Share

4. Banyak Alasan

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 08:44:14

“Kalian berdua sudah GILA? Ha?” Dandi melotot sembari mendesis, saat menatap Qai dan Thea yang kembali ke meja makan. Dandi yang masih menikmati beberapa camilan itu, sontak kehilangan selera makan karena perkataan Thea barusan. “Qai! Kamu punya apartemen, kan? Kenapa nggak simpan si Rumi itu di sana? Aku nggak mau ikut-ikut urusan kalian!”

Jaya hanya melirik sekilas pada Dandi, kemudian kembali beralih pada tablet di yang masih melekat di tangan. Ia belum berminat untuk ikut campur dan masih menyimak pembicaraan yang ada.

“Enak aja!” protes Thea sambil memeluk erat lengan Qai. “Kami masih make apartemen itu, Dan! Jadi—”

“Urusan Rumi sama Alpha, itu bukan urusanku!” Dandi menolak telak permintaan tolong tersebut. “Apa kata mamaku, kalau tahu ada cewek tinggal di rumah, The?”

“Nanti, biar aku yang ngomong sama tante Tya.” Terus terang, Thea benar-benar kasihan setelah mendengar semua cerita Rumi. Jika gadis itu dibiarkan seorang diri di luar sana, Alpha pasti akan membalaskan dendamnya pada Rumi. Jika sampai terjadi sesuatu pada Rumi, Thea yakin dirinya akan dihantui rasa bersalah dan penyesalan.

“Nggak!” tolak Dandi.

“Dan—”

“No Qai!” henti Dandi lebih dulu memutus ucapan pria itu. “Aku nggak mau direpotkan dengan masalah pribadi orang lain. Urusan di Jaya Group aja sudah buat aku sakit kepala, jadi jangan nambah-nambahin beban hidup.”

“Betul itu!” sambar Jaya berceletuk, tetapi tatapannya masih saja ke arah tablet. “Jangan nambah-nambahin beban hidupnya Dandi. Tapi Qai, apa Rumi itu cantik?”

“Papaaa?” Kedua mata Thea terbuka lebar dan mendadak menaruh curiga pada sang papa. “Umur Rumi itu … mungkin ada di bawahku jadi nggak usah aneh-aneh!”

“Cantik, Om?” Sebuah kesenangan bagi Dandi, jika bisa membuat sepupunya itu kesal. “Thea aja kalau cantik. Kalau Thea itu nilainya enam, Rumi itu delapan sete— The!”

Dandi mendesis nyeri saat satu sendok melayang mengenai punggung tangannya.

“Jangan macam-macam, kamu, Dan!” tunjuk Thea sudah mengatupkan geliginya dengan erat. Thea tidak masalah jika sang papa tertarik dengan seorang wanita, tetapi, jangan Rumi.

“Kalau begitu …” Jaya menahan tawa dan tetap memasang wajah serius di depan Thea. Ia meletakkan tablet di meja makan, kemudian meraih ponsel dan berdiri. “Ayo, Dan! Om mau lihat yang namanya Rumi.”

“Pa!” Thea segera beranjak dan mengalungkan tangan pada lengan sang papa. Mencegah agar pria tua itu tidak pergi ke ruang tamu dan bertemu dengan Rumi. Penilaian Dandi tidaklah salah. Rumi memang sangat cantik dan menarik. Karena itulah, Thea juga sempat cemburu ketika gadis itu dekat dengan Qai dahulu kala. “Papa di dalam aja, nggak usah keluar.”

“Qai,” panggil Jaya kemudian melirik Thea, sembari melepaskan tangan sang putri yang terus saja menempel dengan erat. “Urus dulu istrimu ini.”

Qai menahan napas. Tidak bisa memilih antara menuruti Jaya, atau Thea yang tengah meributkan masalah kecil. Jelas-jelas terlihat Jaya hanya bercanda, tetapi Thea terlalu menganggap serius hal tersebut. Terlebih dengan Dandi, yang akan selalu jadi kompor di antara ayah dan anak itu.

“Beb! Nggak usah ikut-ikut,” desis Thea menunjuk Qai, agar tetap berada di kursinya. “Pa, aku nggak ngelarang misal Papa mau nikah lagi, tapi please! Jangan sama Rumi. Masih banyak—”

“Ayo, Om!” ajak Dandi sudah mengalungkan tangan, pada lengan Jaya yang satu lagi. “Kita temui calon mamanya Thea!”

