Bab 101 AIL GNJaehyung bangkit lalu menyusul sang istri menuju mobilnya. Mereka lantas masuk ke dalam mobil. Jaehyung langsung memakaikan seatbelt milik Vanesha. Namun, sang istri terkejut saat tiba-tiba Jaehyung mendekat padanya. Keduanya sempat bertatapan cukup lama. Jaehyung sangat ingin mencicipi bibir sensual nan menawan milik Vanesha kala itu. Wajahnya mulai maju mendekat."Mau apa kamu?" pekik Vanesha seraya menambahkan pipi kanan Jaehyung pelan."Aku hanya, ummmm, maaf ya." Jaehyung sampai mengusap wajahnya. Seketika dirinya merasakan kepalanya berdenyut, dia sangat bergairah malam itu. Namun, dia tak bisa meluapkan pada Vanesha padahal wanita itu istri sahnya."Heh, Jae! Ayo, jalan! Kenapa malah melamun seperti itu?" Vanesha menggebrak dashboard mobil.Jaehyung sampai bingung dengan perubahan emosi wanita hamil. Saat dia sakit diare, Vanesha begitu baik. Sampai Jaehyung merasa sudah mendapat lampu hijau untuk menyelami hati Vanesha lebih dalam lagi. Nyatanya kini saat dia s
Bab 102 AIL GNJaehyung sampai di lokasi pemotretan dengan kesal. Entah kenapa, setiap gerakan Vanesha makin hari semakin menciptakan imajinasi liar di pikirannya.Jaehyung mengingat bagaimana tadi Vanesha saat berada di mobil. Saat sedang menikmati kekesalannya, dia mendengar pintu diketuk dan sesaat kemudian, Andres masuk. "Kelly ingin berkenalan denganmu. Si Pirang berdada besar itu," tunjuk Andrew ke salah satu model wanita di pantai itu.Jaehyung mengembuskan napas kasar, seraya memijat keningnya. "Aku tahu bagaimana pernikahanmu dengan Vanesha. Kau pernah mabuk dan menceritakannya padaku, Jae! Sampai kapan kau akan bertahan seperti itu sementara banyak wanita yang ingin tidur denganmu," ucap Andrew.Jaehyung berubah kesal. "Kenapa kau bicara seperti itu padaku?" tanya Jaehyung. "Jae, jika kau hanya nafsu dan butuh disalurkan, aku bisa mencarikan wanita untukmu lihat saja Kelly." Senyum tertarik sedikit di ujung bibir Andrew. Dia menunggu reaksi apa yang akan Jaehyung berikan
Bab 103 AIL GNVanesha masuk ke dalam lift yang membawanya menuruni tingginya gedung, hingga berakhir di lantai dasar beberapa menit kemudian. Suara denting pintu lift terdengar dan terbuka.Vanesha melangkahkan kakinya untuk melintasi lobi apartemen. Lalu, dia menghampiri konter taksi yang memang tersedia sampai jam satu di sana, bahkan ada yang sampai 24 jam.Vanesha lalu menyebutkan alamat yang dia dapatkan dari si penelepon tadi. Seorang pria paruh baya menjadi sang sopir yang melajukan mobilnya menuju di mana Jaehyung berada. Vanesha mendesak agar sang sopir segera mempercepat laju mobilnya."Cepat ya, Pak," pintanya memohon.Dia ingin segera berada di sana, dia ingin segera menemui Jaehyung. Perasaan yang tak karuan dia rasakan. Vanesha kembali merasa kekhawatiran akan kondisi Jaehyung. Lesatan ban yang bergulir di jalan membawa Vanesha menjauh dari gedung apartemen itu."Tunggulah sebentar lagi, Jae," gumam perempuan itu di ten
