Pintu kamar perawatan terbuka. Tampaklah 6 orang keluar dari dalam ruangan itu. Setya dan Rani, Danu dan Sarah, juga Hayu. Setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit, akhirnya Aksa diperbolehkan pulang.Kursi rodanya didorong masuk ke dalam mobil, juga tongkat untuk membantu berjalan. Supir dengan sigap membantu mengangkat Aksa.Di rumah sakit, dia diberikan berbagai macam terapi agar pemulihannya cepat. Danu tak jadi mendatangkan dojter dari luar negeri. Tapi jika nanti setelah pulang dan hasil kurang memuaskan, dia sudah membujuk putrinya agar Aksa dirujuk berobat keluar Indonesia untuk beberapa waktu.Hari ini seluruh keluarga merasa senang. Terutama Hayu karena mereka bisa berkumpul lagi. Rani bahkan akan mengadakan syukuran mengundang keluarga besar jika Aksa sudah merasa.lebih baikan.Tapi kali ini mereka tidak akan pulang ke kediaman Danu, melainkan ke tumah Setya. Rani yang akan mengurus putranya selama Hayu bekerja.Itu membuat Sarah sedikit sedih dan cemburu. Namun, Danu m
"Pagi." Bayu menghadangnya di lift saat Hayu hendak naik ke lantai 2. Sekarang dia sudah tidak punya ruangan sendiri, karena staf administrasi semua dikumpulkan dalam satu ruangan hanya diberikan partisi di meja masing-masing. "Pagi, Pak," ucapnya sopan. Mereka masuk ke dalam lift, hanya berdua. Sepi, karyawan yang lain sudah datang lebih pagi. Hayu sedikit terlambat sepertinya. Bayu sendiri hendak ke divisi lain yang berada satu lantai dengan ruangan wanita itu. "Gimana kabar suami kamu?" tanya lelaki itu sambil berulang kali melirik perut Hayu yang semakin membesar. Mengapa jadi terlihat semakin seksi begitu? "Sudah pulang ke rumah. Sudah lebih baik, cuma ..." ucapannya tertahan. Tak sanggup meneruskan. "Kenapa?" tanya Bayu penasaran. Hayu sepertinya menyimpan sebuah kepedihan dan butuh teman bicara."Gak apa-apa." Wanita itu mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya hal-hal lain. Hingga tiba di lantai 7 dan menunggu 1 lantai lagi untuk tiba di ruangan mereka, tiba-tib
Bayu bersiul riang saat menuju parkiran. Tadi setelah makan siang, dia menawarkan tumpangan untuk mengantarnya pulang dan wanita itu menerima. Sengaja mereka tidak berjalan bersama, supaya gosip tidak semakin kencang terdengar. Di kantor ini, kuping penggosip ada dimana-mana bahkan di balik dinding. Jadi mereka janji bertemu di parkiran saja. Sambil menunggu dia memutar musik. Lagu cinta yang indah, sama seperti perasaan yang saat ini. Dari kejauhan tampak Hayu yang sedang datang menuju ke arahnya. Mata Bayu seperti terpanah dan tak dapat bekedip. Wanita itu, setelah menjadi milik orang lain dengan bayi diperutnya mengapa malah menjadi semakin menarik?Mulutnya menganga dan seketika menjadi gagu. Aliran darahnya semakin kencang, begitu pula detak jantung. "Bay. Kamu kenapa?" tanya Hayu kebingungan saat tiba di depan mobil dengan kaca terbuka, sehingga terasa dingin saat mendekat karena AC nya keluar. "En-gak. Yuk jalan." Mereka terdiam dalam keheningan. Hayu mengantuk sementara
Hari ini jadwal terapi. Aksa sudah bersiap karena mama yang akan mengantar. Biasanya dia yang akan menjadi supir, tapi kali ini lelaki itu harus menerima kenyataan pahit bahwa hidupnya banyak bergantung kepada orang lain.Masih ada jadwal operasi 1 kali lagi sehingga sebelum itu dilakukan, Aksa harus rajin berkonsultasi. Rani memilih untuk datang ke rumah sakit. Seorang dokter ortopedi yang khusus menangani tulang. Harusnya melakukan medical check up yang lengkap, tapi mungkin itu akan dijadwalkan di pertemuan berikutnya. Mereka pergi berdua saja, karena Hayu dan suaminya sedang bekerja. Sejak Aksa kembali ke rumah, Setya memang lebih giat mencari nafkah. Selain menanggung kebutuhan hidup anak menantunya, dia juga harus mempersiapkan biaya berobat dan terapi. Untuk sementara, Aksa mengambil cuti kuliah 1 tahun. Beginilah hidup, apa yang sudah kita rencanakan tak selamanya berjalan mulus. Tuhan memang punya cara lain agar umat-Nya yang terlena dengan dunia agar kembali dan bertauba