“DANDI!”

~~~~~~~~~~~

Rumi duduk dengan kikuk, saat seluruh keluarga Sebastian ada di hadapan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk dan terdiam. Jika saja tidak kepepet, Rumi tidak akan nekat menemui Qai dan lebih memilih untuk menghilang dari peredaran seperti kemarin. Namun, karena Rumi telah mencelakakan Alpha, maka hatinya diburu dengan rasa bersalah dan ketakutan, yang tidak bisa ditepis dalam sekejap mata.

Terlebih lagi, saat mengingat Alpha berani mengancam ibu dan adiknya yang tidak tahu apa-apa.

“Rumi! Ini pak Jaya Sebastian.” Dandi melirik Thea, yang kembali melotot ke arahnya. Sepupunya itu, saat ini tengah duduk tepat di samping Jaya, sembari memegangi lengan sang papa dengan erat.

Rumi mengangkat wajah. Tersenyum dan mengangguk kecil. “Saya Rumi, Pak. Saya sudah sering lihat Bapak di tivi.”

Jaya tersenyum ramah dan balas mengangguk. Kemudian, ia menoleh pada Qai yang terlihat serba salah sedari tadi. “Qai, coba cari tahu kondisi Alpha. Telpon bu Agnes dan pintar-pintar kamu bicara sama dia.”

Bagaimana Qai bisa menolak permintaan papa mertuanya? Jadi, yang bisa Qai lakukan hanya mengangguk dan segera kembali ke ruang makan karena ponselnya tertinggal di sana.

“Thea sudah cerita semuanya,” ujar Jaya dan keputusanmu sudah tepat dengan datang ke sini.

“Ma-maaf, kalau saya merepotkan, Pak.” Rumi tidak menyangka, bila Jaya akan turun tangan dan menemuinya secara langsung seperti sekarang. “Tapi … saya nggak tahu harus ke mana lagi. Dan …” Rumi menoleh pada Dandi yang tidak menampilkan ekspresi apa pun sejak tadi. Mungkin saja pria itu tidak suka, dengan ide Thea yang menyuruh Rumi tinggal di rumah Dandi. Sejak awal bertemu, Dandi memang cenderung tidak ramah dan cuek pada Rumi. Jadi, pasti pria itu merasa direpotkan karena masalah Rumi. “Saya sebenarnya nggak mau ngerepotin Mas Dandi. Tapi, saya usahain nggak lama numpangnya, Mas. Besok saya mau ajuin resign dan pulang ke Malang dalam minggu-minggu ini.”

“Rumi, begini—”

“Pulang ke Malang?” tanya Jaya memutus ucapan Dandi. “Jadi, kamu asli dari sana?”

“Iya, Pak.”

Thea mulai tidak suka dengan arah pembicaraan Jaya yang merambah ke wilayah personal.

“Ohh …” Jaya mengangguk-angguk. “Saya sudah lama nggak main-main ke Malang. Mungkin, kapan-kapan saya—”

“Papaaa!” Thea semakin kesal dan mulai sakit kepala mendengar ocehan Jaya. “Kita selesaikan dulu masalah Rumi.”

“Alpha nggak bisa dihubungi dari semalam.” Qai kembali ke ruang tamu, seraya memegang ponsel di tangan. Ia baru saja mengakhiri panggilan singkat dengan Agnes, untuk menuruti perintah Jaya. “Dan …” Qai kembali duduk di samping Dandi, sembari menatap Qai. “Ada yang tahu kamu pergi sama Alpha kemarin malam, Rum?”

Rumi mengangguk. “Ceweknya mas Alpha yang sekarang.”

“Risa!” seru Qai.

“Ke-kenapa, Mas?” Rumi semakin dilanda ketakutan.

“Risa sudah lebih dulu nelpon bu Agnes tadi pagi, karena Alpha nggak bisa dihubungi.”

“Terus?” serobot Thea semakin penasaran.

“Risa bilang ke bu Agnes, kalau Alpha lagi bawa kamu ke kantor polisi tapi nggak ada kabar lagi setelah itu.”

“Ma-mas Alpha … mau bawa saya ke kantor polisi?” Rumi menelan ludah penuh rasa cemas. Jadi, selain berniat buruk terhadap Rumi tadi malam, Alpha ternyata juga ingin memenjarakannya.

“Masalah bocornya rahasia perusahaan,” terang Qai berdasarkan pernyataan yang didengarnya dari Agnes. “Jadi, aku rasa satu-satunya jalan sekarang adalah … kita ketemu sama Rafa.”