Bab 104 AIL GNVanesha melirik sekilas ke arah suaminya yang masih tidak sadarkan diri, perempuan itu menyelesaikan segala urusan yang tersisa. Vanesha tidak memberi jawaban pertanyaan dari si pelayan pun tidak memilih untuk berdiri di tempatnya. Seorang tamu yang lain baru saja duduk di salah satu meja dan Melisa langsung saja menghampiri untuk melayani pelanggan barunya. Meninggalkan Vanesha yang kini mendekat dalam posisi masih berdiri tegak, memperhatikan bagaimana napas Jaehyung terdengar teratur dalam tidur lelapnya."Jae, aku di sini," bisik Vanesha. Vanesha mengusap dahi suaminya dengan lembut.Perempuan itu tidak mengerti mengapa Jaehyung memilih menuju bar selepas pulang bekerja. "Jae." Siapa pun yang mendengar suara Vanesha barusan, pastilah mendapati ada nada getir dan gemetar dalam suaranya. Belum lagi siratan sakit yang ikut mengambil alih. Mengusap lagi rambut suaminya, Vanesha menegakkan kepala. Tidak ada respons berarti untuk beberapa detik. Helaan napas lelaki i
Bab 105 AIL GNSesampainya di rumah sakit, Vanesha mendaftarkan dirinya untuk pemeriksaan dan juga mendaftarkan Jaehyung untuk bertemu dokter umum saat itu. Vanesha lalu kembali menunggu bersama Jaehyung di kursi tunggu."Apa yang kamu rasakan sekarang, Jae?" Vanesha memastikan suaminya masih demam dengan menempelkan punggung tangannya kembali di dahi pria itu."Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat, Nez. Apa suhu tubuhku naik karena hal lain, misalkan nafsu karena menerima sentuhanmu?" Jaehyung menggoda Vanesha dengan menatap lekat."Jae, tidak lucu!" Vanesha malah menepuk pipi Jaehyung pelan.Mereka lalu masuk ke ruangan Dokter Nathan. Nathan memastikan kalau Jaehyung baik-baik saja. Pria itu hanya kelelahan. Kemudian memberikan resep sambil menjelaskan jika Jaehyung hanya butuh istirahat. Setelah itu, Nathan mengingatkan Vanesha untuk melakukan pemeriksaan kandungan."Aku sudah mendaftar kok pada Dokter Park," tukas Vanesha. "Baiklah kalau begitu. Oh iya, minggu depan aku akan
Bab 106 AIL GNMalam itu, Vanesha pembantu Jaehyung untuk beristirahat. Namun, baru saja sampai di depan pintu kamar Jaehyung untuk kembali ke kamarnya, langkah Vanesha terhenti. "Awas saja kalau kau besok pergi ke Pulau Hijau," ucap Vanesha menatap Jaehyung dengan tajam."Dari mana kau tahu?" Jaehyung mengernyit."Aku sudah melihat buku catatan jadwal pemotretan mu, Jae! Pokoknya kau harus beristirahat!" tegas Vanesha. "Tapi, jika aku mangkir dan tak sesuai kontrak aku harus membayar denda," ucap Jaehyung. "Kau tidak mangkir, Jae! Kau hanya menunda. Nanti setelah kau sehat kau bisa bekerja lagi," ucap Vanesha. "Tapi tidak bagi crew dan yang lainnya kare–" Vanesha memotong ucapannya Jaehyung dengan tatapan tajam. Bagai busur panah yang siap menghujam jantung."Baiklah, maafkan aku. Aku akan menurut padamu." Jaehyung yang menyadari tatapan itu, memilih mengakhiri perdebatan. Pria itu berbaring dan meminta Vanesha untuk istirahat juga. Vanesha keluar dari kamar Jaehyung. Dia menuj
Bab 107 AIL GNMalam pun tiba, di kamar Vanesha, wanita itu mempoles wajahnya dengan baik setelah berganti pakaian pesta yang anggun warna hitam.Vanesha menghadap cermin memulas bibir dan menyapukan kuas bedak sembari mengamati saksama wajahnya sekilas demi sekilas melalui pantulan di depannya. Sedangkan di seberangnya, ada pria yang tak sabar menunggu. Jaehyung memakai setelan jas warna hitam bermotif garis. Dia juga memakai dasi disusul arloji.Vanesha merasa jantungnya seolah berdegup lebih kencang saat Jaehyung terus menatapnya. Ngilu merayap mengganggu di hatinya, sungguh menyiksa. Vanesha tak suka debaran jantung itu. Denyut berbeda yang pernah dia rasakan kala bersama Jaehyung. Namun, malam itu dia terbungkus kemarahan. Vanesha marah karena Jaehyung mabuk dan menceritakan semua pada Lisa. Biasanya Vanesha memilih cuek dan datar. Akan tetapi, kali ini dia merasa tersulut. Dia tak suka jika mempunyai saingan.Vanesha sampai harus bersikap bodo amat dengan apa pun yang dilakukan
