Keesokan paginya, Justin terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Lehernya terasa sakit karena bersandar pada kursi besi. Pantatnya juga sekarang terasa seperti berbentuk kotak pipih karena terlalu lama duduk. Saat matanya terbuka, orang pertama yang ia cari adalah Karina. Karena terakhir kali ia melihat Karina saat mereka bertengkar semalam, dan Karina pergi, entah ke mana.
Terdengar seperti seseorang yang sedang berbincang dari dalam ruangan tempat Norman dirawat. Justin mengerutkan dahinya sejenak.
"Apa Norman sudah sadar?" tanyanya, yang entah pada siapa.
"Mungkin aja Karina juga di dalam sekarang," imbuhnya berlari kecil masuk kedalam ruangan. Dan benar saja, ia melihat Norman sedang terbaring, namun sudah siuman, dengan Karina yang duduk di sebelahnya, menyuapi semangkuk bubur hambar buatan rumah sakit.
Karina menoleh, lalu kembali memusatkan pandangan pada Norman.
"Elo udah sadar?" tanya Justin basa-basi, melangkah mendekat.
"Iya, cu
Di jalanan aspal yang begitu sepi, dikelilingi pohon tinggi yang menjulang, dengan lebar jalan yang hanya bisa dibuat berpapasan satu mobil dengan satu mobil lainnya saja, itupun jarak antar kedua mobilnya sangat tipis.Alice melangkah mundur, menarik baju Justin agar Justin juga ikut mundur. Tubuh pria itu perlahan mencoba bangkit dari aspal yang sudah digenangi cairan kental yang merah pekat. Pria itu sudah berdiri dengan sempurna, menatap wajah Justin dan juga Alice yang terkejut.Kondisinya terbilang seperti zombie. Wajahnya setengah hancur karena tergerus aspal. Darah tidak berhenti keluar dari belakang kepalanya. Bagaimana bisa pria itu masih hidup dan berdiri sempurna sementara tubuhnya terlihat seperti mengalami banyak patah tulang."Justin, dia bukan manusia!" teriak Alice histeris. Justin mencoba tidak panik dengan menenangkan Alice."Kita bertemu lagi, Justin," katanya. Justin tidak mengerti apa maksud dari pria itu. Ucapannya menandakan bahwa Justin pernah bertemu dengan o
Incheon sudah mulai sembuh. Senyum di masing-masing orang sudah nampak terukir meski belum sempurna. Gedung-gedung yang semula porak poranda, kini satu persatu, gedung itu kembali utuh, bahkan beberapa di antaranya berubah menjadi lebih bagus. Sekolah, kantor, universitas dan juga mall-mall kembali dibuka setelah mengalami perbaikan total. Badai tempo hari itu mengubah Incheon menjadi jauh lebih indah sekarang, meski sebelumnya sempat menghancurkan, namun melahirkan suasana baru.Bukan hanya Incheon yang membaik, tapi juga Norman. Manager Justin itu sudah pulang dari rumah sakit, karena mendapat izin atas perawatan yang diambil oleh Dokter William. Wajah Norman sangat bahagia ketika dirinya keluar dari rumah sakit dan melihat Incheon dengan suasana yang berbeda, seperti berada di kota lain."Justin, apa elo gak keberatan kalau apartemen elo ditempatin orang banyak kayak gini?" tanya Norman yang duduk di kursi roda, dengan Justin yang mendorongnya."Apa boleh buat, ini juga buat nebus
"Aku kenal bagaimana aura Lucivher, tapi yang aku rasakan tadi bukan Lucivher.""Dave, aku hanya merasa kalau di sekitarku saat itu adalah Lucivher, tidak ada iblis lain," Pangeran Biru bersikeras bahwa yang ia rasakan adalah Lucivher, bukan iblis lain. Dave menjadi bergeming, apakah firasatnya tentang hal itu ternyata salah?"Mungkin Lucivher sudah semakin kuat, jadi Dave tidak mengenali auranya," sahut Alice, ia tak ingin membesar-besarkan masalah ini, karena ia sendiri juga tidak tahu kebenarannya."Itu mungkin saja," Dave menghela nafasnya."Jadi, kenapa kamu memanggil kami?" tanya Justin pada Dave."Tentang rubah ekor sembilan. Mungkin ini akan sedikit membantu. Rubah ekor sembilan itu memiliki kelemahan yang mudah dikenali, air," jelas Dave."Air? Apa kekuatanku bisa menjadi kelemahannya?" Alice tidak lupa kalau dirinya memiliki kekuatan air."Benar, kamu bisa menjadi kelemahan terbesar rubah ekor sembilan. Selain itu, dia juga tidak seberapa suka terkena cahaya, saat siang dia
Pagi ini menjadi pagi yang membosankan, seharusnya Justin melanjutkan pekerjaannya untuk mengisi peran sebagai aktor di sebuah drama. Namun, karena kejadian yang membuat Norman harus dilarikan ke rumah sakit, pihak produser dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia mengeluarkan Justin dari projek drama itu. Pak Jang Jae-Hwan, yang merupakan produser dari drama itu menyatakan bahwa orang yang akan menggantikan Justin sebagai peran utama adalah Norman, yang statusnya adalah manager Justin sendiri.Di tengah cekcok Justin dan Pak Jae-Hwan, Justin tetap ngotot kalau dia tidak berniat melakukan itu pada Norman."Sejak awal saya sudah curiga dengan projek drama anda ini," kata Justin."Anda terlihat sangat akrab dengan Norman, apa ini merupakan bagian dari cara bagaimana anda menjatuhkan saya melalui Norman?" Justin menatap Pak Jae-Hwan."Hentikan omong kosongmu, akhiri kontrak dan saya akan menggantikan peranmu pada Norman. Kamu tidak profesional!" jawabnya."Baik, saya akan mengakhiri ko