“Pa-pak Rafa?”  Rumi sempat mendengar, pria itu saat ini sudah menjadi suami Hera. Kira-kira, apa Rafa akan bisa menolongnya? Atau, pria itu justru berada satu kubu dengan Alpha, karena Rafa saat ini termasuk petinggi di Glory. “Mas, apa aku bakal ditahan?”

“Rumi, alasan penahananmu nggak akan kuat,” ucap Qai menenangkan. “Jadi, siap-siap, sebentar lagi aku hubungi Rafa dan kita bicara sama dia.”

“Aku ikut!” seru Thea tidak akan membiarkan suaminya dan Rumi berada dalam satu mobil.

“Thea, di rumah,” titah Jaya karena tahu kondisi putrinya yang tengah hamil saat ini. “Biar Qai sama Dandi yang pergi. Dan kalau memang kondisinya nggak memungkinkan, tinggallah dulu di tempat Dandi untuk sementara.”

“Om—”

“Aku yang telpon mamamu nanti,” sergah Jaya. “Sekarang, pergilah temani Qai dan setelah itu, antar Rumi ke tempatnya terus bawa pulang ke rumahmu. Nggak usah dibantah, karena aku tahu kamu nggak akan berani macam-macam sama Rumi. Entah nggak berani, atau memang nggak bisa.”

Dandi melotot lebar setelah mendengar sindiran dari Jaya. Apalagi saat Thea tertawa tanpa sungkan untuk mengejeknya. “Om! Aku masih—”

“Sudahlah, sudah!” Jaya kembali menghentikan Dandi berbicara. “Aku telpon mamamu dulu. Jadi, nggak usah banyak alasan!”

 

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Yanti
agak bingung. di awal bab disebutkan resepsi. qai-thea nikah dulu, hamil trus resepsi atau gimana? kok di bab ini thea sdh hamil
goodnovel comment avatar
Yanti
Qai-thea nikah dulu, hamil trus resepsi atau gimana ya ? kan di bab awal cuma disebutkan resepsi. kirain nikah sekaligus resepsi, tapi kok thea di bab ini sdh hamil
goodnovel comment avatar
Sasya Sa'adah
masih meraba raba nama tokoh² cerita berawal dari novel yang, karena tokoh di novel novel berkaitan satu sama lain yang belum aku baca semua ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Accidentally Married   5. Jangan Caper

    “Rumi?” Rafa segera berdiri dari kursinya, ketika melihat Rumi berjalan bersama Qai dan Dandi. Debaran jantung yang tadinya baik-baik saja, mendadak berdegup tidak karuan setelah melihat gadis itu di depan mata.Rafa kira, hatinya sudah aman-aman saja setelah Rumi menghilang tanpa kabar sama sekali. Terlebih lagi, Rafa telah memiliki Hera yang sudah menjadi pusat dunianya selain Glory.“Mas! Urgen!” Qai segera berceletuk, sembari menarik kursi di samping Rafa dan duduk di sana. “Tolong telpon Alpha dan cari tahu posisi dia sekarang. Aku tadi sempat nelpon bu Agnes dan— Mas!” Qai sampai harus menepuk lengan Rafa, yang masih saja tercenung saat melihat Rumi. Dahulu kala, Rafa memang memendam rasa pada Rumi, tetapi tidak berbalas. Namun, Qai tidak menduga jika perasaan itu ternyata masih ada sampai saat ini.“Ah ya! Rumi!” Rafa mengerjap. Ia kembali duduk dengan perlahan, tanpa melepas tatapan penasaran pada gadis itu. “Risa bilang, kemarin kamu pergi sama Alpha ke kantor polisi.”Dandi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Accidentally Married   6. Tinggal Nama