Bab 108 AIL GNTae Min menyapa Vanesha dan Jaehyung. Dia juga memperkenalkan Yoo Na pada Vanesha. Di antara undangan yang hadir, ada beberapa keluarga Nyonya Gisel dan juga kolega dari Nathan. Masih lekat dalam ingatan Vanesha hubungannya dengan Tae Min. "Aku ke kamar mandi dulu," ucap Jaehyung yang sebenarnya menghindari Yoo Na. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengikutinya diam-diam. "Hai, Nez! Perutmu belum terlalu terlihat buncit, ya?" goda Tae Min."Kau mau meledek atau menghinaku, ya?" Vanesha melirik tajam pada Tae Min. "Aku tidak berani kok menggodamu. Aku sudah menganggap mu sebagai kakak ipar sekarang. Biar bagaimanapun juga Jae sudah seperti kakakku, kan?" "Duduk sebelah sana, yuk! Aku tak kuat lama-lama berdiri!" ajak Vanesha. Tae Min masih menatap wanita itu lekat. Wanita hamil itu sangat memancarkan aura kecantikannya yang makin cantik dilihat. Vanesha melihat Nathan yang menggandeng Jane seraya men
Bab 156 AIL GN.Cassie tersenyum lebar menatap putrinya melahap dengan rakus ASI untuknya. Bayi mungil itu menghisap dengan kekuatan penuh. Seakan dia tidak diberi makan selama di dalam kandungan."Aku sangat mencintaimu," bisik Tae Min di telinga sang istri.Cassie menoleh dengan senyum lebar di wajahnya. Sang suami lalu mengecup sekilas bibir merah itu, lalu dielusnya dengan sayang puncak kepala sang putri yang masih belum kenyang menghisap susu ibunya."Aunty, Uncle!" Pekikan itu menyertai masuknya seorang anak perempuan kecil. Min Ju datang dan langsung berlari menghampiri tempat tidur Cassie."Hai, Sayang! Ayo, sapa adik barumu," perintah Tae Min mengacak-acak rambut Min Ju kecil. Usianya hampir menginjak tiga tahun, tetapi Min Ju sangat cerdas dengan perkembangan di atas rata-rata anak seusianya."Mana Mom dan Dad-mu?" tanya Cassie."Ada di bawah. Aunty mau gendong dedek bayi," pinta Min Ju. "Belum boleh sayang, nanti jatuh. Ummm, sini gendongnya dekat aunty di pangkuan aunty,"
Bab 155 AIL GNSatu tahun berlalu, Cassie tengah mengandung."Aku mau jalan ke taman, ya." Cassie mengusap punggung Tae Min."Ayo, aku temani." Tae Min bergegas menyelesaikan pekerjaannya."Tak usah, aku sendiri saja. Kau urus saja pekerjaanmu di sini!" perintah Cassie.Cassie lantas meraih sweater merah lalu keluar menuju taman. "Baiklah, nanti aku segera menyusul!" seru Tae Min.Sesampainya di taman setelah Cassie berjalan sekitar dua ratus meter penuh semangat. Maklum saja, kandungannya sudah menginjak bulan ke sembilan, dan sang dokter kandungan memintanya agar sering berjalan agar mempermudah persalinan."Hai kucing! Duh, lucu banget sih kalian!" Cassie menyapa para hewan peliharaan yang sedang bermain di taman bersama tuannya."Halo, Nyonya Cassie!" sapa Tuan Tom, penjaga taman yang berusaha menghindari kejaran si golden retriever milik Nyonya Katarina itu."Hahaha, hati-hati, Tuan Tom! Wah, lucu banget sumpah." Cassie tertawa dengan puasnya melihat Tuan Tom yang dikejar oleh a
