Bab 86 AIL GNPukul sepuluh malam, mobil Jaehyung memasuki parkiran. Penjaga apartemen yang sudah dikenalnya berkata kalau Nyonya Kim Han Nan ada di dalam unitnya."Malam, Tuan Jae, ibu Anda datang dan saya mempersilakannya untuk masuk. Sepertinya dia juga tahu kode kunci unit Anda," tukasnya."Ibuku ke sini? Baiklah, terima kasih Pak Joseph." Jaehyung memasuki lift menuju ke unit apartemennya."Ibu? Kenapa tidak bilang mau datang ke sini? Kan aku bisa menjemputmu?" sapa Jaehyung lemah begitu melihat ibu angkatnya sudah menunggu.Nyonya Han Na menghambur. Memeluk putra kakaknya itu penuh kasih sayang. Dia menceritakan kalau sudah menjodohkan Tae Min dengan Yoo Na. Dia juga merestui hubungan Jaehyung dan Vanesha karena biar bagaimanapun juga Jaehyung dan Vanesha diikat oleh benih mereka yang sekarang masih berada di dalam kandungan.“Ibu, aku harus bagaimana? Vanesha tak mau bertemu denganku?" tanya Jaehyung terdengar lirih, perih, dan tersiksa."Ibu akan membantumu, Nak. Jangan sampa
Bab 87 AIL GNAkhirnya, tak sia-sia perjuangan Jaehyung datang ke rumah Nathan dan Jane. Pantang menyerah dan selalu gigih berjuang setiap dia datang lagi dan lagi ke rumah itu untuk memohon. Meskipun pengusiran kerap terjadi berulang oleh Nathan. Bahkan kakak Vanesha tak sudi membuka pintu, mengusir Jaehyung dari jendela beranda lantai dua dengan teriakan lantang.Kegigihannya membuahkan hasil saat itu. Kala Jane meyakinkan Nathan untuk mau mendengar penjelasan Jaehyung. Setelah dengan nada putus asa Jaehyung meminta Jane yang kebetulan baru pulang dari minimarket dan hendak masuk ke rumah, Jaehyung memohon padanya untuk menyerahkan obat-obatan juga vitamin kehamilan untuk Vanesha. Setelah bertukar kata cukup lama dan alot disertai cecaran yang terus menghujani Jaehyung tanpa ampun terutama dari Nathan, akhirnya calon kakak iparnya itu membuka suara tentang keberadaan Vanesha.Tak membuang waktu, Jaehyung langsung tancap gas dari sana menuju ke bandara. Dia memesan tiket menuju Nega
Bab 88 AIL GN"Nez, kau tidak berangkat ke pusat kesehatan?" tanya Nyonya Gisel."Dokter Roweina sedang cuti, Bu. Dia memintaku untuk cuti juga," jawab Vanesha."Tapi, bukankah kau baru bekerja sebulan menjadi perawat di sana. Masa sudah cuti?" Nyonya Gisel tersenyum seraya mencari tas kecilnya."Sepertinya dokter yang lain tak suka kalau aku jadi asisten mereka. Makanya Dokter Roweina menyuruh aku untuk cuti. Ibu kan tau, hanya dia dokter yang baik yang mau menerimaku bekerja," ucap Vanesha mengusap bahu ibunya."Apa memang mereka seperti itu?" Nyonya Gisel mengernyit."Entahlah, aku merasa jadi wanita hina dan kotor dengan perut buncit ini," sahut Vanesha."Nez, kau janji kan pada ibu untuk jaga anak itu dengan baik?" "Iya, aku janji. Aku hanya sedang kesal saja," sungut Vanesha."Ibu mau ke pasar tradisional dulu, ya. Kau jangan lupa makan. Oh iya, ada yang mau kau titip pada ibu untuk dibeli?" tanya Nyonya Gisel."Baik, Bu. Aku titip buah apel, ya," sahut Vanesha."Oke. Eh, Ibu t