    “Maaf kalau saya sudah merepotkan,” ucap Rumi setelah melakukan perkenalan singkat dengan ibu Dandi. Saat pertama kali bertemu, Rumi cukup terkejut karena penampilan wanita yang bernama Tya itu ternyata cukup sederhana. Tidak seperti wanita dari kelas atas pada umumnya, yang kerap berpakaian modis dan terlihat mahal. Bahkan, Tya datang ke rumah putranya hanya dengan mengenakan sandal jepit.“Nggak masalah. Tante juga sudah dengar semuanya.” Tya melirik putranya dengan malas. Pria itu berada di antara Rumi dan Tya yang kini duduk berseberangan. “Jadi, nggak usah sungkan. Anggap rumah sendiri dan kamu bisa tinggal sampai ada titik terang.”Rumi tertawa sungkan. “Nggak sampe lama, kok, Tante. Mungkin, dua tiga hari masalahnya sudah selesai. Kalau saya sudah tahu kondisi orang itu, saya pasti langsung pergi dari sini.”“Pergi? Mau pergi ke mana?” Sebenarnya, Tya penasaran dengan putranya. Apakah Dandi tidak tertarik dengan gadis secantik Rumi. Kira-kira, akankah terjadi “sesuatu” ketika m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Accidentally Married   7. Rumi yang Memutuskan

    Langkah Dandi memelan, saat menghidu aroma yang hampir tidak pernah ada di rumahnya. Aroma masakan, yang seketika itu juga membuat perutnya bergejolak.Rumi!Apa gadis itu tengah memasak di rumahnya saat ini?Namun, darimana Rumi mendapatkan semua bahan, karena Dandi sama sekali tidak memiliki apa pun untuk di masak. Karena itulah, Dandi bergegas mempercepat langkahnya menuruni tangga dan langsung menuju dapur.“Ehm!” Ternyata benar, Rumi saat ini tengah berdiri di depan kompor dan tengah berhadapan dengan sebuah wajan berukuran sedang. Namun, apa yang sedang dimasak Rumi saat ini? Dan apa yang sedang diolah gadis itu, sehingga aroma yang menyebar di area rumahnya sungguh membuat perut Dandi melontarkan protesnya. “Rumi!”“Oh!” Rumi menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada wajan kecilnya. “Mas Dandi sudah bangun?”“Kamu tadi keluar?” Dandi menarik kursi di meja makan yang hanya berjarak sekitar tiga meter dari tempat Rumi berdiri. Ia berasumsi, Rumi pergi ke minimarket di sekitar kom

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Accidentally Married   8. Perasaan yang Sama

    Rumi segera berlari meninggalkan Dandi di dapur, ketika pria itu mengabarkan Rafa datang untuk menemuinya. Terlebih, saat Dandi mengatakan Rafa membawa kabar tentang Alpha. Debaran jantungnya mendadak berpacu laju, karena mengingat kondisi terakhir ketika Rumi meninggalkan Alpha di apartemen.“Pak Rafa!” Rumi berseru ketika melihat pria itu benar-benar ada di ruang tamu. Ia benar-benar gelisah, memikirkan nasibnya setelah ini. “Mas Al gimana? Apa dia baik-baik aja?”“Aa …” Rafa berdiri seketika saat melihat sosok Rumi di depan mata. Sangat sederhana dan hal tersebut membuat ketertarikan tersendiri bagi Rafa. Rasa itu, ternyata belum benar-benar pergi meskipun sudah ada Hera yang Rafa pikirkan setiap hari. “Aku mau ngajak kamu keluar.”Mendengar Rafa tidak menggunakan bahasa formalnya, Rumi mendadak canggung. Mereka memang bukan lagi atasan dan bawahan seperti dulu, tetapi Rumi tetap merasa ada sebuah jarak yang tetap harus dijaga. Bahkan, Rumi saja masih memanggil pria itu dengan sebu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Accidentally Married   9. Buruan

