Tubuh Sasha sedikit terhuyung, namun ia berhasil bangkit dan kembali menerjang Mark. Ia kembali menendang dan memukul Mark. Beberapa kali ia terkena kembali pukulan Mark dan sebagian berhasil ia tangkis. Tak ingin membuang waktu lagi, Sasha segera mengunci tubuh Mark dengan tangan kirinya. Ia mengunci leher Mark dari belakang, kemudian tangan kanannya mengambil pisau di dalam boothnya dan langsung menusuk dada Mark di sebelah kiri, tepat di jantungnya.Mark menggelepar dengan darah yang terus mengalir dari dadanya hingga ia tewas di tempat saat Sasha semakin memperdalam tusukkannya. Tak ingin membuang pisau kesayangannya Sasha mencabutnya kembali tanpa belas kasihan. Saat itu Jeofre dan beberapa orang anak buahnya masuk ke dalam dan menemukan Sasha yang sudah berhasil membunuh Mark. Sasha tak memperdulikan kedatangan Jeofre dan yang lainnya. Fokusnya kembali tertuju pada Mike.Ia berjalan dengan sedikit cepat ke arah Mike dengan tubuh yang mulai sempoyongan. Sasha meringis kesakitan
Sasha sudah berada di ruang perawatan inap, dan Mike tak meninggalkannya sedikitpun, bahkan untuk ke kamar mandi. Ia terus menemaninya dengan duduk di samping ranjang Sasha terbaring. Beberapa alat medis terpasang di tubuh Sasha. Sasha belum juga tersadar, dokter mengatakan bahwa ia masih dalam pengaruh obat bius dalam beberapa jam kedepan. Mike menatap Sasha dengan nanar, ada rasa sedih, bersalah, marah dan semuanya bercampur aduk menjadi satu di dalam dirinya.Tapi bagaimana ia akan melampiaskannya? Sedangkan Sasha sendiri sudah membunuh Mark dengan tangannya sendiri. Mungkin saat ini kesembuhan Sasha yang akan menjadi prioritas utamanya terlebih dahulu. Sebelum nantinya Mike akan mencari siapa yang menghasut Moron's untuk berkhianat.Mike menggenggam tangan Sasha yang bebas. Ia masih terus merasa bersalah atas apa yang terjadi padanya. "Hei, kau bangunlah," lirih Mike. Namun Sasha masih belum juga terbangun. Seakan ia sedang tertidur dengan begitu nyenyaknya.Sasha pasti benar-
Pagi menjelang dan Lily mulai membuka matanya perlahan, wajah Arsenlah yang ia lihat pertama kalinya. Arsen tampak lelap dalam tidurnya. Lily mulai melepaskan pelukan Arsen perlahan agar ia tak terbangun. Karena Arsen belum lama tertidur.Masih dengan perlahan Lily segera beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian Arsen yang mulai membuka matanya perlahan namun tiba-tiba terbuka dengan cepat saat mengetahui jika Lily tak ada di sampingnya lagi.Dengan panik Arsen langsung mendudukan tubuhnya dan berniat untuk mencari Lily. Namun begitu mendengar suara air yang bergemercik dari dalam kamar mandi ia menghembuskan napas lega.Entahlah, semenjak kejadian Sasha membuat Arsen terlalu mengkhawatirkan keadaan Lily. Ia benar-benar tak ingin terjadi apa-apa pada Lily.Klek!Suara pintu terbuka membuat Arsen langsung menolehkan wajahnya pada pintu kamar mandi. Dan ia langsung mendapati istrinya yang sedang keluar dari sana dan tersenyum begitu melihat dirinya