Bab 89 AIL GN"Ma-maksudnya ini bagaimana, Nyonya?" tanya Jaehyung untuk memastikan pendengarannya tak salah."Vanesha sedang tidur. Kalau dia sedang terjaga, dia pasti tak mau bertemu denganmu. Maka ku izinkan kau melihat Vanesha saat dia tidur. Sudah sana langsung masuk saja," ucap Nyonya Gisel sampai membuat Jaehyung melongo. Hatinya sangat bahagia meski terbungkus rasa tak percaya."Ja-jadi, saya boleh langsung bertemu Vanesha, Nyonya?" Jaehyung bertanya lagi sampai tergagap untuk memastikan lagi.Jaehyung takut jika telinganya salah mendengar. Hatinya sangat bahagia dan ingin rasanya melompat dengan liar kala mendengar suara dari calon ibu mertuanya."Ayo, tunggu apa lagi?" Nyonya Gisel mempersilakan.Jaehyung menuju ke pintu kamar Vanesha. Dia mendorong pintunya perlahan agar deritnya tidak mengganggu Vanesha. Pria itu masuk dengan langkah pelan diiringi jantung berdegup kencang.Sempat menghela napas dalam dan meraup udara dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan agar membuat h
Bab 90 AIL GNJaehyung bersiap menerima teriakan dam makan dari Vanesha. Namun yang sebenarnya terjadi, Vanesha masih belum sadar kalau dia secara nyata berhadapan dengan Jaehyung. Dia hanya mengira kalau dirinya masih terbuai di alam mimpi."Hmmm, kenapa aku bisa memimpikanmu, Jae? Apa mungkin aku merasa ingin merindukanmu? Tapi aku sangat membencimu, tau! Huh, asal kau tau itu, ya, aku membencimu!" gumam Vanesha sampai membuat Jaehyung tertegun. Wanita yang mengira masih bermimpi itu ternyata masih juga memakinya. Jaehyung sedari tadi diam saja. Dia tak membuka mulut hanya tersenyum. Rupanya, Vanesha yang sedang berada dalam lingkupan kantuk berat menganggap keberadaan Jaehyung sebatas mimpi. Jaehyung mulai memberanikan diri untuk mengecup pipi Vanesha dan menunggu reaksi selanjutnya. Tak disangka, Vanesha malah menarik wajah pria itu dan menempelkan bibirnya di bibir Jaehyung dalam sekali kecupan."Rupanya, bayi ini ingin berada di s
Bab 91 AIL GN"Aku tak mencintaimu, aku tak ingin memiliki suami sepertimu, asal kau tahu itu!" tegas Vanesha berucap lagi seraya melempar apa pun yang ada di sekitarnya ke arah Jaehyung. "Oke, begini saja. Jika setelah kau melahirkan anak itu dan ingin pergi dari ku, silakan kau boleh pergi. Asal anak itu tetap bersamaku. Dia tanggung jawabku. Tapi aku yakin, aku akan bisa membuatmu mencintaiku, Nez. Lihat saja nanti, aku akan terus berusaha mendapatkan hatimu," ucap Jaehyung dengan pasti."Pergi! Pergi dari sini!" Vanesha tak peduli apa pun yang dikatakan Jaehyung. Saat ini ia hanya ingin menumpahkan segala beban yang menusuk dada. Marah, terluka, benci, dan malu bercampur jadi satu. Jaehyung menarik Vanesha dan mendekapnya dalam pelukan. Meskipun Vanesha menolak meronta, Jaehyung tetap tidak melepaskan dekapannya. Kepalan tangan Vanesha bahkan sampai memukuli punggung lebar pria itu. bahkan Vanesha sampai menggigit pundak Jaehyung. Dia j
Bab 92 AIL GNVanesha mengikuti kata hatinya yang ingin membalas Tae Min. Apalagi tadi sang mantan terlihat sedang berbahagia dengan jodoh pasangan ibunya. Namun bisa jadi Vanesha mungkin mulai memikirkan nasib anak yang dia kandung membutuhkan sang ayah. Pada akhirnya Vanesha menerima Jaehyung sebagai suaminya. Dia menganggukkan kepalanya. "Aku mencintaimu, Nez. Terima kasih, Sayangku. Terima kasih kau akhirnya mau menikah denganku." Jaehyung memeluk Vanesha dengan erat. Tadinya Vanesha mau meronta lagi, tetapi kali ini dia menerima pelukan Jaehyung meskipun dia masih enggan untuk membalasnya. Nyonya Gisel yang melihat hal tersebut langsung memeluk Jaehyung dan Vanesha. Tangis penuh haru tercipta dari wanita yang mulai menginjak usia lima puluh tahun itu. Akhirnya, keinginannya terwujud. Melihat Jaehyung dan Vanesha menikah. Nyonya Gisel kini hanya bisa berharap kalau putrinya akan selalu mendapatkan kebahagian.Pesta p