    “Maaf …” Dengan begini, Rumi jadi tahu bagaimana harus mengambil sikap ketika menghadapi Rafa. Rumi tahu, pria itu pernah mencoba mendekatinya dahulu kala. Namun, Rumi memilih mundur dan menjauh karena saat itu masih menjalin hubungan dengan Alpha.Untuk sekarang, Rumi juga akan tetap memilih menjaga jarak, karena Rafa saat ini sudah menikah dengan Hera. Dan bagian terpenting dari semuanya ialah, Rumi tidak memiliki perasaan apa pun pada Rafa. Tidak pernah ada percikan sedikit pun, ketika ia melihat atau sedang bersama Rafa seperti sekarang. Tidak hanya itu, saat ini Rumi hanya ingin fokus pada dirinya sendiri dan menata karir yang harus kembali ia mulai dari bawah.“Kamu nggak perlu minta maaf.” Dari ekspresi Rumi, Rafa mengerti saat ini gadis itu kembali akan menolaknya. Setelah berterus terang dengan perasaannya Rafa, wajah Rumi sudah tidak seantusias sebelumnya. Senyum yang ditampilkannya pun, benar-benar terkesan datar dan dipaksakan.“Saya harus minta maaf, karena nggak akan bis

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Accidentally Married   10. Perasaan Itu

    “Mama mau pergi?” Rafa baru saja menginjakkan kaki di ruang keluarga, ketika melihat Agnes sudah terlihat rapi dengan sebuah tas yang menggantung di bahu kanannya. Tidak melihat ada Hera di sebelahnya, Rafa menyimpulkan Agnes akan pergi seorang diri dan tentunya bukan ke rumah sakit.Agnes mengangguk, sembari memasukkan ponsel ke tasnya. “Mama mau ke apartemen Alpha. Hera sudah makan dan lagi sama susternya di kamar. Titip sebentar, ya, Rafa.”“Risa yang hubungi Mama?” tebak Rafa. Karena yang mengetahui keberadaan Alpha saat ini hanyalah dirinya dan Risa. Dandi dan Rumi tidak masuk hitungan karena mereka berdua tidak mungkin menghubungi Agnes.“Yaaah.” Agnes berhenti di hadapan Alpha. Menghela sebentar dengan wajah lesu dan banyak pikiran. “Risa bilang mau bicara masalah Rumi, Alpha … banyak yang janggal, jadi Mama sendiri harus pergi ke sana langsung.”“Bisa kita bicara sebentar, Ma?” pinta Rafa ingin membahas beberapa hal sebelum Agnes pergi menemui Alpha dan Risa. “Ada yang mau say

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Accidentally Married   11. Pacaran

    “Saya mau batalin pernikahan dengan Mas Alpha.” Risa melirik tajam pada Alpha yang tidak memedulikannya sama sekali sejak siang tadi. Tepatnya setelah pertengkaran yang terjadi di antara mereka, sejak Rafa pergi dari apartemen. Dari sanalah, Risa tahu bahwa Alpha tidak jadi membawa Rumi ke kantor polisi melainkan ke apartemen pria itu. Dari situ pula, Risa mengetahui bahwa Alpha telah berbohong kepadanya. Sebelumnya, Alpha mengatakan bahwa Rumi menyerangnya, ketika mereka berdua mampir berhenti untuk mengisi bahan bakar. Setelah itu, Rumi kabur dan Alpha tidak bisa mengejar karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Tadinya, Risa percaya-percaya saja dengan semua ucapan Alpha. Namun, ketika ia menguping pembicaraan yang terjadi antara Alpha dan Rafa, akhirnya Risa tahu semua kebenarannya. “Batal?” Kepala Agnes semakin berdenyut. Baru saja ia mendengar kabar mengenai Rafa yang ingin melepaskan Hera, kini Risa pun ingin membatalkan pernikahan yang sudah direncanakan bersama Alpha. Me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Accidentally Married   12. Aku ... Sayang Kamu

