ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 27 ( Acara di rumahku )Sebaiknya tak usah kuurus urusan mbak Imar. Aku bukan dewa penolong rumah tangga seseorang yang bersekongkol menghancurkan rumah tanggaku. Jika Tuti wanita selingkuhan suaminya dan suamiku, berarti kami senasib. Hanya saja bedanya ia bersekongkol menghancurkanku dan aku hanya mendiami perselingkuhan suaminya.***"Tadi Mbak Imar ke sini ya, Sar?" Mas Feri duduk sambil membuka sepatu, baru pulang kerja."Ya, Mas Haris pun juga datang," jawabku sambil menatap ponsel sebentar. Tak perlu bertanya, pasti kakaknya yang beri tahu."Ini minumnya, Mas." Tanpa disuruh, Tuti sudah membuatkan secangkir kopi untuk mas Feri. Dan ini semakin menunjukan siapa ia sebenarnya. Oke Pelakor, lanjutkan layananmu p
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 28 ( Acara di rumaku 2 )"Kamu beruntung, Feri. Sarah akan memberimu mobil." Suara mbak Imar terdengar saat aku berusaha menyeret koper ke pintu kamar."Tentu dong, Mbak. Lah kami sudah lama berumah tangga dan tak ada masalah."'Silahkan kamu bicara dulu, Mas,' bathinku."Nanti jangan lupa antarin Ibu ke arisan komplek, Fer." Ucapan ibu mertua pun terdengar senang."Pasti, Bu. Tunggu aja," jawab mas Feri.Kini, kulewati pintu kamar. Saat menyeret koper itu, semua mata tertuju padaku. Ekspresi tegang, dari terdengar tawa canda justru berubah menjadi hening seketika."Ugh!" Koper sudah kuletakkan di tengah ruangan ini.
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 29 ( Talak tiga )"Apa maksud ucapanmu?" tanya mbak Imur. Tadinya tertawa mengolok kini berubah menjadi serius dan menegangkan. Aku sudah bilang, jangan tertawa karena bisa menjadi duka. Lah dia tetap percaya diri jika mas Haris tak bermain wanita sama seperti adiknya. Kucing diberi ikan lah pasti mau lah.Perselingkuhan itu terjadi jika kedua belah pihak saling menyukai. Baik itu wanita yang menggoda ataupun lelaki yang merayu duluan. Dua-duanya tetap salah. Apakah mas Feri atau Tuti yang mulai duluan, tetap saja aku tak terima.Dulu, almarhum ibuku pernah bilang, jika menjadi saudara Laki-laki harus menjaga sikap, atau karma akan menyentuh saudarinya. Karena aku anak tunggal, itu tak terlalu kupikirkan. Tapi seiring waktu, perkataan ibuku terbukti. Dan ini yang dialami mas Feri. Apakah sebuah
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 30 ( Akhirnya kami berdua saja )"Naswa, ikutlah dengan Papa, Papa sayang kamu, Nak." Mas Feri memegang tangan putri kami."Maaf, Pa. Jika tujuanya untuk semua harta atas namaku, sebaiknya tak usah membujukku. Aku bukan anak kecil lagi yang tak mengerti apa-apa. Justru aku sangat mengerti sikap Papa, apa lagi ada wanita itu." Tanpa ragu Naswa menunjuk Tuti dengan sebutan 'wanita itu'.Mas Feri terdiam. Aku yakin ia menyesal karena tak punya apa-apa lagi. Tapi setidaknya ia punya pekerjaan hingga masih bisa mencari uang. Hanya saja ia tak bisa hidup senang seperti saat menikmati uangku."Jadi itu makanya mobilku kamu jual, Sarah?" lirih mas Feri."Iya, lagian itu mobil juga dari uangku kan? Apa punyaku itu yang aku a
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 31 ( seseorang )"Lepaskan! Tasku!" Naswa berusaha mempertahankan tasnya. Pria itu berusaha merebut. Terjadi tarik menarik, dan secepatnya kudekati Naswa ingin menolongnya. Tanpa berpikir panjang, kupukul lelaki itu dengan kantong belanjaanku."Copet! Copet! Tolong!" teriakku."Uh!" Ia mendorongku hingga aku terduduk di tanah."Copet!" teriak Naswa. Tasnya putus hingga pria berambut gondrong itu berhasil membawa kabur."Copet! Tolong!""Copet!"Akan tetapi, tiba-tiba ...."Ugh!" Seorang anak muda datang membantu. Ia berusaha mengejar, dalam posisi tak jauh darinya, ia melompat hingga tendanganya mengenai pr