Bab 93 AIL GNProsesi selesai. Para tamu undangan memberikan ucapan selamat untuk Vanesha dan Jaehyung. Nyonya Han Na datang bersama Tuan Kim, tetapi tidak dengan Tae Min. Pria itu beralasan sedang memiliki perjalanan bisnis. Namun, Tae Min mengirimkan kado pernikahan untuk Vanesha dan Jaehyung. Nyonya Han Na merasa sangat lega saat Jaehyung dan Vanesha menikah. Nyonya Gisel, Nathan, dan Jane juga memberi selamat pada Vanesha dan Jaehyung. Cassie juga memeluk erat Vanesha saat mengucapkan selamat. Begitu juga dengan Jane yang memeluk Jaehyung. Menyambut pria itu sebagai anggota keluarga baru Carter. Entah Vanesha yang mendengarnya harus senang atau sedih. Bergantian, Vanesha dan Jaehyung mendapatkan ucapan para tamu undangan yang mengucapkan selamat atas pernikahan mereka. Lalu, semua melanjutkan dengan makan malam. Pasangan pengantin itu duduk berdampingan dan menikmati acara. Vanesha terlihat letih dan ingin segera rasanya mengakhiri acara."Aku bahagia sekali, Nez. Senang rasanya
Bab 156 AIL GN.Cassie tersenyum lebar menatap putrinya melahap dengan rakus ASI untuknya. Bayi mungil itu menghisap dengan kekuatan penuh. Seakan dia tidak diberi makan selama di dalam kandungan."Aku sangat mencintaimu," bisik Tae Min di telinga sang istri.Cassie menoleh dengan senyum lebar di wajahnya. Sang suami lalu mengecup sekilas bibir merah itu, lalu dielusnya dengan sayang puncak kepala sang putri yang masih belum kenyang menghisap susu ibunya."Aunty, Uncle!" Pekikan itu menyertai masuknya seorang anak perempuan kecil. Min Ju datang dan langsung berlari menghampiri tempat tidur Cassie."Hai, Sayang! Ayo, sapa adik barumu," perintah Tae Min mengacak-acak rambut Min Ju kecil. Usianya hampir menginjak tiga tahun, tetapi Min Ju sangat cerdas dengan perkembangan di atas rata-rata anak seusianya."Mana Mom dan Dad-mu?" tanya Cassie."Ada di bawah. Aunty mau gendong dedek bayi," pinta Min Ju. "Belum boleh sayang, nanti jatuh. Ummm, sini gendongnya dekat aunty di pangkuan aunty,"
Bab 155 AIL GNSatu tahun berlalu, Cassie tengah mengandung."Aku mau jalan ke taman, ya." Cassie mengusap punggung Tae Min."Ayo, aku temani." Tae Min bergegas menyelesaikan pekerjaannya."Tak usah, aku sendiri saja. Kau urus saja pekerjaanmu di sini!" perintah Cassie.Cassie lantas meraih sweater merah lalu keluar menuju taman. "Baiklah, nanti aku segera menyusul!" seru Tae Min.Sesampainya di taman setelah Cassie berjalan sekitar dua ratus meter penuh semangat. Maklum saja, kandungannya sudah menginjak bulan ke sembilan, dan sang dokter kandungan memintanya agar sering berjalan agar mempermudah persalinan."Hai kucing! Duh, lucu banget sih kalian!" Cassie menyapa para hewan peliharaan yang sedang bermain di taman bersama tuannya."Halo, Nyonya Cassie!" sapa Tuan Tom, penjaga taman yang berusaha menghindari kejaran si golden retriever milik Nyonya Katarina itu."Hahaha, hati-hati, Tuan Tom! Wah, lucu banget sumpah." Cassie tertawa dengan puasnya melihat Tuan Tom yang dikejar oleh a