    “Kamu sudah gila, Qai?” Dandi menyeret Qai keluar dari dapur menuju ruang tamu, agar obrolan mereka tidak didengar oleh Rumi. “Kenapa—” “Cuma pura-pura, Dan.” Qai menarik tangannya dari cengkraman Dandi. “Jangan dianggap serius. Jadi aku minta tol—” “Kenapa harus aku?” Dandi bersedekap, menunggu penjelasan. Qai bergegas menghampiri sofa, lalu menghempas tubuhnya di sana. “Dan, kamu tahu betul gimana sejarah Glory sampai jatuh. Dan Hera, sampai seperti sekarang karena kamu juga ada di belakang itu semua.” “Jangan salahkan aku,” sahut Dandi cuek dan ikut duduk pada sofa tunggal yang berada di samping Qai. “Kamu yang punya rencana dan minta untuk menjatuhkan Glory, jadi—” “Karena itu, aku merasa bertanggung jawab dengan Glory, terutama Hera.” Hingga saat ini, Qai masih memendam rasa sesal yang mendalam akibat balas dendamnya kala itu. Orang-orang yang tidak berdosa, akhirnya ikut terseret dan menerima imbas dari ulahnya tersebut. “Andai … aku—” “Pengandaianmu itu sudah nggak berlaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01

Bab terbaru

  • Accidentally Married   BonChap Lagi

    Alpha mematung, ketika pelukan hangat Anges menyambutnya di saat ia melewati pintu penjara. Ia tidak melihat siapa pun, selain Agnes yang mulai menangis haru ketika memeluknya. Ke mana perginya Hera? Kenapa adiknya itu tidak ikut menjemputnya? “Mama sendiri?” tanya Alpha akhirnya bersuara, ketika Agnes mengurai pelukannya. Agnes mengangguk-angguk dan mengerti dengan maksud Alpha. “Nanti, Mama jelasin sambil jalan.” Yang bisa Alpha lakukan, hanya mengangguk. Tanpa bertanya lagi, Alpha segera memasuki mobil bersama Agnes. Dua tahun lebih berada di balik jeruji, membuat Alpha mendapat banyak pelajaran. Ia bertemu dengan berbagai macam orang, dari berbagai tingkat sosial dan pendidikan yang berbeda. Semua itu, membuatnya lebih banyak memahami tentang kesakitan yang ada di dunia lebih luas lagi. “Jadi, ke mana Hera?” “Cairo mendadak demam kemarin sore.” Agnes bercerita tentang putra Rafa dan Hera yang berusia tiga bulan. “Tadi malam sudah dibawa ke dokter, jadi, Hera nggak bisa ikut

  • Accidentally Married   BonChap

    “Kamu yakin nggak mau ngadain resepsi?” Rafa kembali mengulang pertanyaannya pada Hera, setelah mereka masuk ke dalam kamar. Tepatnya, di kamar Hera yang berada di rumah Agnes. Beberapa waktu lalu, mereka sudah melangsungkan ijab kabul di kediaman Soerapraja dan digelar dengan tertutup. Tidak hanya pernikahan mereka yang dirahasiakan, tetapi kedatangan Alpha ke kediaman Soerapraja pun dilakukan secara diam-diam. Semua bisa dilaksanakan, karena koneksi Hermawan dengan beberapa petinggi terkait. Tidak ada yang mengetahui hal tersebut, kecuali pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.Bahkan, Agnes sama sekali tidak mengabari Qai, untuk menghindari gesekan yang mungkin saja terjadi sewaktu-waktu. “Mas Rafa mau ngadain resepsi?” Hera bertanya balik, karena sudah kesekian kalinya Rafa mempertanyakan hal tersebut padanya.“Aku ikut kamu.” Rafa menarik lengan Hera yang hendak pergi menjauh darinya. Kemudian, Rafa mengalungkan kedua tangan di tubuh Hera dan tidak membiarkan wanitanya pergi ke

  • Accidentally Married   BTL ~ 104

    “Akhirnya!” Dandi berseru lega, sambil menghampiri Rumi yang duduk di ruang tengah. Istrinya itu sedang menonton televisi, sambil makan martabak seorang diri. “Akhirnya, tidur juga.” Rumi terkekeh, lalu menepuk sisi kosong di sebelahnya. “Haduuh!” Dandi menghempaskan tubuhnya, kemudian menyomot satu potong martabak yang ada di pangkuan Rumi. “Dia bolak balik nanyain kamu terus dan nggak berhenti ngoceh.” “Aku nggak tega sebenernya, Mas.” Rumi semakin merapatkan tubuhnya, lalu bersandar pada tubuh Dandi. “Tapi, Dirga kalau nggak diginiin, nggak bakal lepas-lepas ASI. Sudah dua tahun lebih, tapi masih aja nempel.” Putra mereka yang diberi nama Dirgantara Sebastian, memang masih saja menyesap ASI meskipun usianya sudah dua tahun lebih dua bulan. Rumi sudah melakukan segala cara, tetapi selalu berujung sia-sia. Tingkahnya benar-benar seperti Dandi yang selalu menempel, ketika Rumi masih hamil. Sampai akhirnya, Dandi memutuskan untuk memisahkan kamarnya dengan kamar putranya, karena

