada apa?]"Apa Lilisnya ada, Tante?"[Lilis? Dia sedang menemani Siska ke rumah sakit.]"Sejak kapan?"[Kurang lebih dari dua jam yang lalu. Mungkin sedang banyak pasien, jadi antreannya sedikit panjang.]"Apa Daffin juga ikut?"[Enggak. Daffin di rumah dengan Tante dan Laras. Ada apa, ya? Suara kamu kok terdengar cemas.]"Enggak apa-apa, kok, Tante. Terima kasih, ya. Mungkin L