Bab 154 AIL GNYoo Na kembali dengan menyembunyikan penyakitnya. Ia meminta Jaehyung dan Vanesha tak usah menjemputnya. Wanita itu kini menyesal dan berjanji akan mengubah sikapnya lebih baik lagi. Namun, Vanesha merasa kondisi Yoo Na semakin kurus dan memprihatinkan.Hati itu, Vanesha bertemu dengan Yoo Na di sebuah kedai buah. Yoo Na bekerja di sana. Wanita itu menyambut Vanesha yang datang dengan Jimin dan Min Ju. "Halo, Tante Yoo Na!" sapa Min Ju dengan bahasa cadelnya."Halo, anak cantik! Tante punya semangka yang besar untukmu. Kau pasti akan menyukainya," ucap Yoo Na."Terima kasih, Yoo Na. Maaf, apa aku boleh tanya sesuatu padamu?" tanya Vanesha. "Tentang apa?" "Apa kau sakit? Kenapa kau tampak pucat dan sekarang sangat kurus?" tanya Vanesha lagi."Aku hanya banyak pikiran tak enak makan. Kau tahu kan kalau aku banyak hutang, hehehe," sahut Yoo Na asal."Ayolah, kau tidak bohong kan?" "Tidak! Aku tidak bohong. Eh, ke mana Jimin?" tanya Yoo Na."Ya Tuhan, tadi dia ada di sa
Bab 153 AIL GNYoo Na dirawat di rumah sakit di Kanada untuk pemulihan. Wanita itu sudah bisa berjalan. Sementara itu, Vanesha dan Jaehyung memilih untuk pulang. Saat seminggu sebelum kepulangan Yoo Na nanti, baru mereka akan datang menjemput.Sebulan setelah operasi, kondisi Yoo Na malah mengalami kemunduran. Namun, ia meminta Professor Rudolf untuk menyembunyikannya. Keesokan harinya sang profesor meminta Yoo Na bertemu dengan Dokter Scott Travis. Sang profesor curiga dengan hasil tes lab darah milik Yoo Na. Dokter Scoot langsung mengecek kondisi kesehatan dan penyakit AIDS yang ternyata diidapnya. Dokter begitu terkejut melihat kondisi Yoo Na. Wanita itu begitu sangat kurus dan berat badannya turun sekitar sepuluh kilogram selama di Kanada. Dokter Scott meminta Yoo Na untuk meminum obat dan makan secara teratur walau agak kurang begitu baik ketika pertama kali beradaptasi dengan cuaca dingin Kanada. Dokter meneliti lebih lanjut dan ia merasa semakin cemas karena hasil tes darah y
Bab 152 AIL GNMalam itu sebelum Jaehyung membawa Yoo Na menemui Professor Rudolf, ia memasak pasta dan daging asap. Sementara Jaehyung membuat cokelat panas untuk menghangatkan tubuh.Sheila juga sudah datang untuk menjemput. Vanesha memintanya untuk bergabung makan malam dulu sebelum berangkat lagi ke rumah sakit. Wanita itu setuju. Selama makan malam, Sheila menanyakan kegiatan Jaehyung dan Vanesha saat di festival. Keduanya menceritakan dengan penuh antusias sampai membuat Yoo Na cemburu."Apa kita sudah selesai? Ayo, kita temui profesor!" ajak Yoo Na yang sengaja menghentikan perbincangan ketiga orang di hadapannya."Aku sudah selesai, sih. Ya sudah mari kita berangkat!" sahut Sheila.Jaehyung dan Vanesha akhirnya mengangguk setuju. Mereka merapikan piring makan malam dulu dan membersihkannya sebelum berangkat.Sheila membawa rombongan Yoo Na langsung menuju Rumah Sakit Kanada. Professor Rudolf sudah menunggu mereka. Sang ahli tersebut menjelaskan kalau Yoo Na memiliki peluang y
Bab 151 AIL GNMusim dingin di Kanada berarti ini adalah waktu untuk beberapa festival dan acara terbesar dan paling populer di negara itu untuk membuat Kanada dan pengunjung menikmati cuaca dingin.Cuaca dingin dan salju dari bulan November hingga Maret adalah kenyataan yang tak terhindarkan dan menjadi penyumbang utama bagi identitas dan karakter nasional negara itu.Selama tujuh belas hari setiap tahun, biasanya dimulai pada akhir pekan terakhir bulan Januari dan berlanjut selama dua minggu berikutnya, Kota Quebec, hidup dengan kegembiraan di bawah nol. Karnaval musim dingin terbesar di dunia, Québec Winter Carnival, telah menjadi sorotan di kalender acara Quebec sejak tahun 1894 dan telah memberi Quebeckers dan ribuan pengunjung alasan untuk merayakannya selama musim salju yang dingin dan bersalju.Vanesha memeluk lengan kekar Jaehyung dengan erat. Wanita itu kedinginan, tetapi ia sangat senang sekali. Bahkan Vanesha berharap mereka bisa kembali berlibur sambil membawa anak-anak n