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 32 ( Melabrak mantan suami )"Astagfirullah'alaziim. Kamu tak apa-apa, Nas?" tanyaku khawatir. Masih merasa shock dengan kejadian. Tadinya kukira mobil itu berhasil menabrak kami."I-iya, Ma. Aku nggak apa-apa," jawab Naswa gugup dan gemetar. Sedikit lagi jika Bayu tak datang mendorong Naswa, mungkin tubuhnya tertabrak."Alhamdulillah aku tepat waktu. Tante dan Naswa nggak apa-apa kan?""Iya, Nak Bayu. Kami tak apa-apa. Hanya masih shock aja.""Ma, mobil itu sengaja ingin menabrak kita. Siapa mereka? Dan kenapa?"Naswa benar. Mobil itu sangat jelas ingin menabrak kami. Tapi bukan tentang mobilnya yang jadi fokus pikiranku. Bayu, ia menyelamatkan kami lagi. Dan ini yang kedua kali
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 33 ( Sedikit petunjuk )"Aku nggak mungkin sekejam itu ke putri kita, Sarah. Aku sayang Naswa, sama sepertimu menyayanginya."Kujauhkan pisau itu dari mas Feri. Aksi mengancam pun selesai. Kuhela nafas panjang berusaha mengontrol emosi. Jika ini menyangkut putriku, pikiran jernih pun kadang tak hinggap. Aku sangat khawatir."Aku sudah bilang, Mas Feri nggak sekejam itu. Percuma kalian lama dulunya berumah tangga tapi kamu tak mengenalnya, pantas kamu diselingkuhi," cerocos Tuti seolah ia merasa bangga karena menjadi wanita pilihan mas Feri, dan juga penyebab hancurnya rumah tanggaku.Kulirik Tuti."Ngapain lihat aku seperti itu? Aku benar kan. Kamu wanita tak becus hingga mas Feri lebih memilihku. Saat di rumahmu bo
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 34 ( Jodoh untuk Naswa? )Rekaman video ini bisa menjadi bukti jika Bayu bukan lelaki yang baik. Ia punya modus mendekati Naswa. Berharap Naswa bisa menjauhinya atau tak perlu bersimpatik. Akan diketahui siapa dalang dari permainan ini. Jika diketahui, penjara hukumannya. Aku harus mempersiapkan ponselku merekam kejadian demi kejadian sebagai bukti. Ini adalah kejahatan."Ini, Mama beli makan malam, Nas." Kuletakaan dua kotak bubur ayam di meja makan."Waah, baunya enak nih. Aku suka. Makasi, Mamaku sayang." Naswa terlihat girang. Ia langsung membuka kotak itu, menyantap bubur ayam dengan nikmat."Gimana lututnya, masih sakit?" tanyaku sambil menuangkan kopi ke cangkir, ingin membuat secangkir kopi panas."Luka dikit, Ma.
❤️TAMAT❤️ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahu( Kata-kata itu do'a )Aku tersentak saat mas Feri tiba-tiba berada di depan pintu. Dan ini bertepatan waktu aku dilamar mas Adam.Beberapa bulan ini, mas Adam mendekatiku. Awalnya ia hanya mengantarkan putrinya berkunjung. Tapi lama kelamaan kami berkomunikasi nyambung dan aku pun merasa nyaman. Setelah masa iddah berakhir, baru secara jelas mengatakan ingin menikahiku."Sebentar kupanggilkan Naswa," ucapku bangkit dari duduk. Belum juga memberi jawaban ke mas Adam."Mau gabung di sini, Pak Feri?" tanya mas Adam ramah."Tunggu, Sarah! Bisakah aku bicara dengan Pak Adam?" pinta mas Feri. Tawaran mas Adam diabaikan sejenak."Tapi, bu
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 46 ( Terlambat Menyadari )Pov FeriHidupku kacau. Sarah sama sekali tidak menginginkanku kembali ke sisinya. Tatapan matanya tak pernah seperti dulu lagi. Bahkan yang kurasakan ia memendam benci.Aku salah. Kuabaikan luka perasaanya. Kukira ia seorang wanita yang bisa kuperdaya demi nafsu duniaku. Justru aku terperangkap dalam masalah yang dibuat. Inilah karma."Pa, sebaiknya Papa temui Pak Adam. Ia terluka ulah Nenek.""Ya, Nak. Bisa Papa minta alamatnya?""Bentar aku Wa aja." Lalu Naswa mulai memencet ponselnya."Nanti kunci pintu ya, Nas," ucap Sarah sambil membuka pintu."Sarah."&
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 45 ( Mungkin ini jalannya )"Bu, tolong lepaskan. Ibu bisa menghabiskan hidup dipenjara jika membunuh seseorang. Sadarlah, Bu. Jika ada masalah mari bicarakan baik-baik." Lelaki itu berusaha menenangkan mantan ibu mertuaku agar aku tak disakiti. Meski tak yakin apakah ia berhasil. Yang menodongku seperti orang stres dengan banyak tekanan. Ini contoh manusia tak kuat iman. Umur sudah tua tapi tak menyadari kesalahan. Astagfirullah'alaziim, maafkan dengan penilaian buruk hamba ya Allah ...."Apa urusanmu! Ia mantu tak tau diri, putraku ditolak rujuk, Imur dipenjara dan Imar, Imar di rumah sakit jiwa. Apa kamu merasakan yang kurasakan? Oooh, tentu kamu tak mersakan karna mereka anakku. Lah kamu siapa!"Astaga, aku tak menyangka ibu mas Feri seperti ini.