Mereka bertiga melesat menuju taman, tempat di mana Karina sedang mendorong kursi roda tanpa ada seseorang yang duduk di kursi roda tersebut."Rin!" panggil Justin mendekat, Karina tidak menoleh sama sekali, pikirannya seperti sedang kosong."Karina!" Liam menepuk bahu Karina. Karina menoleh."Ada apa, Dokter?" tanyanya. Itu berarti Karina tidak sedang dalam pengaruh mantra iblis. Dan ke mana iblis tadi pergi? Bukankah sebelumnya ia berada di belakang Karina dan membuntutinya?"Kalian bertiga kenapa ada di sini?""Norman mana?" tanya Justin tanpa menjawab pertanyaan Karina."Itu, lagi terapi jalan," Karina menunjuk Norman di ujung taman, sedang berjalan menggunakan tongkat.Liam, Justin dan Alice langsung menghela nafas lega, berbeda dengan Karina yang kebingungan karena ketiga orang ini sejak tadi tidak menjelaskan apapun."Terus kenapa kamu tadi ngelamun?" kini Alice bertanya."Ya lagi mikir aja," jawabnya enteng. Karina memang sedang memikirkan sesuatu, dan sesuatu itu sedang ada d
"Maksud kamu apa?" tanya Karina."Sekarang, semuanya mungkin udah jelas. Aku punya perasaan ke kamu. Perasaan yang lebih dari sekedar orang yang gak sengaja ketemu karena sebuah insiden. Perasaan yang mungkin bisa dikatakan cinta," Justin kemudian menoleh ke Karina, menunggu jawaban wanita itu atas pengungkapan perasaannya yang baru saja ia lakukan.Wajah Karina berubah sendu, senyumannya terlihat begitu tulus dan sangat hangat. Kemudian tangannya terangkat, menyentuh pipi Justin dengan lembutnya."Aku gak peduli nantinya gimana. Tapi yang jelas, sekarang perasaan kita itu sama," katanya.Justin ingin berteriak rasanya. Andai saja ia adalah manusia biasa, yang bisa hidup berdampingan dengan manusia lainnya, ia pasti sudah mengajak Karina untuk memiliki hubungan yang serius. Sayangnya, ia bukanlah manusia. Ia hanya makhluk dari galaksi putih yang bertugas di bumi, membunuh iblis dan monster, bukan untuk mencari cinta.Dalam diamnya, Justin banyak bergumam tentang semua keluhannya. Bagi
Karina yang merasa ditunjuk oleh makhluk itu pun terkejut dan melangkah mundur. Justin kaget bukan kepalang saat tau ternyata Karina ada di situ untuk waktu yang cukup lama, dan itu berarti Karina tahu bahwa dirinya, Alice beserta Dokter Liam bukanlah manusia biasa."Karina?!" Justin berlari menghampiri Karina, bersamaan dengan ekor rubah yang menjalar ke Karina dengan kecepatan angin. Justin kalah telak, ekor rubah itu lebih dulu mendekap Karina."Ini merupakan satu keajaiban. Aku bisa membuat kalian takluk hanya dengan menyandera wanita lemah ini!" ujarnya. Justin dan yang lain tentu saja bingung menghadapi situasi bimbang ini, jika menyerang, sudah pasti rubah ekor sembilan akan membunuh Karina hanya dengan melilitkan ekor itu dengan lebih erat.Karina merasa nafasnya tersekat lantaran tubuhnya dililit begitu kuat oleh benda berbulu yang begitu besar hingg hampir menutupi tubuh Karina secara keseluruhan."Lepaskan wanita itu!" murka Alice dengan menghentakkan tongkat mataharinya ke
"Kalian mau jelasin apa? Jelasin kalau kalian bukan manusia? Atau jelasin tentang kenapa kalian gak jujur sama aku?""Kami jelasin semuanya, semua yang perlu kamu tau," jawab Alice."Kalian ini apa?" tanya Karina kemudian."Kami, orang yang dikirim oleh dewa buat memburu iblis sekaligus monster yang datang ke bumi buat menyesatkan manusia. Dan, kami bukan makhluk jahat, kami gak akan nyakitin kamu," Justin mendekat."Jangan mendekat!" Karina masih takut dengan orang-orang ini, orang-orang yang ia sangka adalah makhluk jahat."Gimana aku bisa percaya ke kalian kalau kalian bukan makhluk jahat? Apa buktinya?""Mau ikut kita ke galaksi kita? Tempat di mana semua pemburu monster dan iblis diciptakan," Alice menggenggam jemari Karina, berusaha meyakinkan bahwa dirinya bukan orang jahat."Gak, aku gak mau ikut kalian! Kalian keluar aja dari kamar!" Karina terus menentang kepercayaannya tentang kebenaran yang sedang ia hadapi."Rin, kamu ingat waktu kita terbangun di semak-semak? Waktu itu a