Bab 150 AIL GNVanesha menitipkan Jimin dan Min Ju pada Nyonya Giselle. Mereka tinggal di rumah Nathan dan Jane untuk sementara sampai Vanesha dan Jaehyung pulang."Semoga operasi Yoo Na berhasil. Ibu muak melihat ia seperti benalu di keluarga kalian," ucap ibunya Vanesha."Jangankan ibu, apalagi aku." Vanesha terkekeh. "Yakinlah, Nez, cinta Jaehyung pasti masih sangat besar untuk mu dan juga untuk anak-anak. Seorang Yoo Na tidak akan bisa mengambilnya darimu. Kau harus selalu mempertahankan dia," ujar wanita paruh baya itu."Tentu, Bu. Tentu saja aku tak akan melepaskan Jaehyung begitu saja. Sampai bertaruh nyawa sekali pun aku rela," kata Vanesha dengan tekad yang bulat.Vanesha lalu pamit setelah memberi kecupan di kening anak-anaknya. Jane langsung mengalihkan perhatian Jimin dan Min Ju agar tidak melihat kepergian Jaehyung dan Vanesha. Selepas itu, Jaehyung menjemput Yoo Na di apartemen. Ketiganya segera menuju ke bandara untuk lepas landas ke Kanada.***Sampai di Kanada, seora
Bab 149 AIL GNMakan malam hari itu, Vanesha maish berkutat dengan ayam panggang di dapur dibantu oleh Jaehyung. Sementara Jimin yang mulai pulih tapi masih belum bisa berbicara, berada di hadapan Yoo Na bersama Min Ju."Apa kalian lihat-lihat?" Yoo Na menatap tajam seraya menyeringai.Di tangan Yoo Na tergenggam pisau makan yang dia arahkan ke anak-anak Vanesha dan Jaehyung. Rasanya dia ingin merobek wajah imut mereka satu persatu. Jimin tercekat dan mulai ketakutan. Ia mendekat pada Min Ju yang juga ketakutan dan menangis."Ada apa ini?" Jaehyung bergegas seraya membawakan ayam panggang yang masih panas.Vanesha juga mengikuti di belakang suami. Lalu meraih Min Ju dari kursi makan bayi. Jimin menunjuk ke arah Yoo Na."Ada apa, Nak? Apa Tante Yoo Na nakal pada kalian?" Vanesha menatap tajam pada Yoo Na."Aku rasa mereka salah paham saat aku meraih pisau yang jatuh ini di lantai tadi," sahut Yoo Na beralasan palsu membela diri."Sudah sudah hentikan! Ayo, kita makan dulu!" ajak Jaehyu
Bab 148 AIL GNMendadak kemudian, Yoo Na dibawa ke rumah sakit karena demam tinggi. Ia baru bisa keluar dari rumah sakit setelah rawat inap selama seminggu. Namun, kesembuhannya itu membawa berita lain yang begitu membuatnya takut. Dokter Steve yang merawatnya, mengajaknya bicara secara empat mata sedangkan Jaehyung dan Vanesha yang menemani menunggu di luar."Apa keluargamu tidak ikut?" tanya Dokter Steve."Aku tak punya keluarga, hanya suamiku yang menunggu di luar," jawab Yoo Na berbohong. Dokter Steve lalu duduk berhadapan dengan Yoo Na. Tersirat raut wajahnya yang tampak sangat serius kala itu."Kenapa harus bicara berdua begini, Dok?" tanya Yoo Na heran."Ya, sebaiknya aku bicara empat mata dulu denganmu. Karena ada hal penting yang ingin kusampaikan pada Anda yang sepertinya harus disampaikan secara langsung tanpa perantara," jelas sangat Dokter berucap."Sampai harus dirahasiakan segala pada keluargaku juga?""Mungkin ini yang terbaik. Dengan begini, saya hanya ingin membuat