  • Accidentally Married   BTL ~ 103

    “Rumi.”Dandi kembali memasuki rumah, karena Rumi tidak kunjung keluar sedari tadi. Mobil sudah selesai di panasi, tetapi sang istri masih berada di dalam. Dandi memasuki kamar mereka terlebih dahulu dan berdecak ketika melihat Rumi ternyata tengah duduk di sofa.“Ayo—”“Perutku mules,” potong Rumi mengangkat satu tangan, agar Dandi tidak meneruskan ucapannya. “Baru aja berhenti.”Detik itu juga, wajah datar Dandi berubah semringah. Senyum lebar langsung menghiasi bibirnya, sembari menghampiri Rumi dengan segera. Dandi berlutut di depan sang istri lalu menempelkan telinganya di perut Rumi, sambil mengusapnya.“Keluar hari ini, oke!” telunjuk Dandi mengetuk perut Rumi dua kali. “Dan nggak usah pake drama.”“Apa, sih, Mas.” Rumi terkekeh sambil mengusap kepala Dandi. “Kalau sudah waktunya keluar, dia pasti keluar.”Dandi menarik diri, tetap kedua tangannya masih menempel di perut Rumi. “Apa perlu dijenguk lagi, biar makin—”“Maaas!” Tawa Rumi semakin keras. “Ini, tuh, sudah mulai mules,

  • Accidentally Married   BTL ~ 102

    Hari pertama di awal tahun sudah terlewat. Namun, Rumi belum menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rumi masih mengerjakan beberapa hal seperti biasa, meskipun pergerakannya sudah tidak segesit dulu. Ia gampang lelah, cepat gerah, sehingga terkadang malas melakukan apa-apa.Namun, saat mengingat ucapan ibunya, Rumi harus memaksakan diri untuk bergerak agar bisa melahirkan dengan mudah. Begitulah salah satu ucapan sang ibu, di antara banyak wejangan yang kadang membuat Rumi hanya geleng-geleng, tetapi tidak berani membantah.“Rumi, gimana kalau kita telpon dokter dan minta operasi.” Dandi jadi uring-uringan sendiri, karena belum bisa menjumpai buah hatinya secara langsung. Terlebih ketika mengingat Alaska yang semakin gembul dan mulai belajar membalikkan tubuhnya.“Mas, tanggal HPL baru lewat dua hari.” Rumi mencuci tangan, sesudah beres menyiram tanaman di halaman depan. Setelahnya, Rumi menghela dan terdiam sambil mengusap punggungnya yang pegal. Dandi yang sejak tadi hanya mondar

  • Accidentally Married   BTL ~ 101

    “Dandi! Balikin, Dan!” Thea melotot dan menghardik sepupunya. Pria itu baru saja masuk ke kamar Thea dan bersikap seenaknya. Tanpa izin, Dandi mengeluarkan bayi yang tengah tertidur pulas di boksnya, lalu menggendongnya. Meskipun Dandi terlihat sangat hati-hati, tetapi Thea tetap saja merasa ngeri.“Mamamu berisik!” desis Dandi sambil berbalik memunggungi Thea. Ia berjalan santai menuju sofa sambil menggendong keponakannya, lalu duduk dengan perlahan.Dandi sengaja menunggu Thea pulang ke rumah terlebih dahulu, barulah ia menjenguk sepupunya agar bisa lebih bebas. Andai Rumi lelah karena terlalu lama menjenguk Thea, istrinya bisa beristirahat bebas di kamar tamu.“Dandiii!” Thea hendak bangkit dari tempat tidur, tetapi tidak jadi, mengingat jahitan di jalan lahirnya masih terasa sedikit nyeri.“Aku belum beli kado,” ujar Dandi lalu melihat ke arah pintu. Ia melihat Rumi masuk menghampirinya, setelah pergi ke toilet terlebih dahulu. “Aku bingung mau ngasih apa, karena Alaska sudah puny