Sasha masih meringis seraya menyentuh perutnya, sakit dan ngilu. Sasha sudah sering terkena pukulan atau tendangan di perut, tapi rasanya tidak seperti ini. Mike hanya bisa menatap Sasha dengan iba. Mulutnya masih diam seakan terkunci, sulit untuk menjelaskan apa yang sudah menimpa diri Sasha dan calon anak mereka. Mike pasti akan menjelaskannya, ia hanya perlu sedikit menenangkan dirinya terlebih dahulu. Namun hatinya berontak tak tahan lagi menyimpan semuanya dan menutupinya dari Sasha. Mike kembali menarik Sasha kedalam dekapannya, membuat Sasha tersentak kaget, namun kemudian tersenyum."Hei, Handsome, kau sangat merindukanku ya," celoteh Sasha dengan nada guraunya."Ya, tapi ada hal yang ingin ku sampaikan padamu," seru Mike pelan. "Apa itu?" tanya Sasha penasaran, namun tangannya membalas pelukan Mike. Pelukan Mike terasa sangat hangat, membuat sakit di perutnya sedikit hilang, berlebihan memang. Tapi Sasha sangat menyukai pelukan Mike ini.Terasa hangat dan begitu melindung
Setelah sarapan dan berpamitan pada Lily, Arsen segera pergi menuju Rumash sakit. Arsen datang menemui mereka. Dan langsung masuk ke ruangan dimana Mike dan Sasha berada."Tuan," seru Mike begitu mengetahui kedatangan Arsen. Arsen sedikit menganggukkan kepalanya."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Arsen seraya menatap Mike dan Sasha bergantian."Lebih baik," jawab Mike, kemudian Arsen mengalihkan pandangannya pada Sasha.Sasha yang menyadarinya langsung menjawab. "Aku baik-baik saja," Sasha berusaha menjawabnya dengan nada yang terdengar bahwa ia dalam keadaan baik."Baguslah, jika begitu," seru Arsen kemudian ia melangkah mendekati Sasha.Wajah Sasha masih tampak pucat. "Dengar Sasha, atas nama Black Nostra aku harus berterima kasih padamu karena apa yang sudah kamu lakukan. Aku berhutang banyak padamu karena telah menyelamatkan Mike, di luar kalian memang menjalin hubungan," jelas Arsen."Ya, itu tidak masalah bagiku," jawab Sasha dengan senyum simpulnya.Arsen sedikit berbincang den
Hingga sore menjelang Arsen belum kembali ke mansion. Masih banyak yang harus ia kerjakan apalagi dengan adanya kejadian tadi malam.Setelah menjenguk Sasha dan Mike, Arsen pergi menuju kantor untuk mengecek beberapa pekerjaan, setelah itu ia akan kembali ke markas dan mengumpulkan anak buahnya. Dan khusus mike, kali ini diberi dispensasi untuk tidak hadir.Arsen menyuruh Mike untuk memulihkan dulu dirinya dan Sasha, baru ia diperkenankan untuk kembali. Selain itu, Arsen pun memikirkan penyambutan Sasha di Black Nostra yang harus di awali dengan kejadian yang tidak menyenangkan.Arsen tak akan menguji kemampuan Sasha lagi, semalam ia sudah membuktikan kemampuannya.Di lain tempat Lily, Maria dan Charlotte sedang bercengkrama. Karena Arsen melarang Lily untuk pergi jauh, maka Lily memutuskan untuk diam dan kembali membaca buku di perpustakaan.Namun tiba-tiba mata Lily terpaku pada cincin yang tersemat di jari Maria, padahal seingatnya kemarin ia tidak melihat cincin tersebut di jari M
"Kita menikah minggu depan," Ujar Mike dengan serius.Sasha yang sedang menatap Mike dengan tatapan kosong kembali mengangguk patuh."Ehh...." Sasha memekik dengan spontan saat menyadari apa yang diucapkan oleh Mike. Matanya membulat dengan sempurna."M-menikah?" Sasha terbata hingga seperti suara tikus terjepit."Ya, menikah, minggu depan kita menikah, aku sudah mengatakannya pada Tuan kemarin," jelas Mike."Heeehh?""Mau tidak?""Haaah?""Ck!" Mike berdecak kesal dengan tingkah Sasha yang seperti ini.Sasha masih terdiam dengan mulut yang menganga, jangankan menjawab ucapan Mike, bahkan mungkin cara bernapas saja Sasha lupa saat ini.Mike memutar bola matanya jengah, apa ajakan menikah darinya membuat kepala Sasha rusak? Hingga ia tak bisa berpikir jernih lagi?.Mata Sasha mengerjap-ngerjap, sekali lagi Mike menghembuskan napas panjangnya.Tanpa permisi Mike mengecup singkat bibir Sasha. Untuk membawanya kembali dari lamunan panjangnya."Ehh.."Mike sedikit menarik tubuh Sasha hingg