Bab 154 AIL GNYoo Na kembali dengan menyembunyikan penyakitnya. Ia meminta Jaehyung dan Vanesha tak usah menjemputnya. Wanita itu kini menyesal dan berjanji akan mengubah sikapnya lebih baik lagi. Namun, Vanesha merasa kondisi Yoo Na semakin kurus dan memprihatinkan.Hati itu, Vanesha bertemu dengan Yoo Na di sebuah kedai buah. Yoo Na bekerja di sana. Wanita itu menyambut Vanesha yang datang dengan Jimin dan Min Ju. "Halo, Tante Yoo Na!" sapa Min Ju dengan bahasa cadelnya."Halo, anak cantik! Tante punya semangka yang besar untukmu. Kau pasti akan menyukainya," ucap Yoo Na."Terima kasih, Yoo Na. Maaf, apa aku boleh tanya sesuatu padamu?" tanya Vanesha. "Tentang apa?" "Apa kau sakit? Kenapa kau tampak pucat dan sekarang sangat kurus?" tanya Vanesha lagi."Aku hanya banyak pikiran tak enak makan. Kau tahu kan kalau aku banyak hutang, hehehe," sahut Yoo Na asal."Ayolah, kau tidak bohong kan?" "Tidak! Aku tidak bohong. Eh, ke mana Jimin?" tanya Yoo Na."Ya Tuhan, tadi dia ada di sa
Bab 153 AIL GNYoo Na dirawat di rumah sakit di Kanada untuk pemulihan. Wanita itu sudah bisa berjalan. Sementara itu, Vanesha dan Jaehyung memilih untuk pulang. Saat seminggu sebelum kepulangan Yoo Na nanti, baru mereka akan datang menjemput.Sebulan setelah operasi, kondisi Yoo Na malah mengalami kemunduran. Namun, ia meminta Professor Rudolf untuk menyembunyikannya. Keesokan harinya sang profesor meminta Yoo Na bertemu dengan Dokter Scott Travis. Sang profesor curiga dengan hasil tes lab darah milik Yoo Na. Dokter Scoot langsung mengecek kondisi kesehatan dan penyakit AIDS yang ternyata diidapnya. Dokter begitu terkejut melihat kondisi Yoo Na. Wanita itu begitu sangat kurus dan berat badannya turun sekitar sepuluh kilogram selama di Kanada. Dokter Scott meminta Yoo Na untuk meminum obat dan makan secara teratur walau agak kurang begitu baik ketika pertama kali beradaptasi dengan cuaca dingin Kanada. Dokter meneliti lebih lanjut dan ia merasa semakin cemas karena hasil tes darah y
Bab 152 AIL GNMalam itu sebelum Jaehyung membawa Yoo Na menemui Professor Rudolf, ia memasak pasta dan daging asap. Sementara Jaehyung membuat cokelat panas untuk menghangatkan tubuh.Sheila juga sudah datang untuk menjemput. Vanesha memintanya untuk bergabung makan malam dulu sebelum berangkat lagi ke rumah sakit. Wanita itu setuju. Selama makan malam, Sheila menanyakan kegiatan Jaehyung dan Vanesha saat di festival. Keduanya menceritakan dengan penuh antusias sampai membuat Yoo Na cemburu."Apa kita sudah selesai? Ayo, kita temui profesor!" ajak Yoo Na yang sengaja menghentikan perbincangan ketiga orang di hadapannya."Aku sudah selesai, sih. Ya sudah mari kita berangkat!" sahut Sheila.Jaehyung dan Vanesha akhirnya mengangguk setuju. Mereka merapikan piring makan malam dulu dan membersihkannya sebelum berangkat.Sheila membawa rombongan Yoo Na langsung menuju Rumah Sakit Kanada. Professor Rudolf sudah menunggu mereka. Sang ahli tersebut menjelaskan kalau Yoo Na memiliki peluang y
Bab 151 AIL GNMusim dingin di Kanada berarti ini adalah waktu untuk beberapa festival dan acara terbesar dan paling populer di negara itu untuk membuat Kanada dan pengunjung menikmati cuaca dingin.Cuaca dingin dan salju dari bulan November hingga Maret adalah kenyataan yang tak terhindarkan dan menjadi penyumbang utama bagi identitas dan karakter nasional negara itu.Selama tujuh belas hari setiap tahun, biasanya dimulai pada akhir pekan terakhir bulan Januari dan berlanjut selama dua minggu berikutnya, Kota Quebec, hidup dengan kegembiraan di bawah nol. Karnaval musim dingin terbesar di dunia, Québec Winter Carnival, telah menjadi sorotan di kalender acara Quebec sejak tahun 1894 dan telah memberi Quebeckers dan ribuan pengunjung alasan untuk merayakannya selama musim salju yang dingin dan bersalju.Vanesha memeluk lengan kekar Jaehyung dengan erat. Wanita itu kedinginan, tetapi ia sangat senang sekali. Bahkan Vanesha berharap mereka bisa kembali berlibur sambil membawa anak-anak n