  • Accidentally Married   BTL ~ 100

    “Jangan mentang-mentang istriku pintar masak, kamu jadi seenaknyammpp—”“Apasih!” Thea yang baru berada di teras, langsung membekap mulut Dandi dengan tangan kanannya. “Kamu itu jadi cowok berisik banget! Ini urusan bumil, jadi nggak usah ikut campur.”Dandi melepas tangan Thea dan berdecak. “Untung kamu lagi hamil. Coba kal—”“Sudah.” putus Qai dengan membawa beberapa paper bag dan kantong plastik di kedua tangan. “Cobalah sehari aja kalian ini nggak ribut. Masa’ nggak bisa?”“Nggak bisa!” seru Thea dan Dandi bersamaan.Qai tercengang, tetapi tidak menghentikan langkahnya memasuki rumah Dandi, meskipun belum dipersilakan. Daripada mendengar kedua orang itu ribut, lebih baik Qai duluan masuk dan merebahkan diri di sofa.“Ngapain lagi kamu ke sini?” Dandi berbalik dan segera menyusul Qai.“Aku mules dari pagi,” ujar Thea berjalan di belakang Dandi, sambil mengusap perutnya. “Sudah ke rumah sakit, tapi ternyata belum bukaan.”Dandi menoleh dan memperlambat langkahnya. “Memang sudah wakt

  • Accidentally Married   BTL ~ 99

    “Ngapain senyum-senyum lihat hape.” Merasa curiga dan penasaran, Dandi merampas ponsel dari tangan Rumi, hingga istrinya itu langsung berteriak protes.“Mas!”“Apa ini?” Dahi Dandi mengerut, melihat deretan foto yang dikirimkan oleh Thea. Ternyata, istrinya sedang berkirim pesan dengan istri Qai yang semakin menyebalkan. “Ini—”“Buat bayi!” Rumi kembali merampas ponselnya. “Emang Mas kira aku ngapain?”“Selingkuh,” jawab Dandi dengan entengnya, lalu duduk di samping Rumi. Namun, baru saja bokongnya itu menyentuh sofa, Rumi langsung memberi cubitan pada sisi perut dengan Dandi dengan keras. “RUMI!”“APA!” Rumi balas menghardik, karena tidak suka dengan tuduhan Dandi. “Aku nggak suka dituduh-tuduh gitu! Aku nggak selingkuh!”Untuk beberapa saat, Dandi terngaga sambil mengusap sisi perutnya. Ini kali pertama, Dandi mendengar Rumi meninggikan suara di depannya dan bersikap bar-bar. Istrinya itu terlihat benar-benar marah, dengan kedua mata yang melotot kesal.“Bercanda, Rum,” desis Dandi

  • Accidentally Married   BTL ~ 98

    “Ini masih jam 11 kurang, Ra.” Rafa membuka pintu pagar dan mempersilakan Hera masuk. Ia melihat sebuah tas spunbond yang ditenteng Hera dengan kedua tangan dan tidak bisa menebak-nebak isi di dalamnya. “Mama yang nyuruh datang cepat, biar bisa bantuin mas Rafa nyiapin makan siang.” Hera menyerahkan tas yang dibawanya pada Rafa. “Ini dibawain mama, sate sama kari ayam. Biar nggak ngerepotin.” “Oh ...” Rafa terkekeh sambil mengambil alih tas spunbond berwarna merah dari tangan Hera. “Kalau begini, aku yang jadi ngerepotin. Oia, masuk dulu.” “Nggak ngerepotin,” ujar Hera sembari berjalan masuk ke rumah Rafa. “Sekalian masak buat di rumah soalnya.” “Kamu yang masak?” selidik Rafa. “Nggak mungkin.” Hera meringis malu. “Saya nggak jago masak.” “It’s okay.” Rafa tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. “Aku cari istri, bukan cari tukang masak.” Langkah Hera terhenti tepat di ruang tamu yang bernuansa hitam putih. “Mas, saya nggak bi—” “Bercanda, Ra.” Rafa terus berjalan masuk dan

DMCA.com Protection Status