Lily mulai membukanya matanya perlahan, kemudian ia tersenyum saat Arsen yang sudah terbangun lebih dulu kini sedang menatapnya."Morning..." seru Lily dengan suara serak khas bangun tidurnya, namun tak menghilangkan kelembutan di dalamnya."Pagi," jawab Arsen seraya mengecup singkat bibir Lily.Ia sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu dan menatap wajah istrinya yang masih terlelap hingga ia terbangun."Bagaimana mimpimu, hem?" tanya Arsen dan memeluk LilyLily tampak berpikir, "aku tidak ingat mimpi apa, tapi sepertinya bukan mimpi yang buruk," jawab Lily pada akhirnya."Hmm.., baguslah.""Oh iya, apa hari ini kau akan mengunjungi Mike dan Sasha lagi?" tanya Lily penasaran seraya mengerakkan sedikit tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman.Perutnya yang kian membesar membuat geraknya semakin terbatas, Arsen yang menyadarinya sedikit melonggarkan pelukannya pada Lily."Mereka pulang hari ini," jawab Arsen."Oh, begitu ya? Sasha akan tinggal dimana?" tanyanya lagi."Sepertin
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag
Setelah menempuh waktu hampir 3 jam akhirnya helikopter yang ditumpangi oleh rombongan Black Nostra sampai di Miami.Waktu menunjukkan pukul 10 malam lewat saat mereka tiba. Richard dan beberapa anak buahnya menyambut kedatangan Arsen dan yang lainnya.Begitu melihat Arsen dan Mike, Richard langsung menghormat, Arsen dan Mike hanya menganggukkan kepalanya sedikit. Sangat jarang mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan ketua Black Nostra langsung seperti ini.Selama Richard bergabung dengan Black Nostra dan memimpin Black Nostra di cabang Florida, ini kali keduanya bertemu dengan Arsen. Saat ia dilantik dan saat ini. Biasanya ia hanya akan berhubungan dengan Mike saja. Meskipun Richard sering melihat wajah Arsen di televisi, majalah maupun surat kabar."Tuan." Seru Richard."Hmm, bagaimana kabarmu Richard?" Tanya Arsen. Bagaimanapun Richard adalah anak buahnya yang sudah banyak memberikan kontribusi pada Black Nostra.Bisnis Black Nostra sangat aman terkendali di Florida berka
Arsen berjalan memasuki markas, malam ini mereka akan terbang ke Miami dan menyerang markas dan mansion Giuseppe."Mike...," panggilannya pada Mike yang sedang duduk memperhatikan rekaman CCTV di samping Pascoe.Mike langsung menolehkan wajahnya pada Arsen, bukan hanya dia saja yang menoleh dan memberi hormat padanya tapi yang lainnya juga."Ya, Tuan." Seru Mike pada akhirnya."Ke ruanganku!" Titah Arsen."Baik." Jawab Mike kemudian langsung beranjak berdiri dan mulai mengikuti langkah Arsen.Sesampainya di dalam ruangan Arsen mereka duduk saling berhadapan di meja milik Arsen. Arsen tampak membuka laci mejanya dan mengeluarkan sesuatu dari sana dan menaruhnya di atas meja."Sebelum berangkat, sebaiknya kita menghubungi The Composser terlebih dahulu. Agar mereka menutupi tindakan-tindakan yang akan kita lakukan. Dan membuatnya samaran bagi pemerintahan." Jelas Arsen.Mike tampak mengangguk. "Aku setuju Tuan. Penyerangan kita kali ini terbilang besar, apa lagi pada dua tempat. Dan lint