Setelah rembukan dengan suaminya dan Rani memohon dengan sangat agar dikabulkan, akhirnya Setya menyetujui kalau Aksa diperbolehkan bekerja lagi dengan alasan supaya ada kegiatan dan dia tidak merasa bosan. Itu berdampak positif untuk pemulihan kesehatannya. Mungkin dengan bertemu dan berinteraksi dengan orang banyak bisa membuat pikirannya segar karena selama ini hanya terkurung di rumah. "Mama yakin dia bisa kerja? Nanti malah capek. Kakinya belum sembuh benar," kata Setya keberatan."Yakin, Pa. Daripada di rumah dia kesepian terus di kamar. Mana Hayu masih kerja dan gak mau resign," jawab Rani."Kasihan mereka, Ma. Biar papa aja dulu sementara waktu yang menanggung semua sampai pulih kembali." Setya menatap langit-langit kamar. JIka dipikirkan bagaimana kedepannya nasib anak-anak mereka, tentulah dia sudah stres sekarang. Sebagian aset sudah dia jual untuk mengobati Aksa. Tidak mungkin meminta bantuan Danu, sementara operasi besar juga biaya selama di rumah sakit, besannya yang m
Saat memasuki kantor, Aksa terkejut ketika Semua karyawan menyambutnya di depan. Satu persatu menyalami dan mengucapkan selamat datang kembali hingga membuatnya terharu. Setya tersenyum dengan sangat manis karena dialah yang merencanakan ini semua. Setelah istrinya meminta agar Aksa kembali bekerja, dai menghubungi tim agar menyiapkan penyambutan.Kantor notarisnya kecil, hanya ada beberapa karyawan sehingga lebih mudah mengaturnya. Namun demi anaknya, dia menambah 1 orang sekretaris agar pekerjaan Aksa lebih mudah. Pilihannya tepat, karena dalam kondisi begini, Aksa memang membutuhkan seorang asisten."Selamat datang kembali, Pak." Nisa menyambut Aksa dengan senyuman hangat. Dia sibuk berdandan di kosan sebelum berangkat ke kantor. Rambut yang biasanya dikucir, kini digelung ke atas. Baju yang dipakainya juga baru dibeli, dress selutut dengan model semi formal namun masih sopan. "Kamu ... yang datang ke rumah sakit?" tanya Aksa. Dia ingat, saat terbangun ada gadis ini di sampingn
Hayu mengusap perutnya yang terasa mulas sejak tadi. Ini sudah memasuki minggu ke 35 minggu dan sebentar lagi mendekati hari perkiraan lahir. Dia sendiri masih bekerja seperti biasa, namun memang sudah semakin payah menyelesaikan laporan. "Kamu kenapa?" tanya Vita saat melihat rekan kerjanya seperti kesakitan.Sejak hari itu, mereka menjadi dekat dan saling bertukar cerita. Vita menceritakan tetang kehidupannya yang sulit. Hayu menceritakan tentang musibah yang menimpa suaminya. Mereka saling menguatkan agar tetap bertahan di tengah kesulitan yang menghadapi. "Mules," jawabnya."Kamu gak cuti?""Minggu depan," jawab Hayu. Dia merencanakan akan mengambil cuti saat usia kandungannya sudah besar sehingga lebih banyak jatah libur setelah bersalin.Selama ini dia rutin memeriksakan kandungan ke dokter diantar oleh mamanya juga Aksa. Hubungan mereka juga semakin membaik. Suaminya sudah lebih lancar berjalan. Hanya masih menunggu jadwal operasi karena dokter belum mengizinkan. Bayi di
Dua hari di rumah sakit dan menjalani perawatan, akhirnya Hayu pun diizinkan pulang. Sempat terjadi insiden saat menentukan dimana ibu dan bayi akan tinggal setelah ini.Sarah bersikeras agar putri dan cucunya harus kembali ke rumah mereka. Namun, Aksa tentu saja tak mau. Dia tetap ingin berkumpul di rumah mereka. Rani memilih diam karena merasa tak enak hati. Akhirnya semua keputusan diserahkan kepada Hayu, dan wanita itu memilih untuk pulang bersama suaminya.Sarah merajuk, pulang dengan tangisan dan tak mau berbicara dengan siapapun. Hingga Danu meminta maaf. Sempat terlontar kata-kata tak enak dari mulutnya, mungkin karena sedih. Namun, untunglah tidak ada yang tersinggung. Untuk urusan kantor, Hayu meminta bantuan Vita untuk mengurus surat cuti dan mengambil alih beberapa pekerjaan yang tak sempat diselesaikan. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Bayu lewat pesan karena telah banyak membantu. Mungkin nanti setelah masuk kerja saat cuti selesai, dia akan mentraktir mereka