Bab 150 AIL GNVanesha menitipkan Jimin dan Min Ju pada Nyonya Giselle. Mereka tinggal di rumah Nathan dan Jane untuk sementara sampai Vanesha dan Jaehyung pulang."Semoga operasi Yoo Na berhasil. Ibu muak melihat ia seperti benalu di keluarga kalian," ucap ibunya Vanesha."Jangankan ibu, apalagi aku." Vanesha terkekeh. "Yakinlah, Nez, cinta Jaehyung pasti masih sangat besar untuk mu dan juga untuk anak-anak. Seorang Yoo Na tidak akan bisa mengambilnya darimu. Kau harus selalu mempertahankan dia," ujar wanita paruh baya itu."Tentu, Bu. Tentu saja aku tak akan melepaskan Jaehyung begitu saja. Sampai bertaruh nyawa sekali pun aku rela," kata Vanesha dengan tekad yang bulat.Vanesha lalu pamit setelah memberi kecupan di kening anak-anaknya. Jane langsung mengalihkan perhatian Jimin dan Min Ju agar tidak melihat kepergian Jaehyung dan Vanesha. Selepas itu, Jaehyung menjemput Yoo Na di apartemen. Ketiganya segera menuju ke bandara untuk lepas landas ke Kanada.***Sampai di Kanada, seora
Bab 149 AIL GNMakan malam hari itu, Vanesha maish berkutat dengan ayam panggang di dapur dibantu oleh Jaehyung. Sementara Jimin yang mulai pulih tapi masih belum bisa berbicara, berada di hadapan Yoo Na bersama Min Ju."Apa kalian lihat-lihat?" Yoo Na menatap tajam seraya menyeringai.Di tangan Yoo Na tergenggam pisau makan yang dia arahkan ke anak-anak Vanesha dan Jaehyung. Rasanya dia ingin merobek wajah imut mereka satu persatu. Jimin tercekat dan mulai ketakutan. Ia mendekat pada Min Ju yang juga ketakutan dan menangis."Ada apa ini?" Jaehyung bergegas seraya membawakan ayam panggang yang masih panas.Vanesha juga mengikuti di belakang suami. Lalu meraih Min Ju dari kursi makan bayi. Jimin menunjuk ke arah Yoo Na."Ada apa, Nak? Apa Tante Yoo Na nakal pada kalian?" Vanesha menatap tajam pada Yoo Na."Aku rasa mereka salah paham saat aku meraih pisau yang jatuh ini di lantai tadi," sahut Yoo Na beralasan palsu membela diri."Sudah sudah hentikan! Ayo, kita makan dulu!" ajak Jaehyu
Bab 148 AIL GNMendadak kemudian, Yoo Na dibawa ke rumah sakit karena demam tinggi. Ia baru bisa keluar dari rumah sakit setelah rawat inap selama seminggu. Namun, kesembuhannya itu membawa berita lain yang begitu membuatnya takut. Dokter Steve yang merawatnya, mengajaknya bicara secara empat mata sedangkan Jaehyung dan Vanesha yang menemani menunggu di luar."Apa keluargamu tidak ikut?" tanya Dokter Steve."Aku tak punya keluarga, hanya suamiku yang menunggu di luar," jawab Yoo Na berbohong. Dokter Steve lalu duduk berhadapan dengan Yoo Na. Tersirat raut wajahnya yang tampak sangat serius kala itu."Kenapa harus bicara berdua begini, Dok?" tanya Yoo Na heran."Ya, sebaiknya aku bicara empat mata dulu denganmu. Karena ada hal penting yang ingin kusampaikan pada Anda yang sepertinya harus disampaikan secara langsung tanpa perantara," jelas sangat Dokter berucap."Sampai harus dirahasiakan segala pada keluargaku juga?""Mungkin ini yang terbaik. Dengan begini, saya hanya ingin membuat