Hari yang ditentukan akhirnya telah tiba. Setelah menghubungi Richard dan Enrico untuk mengkonfirmasi kesiapan pasukan dan bahan peledak, semuanya sudah sempurna dan tak ada yang terlewat.Rencana Penyerangan akan di lakukan menjelang dini hari, dimana mereka semua sedang terlelap, jauh di dalam mimpi mereka saat mereka tidur. Arsen memperkirakan hanya akan ada beberapa orang yang masih terjaga untuk tetap menjaga keamanan mansion maupun markas milik Giu.Mereka akan mulai berangkat menuju Miami setelah makan malam, makan malam mereka percepat 1 jam dari jam biasanya. Karena setelah itu mereka akan kembali berkumpul dan melakukan briefing terakhir sebelum penyerangan.Setelah menikmati makan malamnya, Arsen, Mike dan seluruh anggota inti Black Nostra bersiap berangkat. Mereka makan malam bersama di markas untuk menghemat waktu.Sedangkan Pascoe masih saja berkutat dengan laptop miliknya di ruang rapat. Sebelum keberangkatan Pascoe memutuskan untuk kembali mengecek CCTV-CCTV baik di ma
"Yeayy! Akhirnya aku sudah berhasil meretas CCTV yang berada di markas dan mansion milik Giu." Kali ini Pascoe lah yang tiba-tiba berseru dengan gembira."Perlihatkan pada kami, Pas." Titah Mike."Tunggu, aku akan memperlihatkannya pada kalian melalui layar proyektor agar terlihat dengan jelas oleh semua orang." Seru Pascoe kemudian kembali berkutat dengan Marrie-nya.Dan dalam waktu singkat mereka semua yang berada di dalam ruangan dapat melihat hasil kerja Pascoe yang terpampang di layar di hadapan mereka.Tampak beberapa gambar video terlihat secara bersamaan. Kotak-kotak kecil dan tertulis keterangan tempat di setiap kotak itu. Gerbang, pintu masuk, ruang tengah, halaman, halaman belakang dan banyak lagi."Ini kediaman Giu." Jelas Pascoe.Kemudian gambar pada layar tiba-tiba berubah namun tetap sama terdapat kotak-kotak kecil beberapa."Dan ini markas mereka." Pascoe kembali menjelaskan."Kau memang hebat, Pas!" Puji Mike pada Pascoe."Tentu saja, aku hebat, jangan pernah meraguka
Setelah sarapan, Mike segera berangkat menuju markas untuk memimpin rapat persiapan penyerangan ke Gio Bruscha di Miami. Sedangkan Sasha tinggal di mansion untuk menemani Oleg dan dua orang pengawalnya yang akan kembali ke Moskow sore hari.Mike memasuki ruang rapat di markas, bersamaan dengan semua anggota inti."Dante dan Alonzo, kau cari informasi denah markas dan mansion Gio Bruscha terbaru, lalu serahkan semua pada Camilio supaya bisa dipelajarinya." Seru Mike seraya menatap Alonzo, Dante dan Camilio bergantian."Baik!" jawab Alozo, Dante dan Camilio bersamaan."Jeofre dan Riobard, persiapkan pasukan, rompi anti peluru dan senjata untuk penyerangan kita ke Miami. Pilih 25-30 orang yang terbaik untuk kita berangkatkan." Seru Mike sambil menatap Jeofre dan Riobard."Baik!" jawab Jeofre dan Riobard bersamaan."Karena perjalanan cukup jauh, pasukan harus kita berangkatkan dua hari sebelumnya. Mereka berangkat naik mobil tapi jangan beriringan supaya tidak mencolok dan dicurigai oleh