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 44 ( Tersangka )Aku diminta ke kantor polisi. Melihat siapa dalang dari kejahatan ini. Sudah tiga kali percobaan menabrak Naswa dan tiba-tiba Boy datang menyelamatkan. Dan ternyata firasatku benar. Ini semua sebuah taktik yang dicontoh dari adegan sinetron.Apakah ini perbuatan mas Feri dan ibunya? Atau Mas Haris dengan Tuti, atau lagi bisa jadi mbak Imar dan mas Feri. Aaah! Semuanya mencurigakan. Karena satu tujuan mereka, yaitu menguasai putriku hingga hartanya bisa beralih tangan."Ma, mungkin saja ini perbuatan pelakor itu dan Om Haris. Karena mereka sudah selingkuh bertahun-tahun," ucap Naswa sambil menyetir mobil."Entahlah, Mama pun bingung. Mereka semua tertuduh di pikiran Mama.""Padahal Mama sudah banyak
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 43 ( Pembalasan Imar )Pov Feri"Dasar wanita berhati batu! Luarnya aja kelihatan baik, tapi ia sama sekali tak punya perasaan!" Amarah ibu saat kami baru menginjakkan kaki di rumah."Aku harus gimana? Mana sanggup aku bayar cicilannya, Bu." rengek mbak Imar dalam rasa merasa bersalah."Itu makanya jadi perempuan ya harus teliti. Masak menggunakan rekening suamimu! Kukira kamu pintar, tapi bodoh!""Ibu cuma bisa menyalahkanku saja. Aku juga nggak yakin Mas Haris selingkuh mmm." Tangis Imar pecah lagi."Uh! Dasar bodoh!""Sudah sudah! Aku pusing nih. Sekarang ke mana kita bisa cari Haris? Mbak pasti tau tempat tujuannya."
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 42 ( Karma itu ada )"Rumahku ..., aaa hidup kita hancur, Fer. Rumah kita akan disita. Kita tinggal di mana, aaa." Ibunya meraung duduk dilantai teras."Tenang, Bu. Tenang." Mas Feri berusaha menenangkan ibunya meskipun percuma."Ini salah kamu, Mar! Kamu meminjam sertifikat itu untuk suamimu!" Sambil menangis, ibu mantan mertua menunjuk mbak Imar."Aku juga nggak tau ia selingkuh, kenapa Ibu salahkan aku! Lagian Ibu juga rela meminjamkannya. Kalau tak suka kenapa pinjamin." Mbak Imar tak tinggal diam."Seharusnya kemarin kamu segera ke leasing, sudah jelas Haris selingkuh dan diusir, kamu hanya bisa mewek tanpa bertindak!""Aku kalut, Bu. Aku masih shock dan rasanya tak percaya
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 41 ( Pengakuan )Tok tok tok!Pintu diketuk lagi."Ya tunggu sebentar!" sahutku dari dalam sambil melangkah ke pintu.Pintu kubuka.Terdiam menatapnya. Mata berkaca, menatapku sendu. Ternyata bukan kelaki aneh itu. Dan ...."Sarah, tolong maafkan aku." Ia memelukku dengan penuh haru. Pelukannya tak kubalas. Kata maaf dan penyesalan terlihat dari sorot matanya. Tapi untuk apa lagi kata maaf ini. Ia sudah merasakan apa yang kurasakan. Suaminya juga selingkuh."Oke, aku sudah memaafkanmu, Mbak. Sekarang biarkan aku dengan kehidupanku. Kita bukan keluarga lagi, tapi mantan keluarga," ucapku tegas.Pelukan
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 40 ( Tamu Tak diundang )Hidup itu terasa indah jika dinikmati tanpa ada gangguan. Meski hanya berdua di rumah ini, tak mengurangi kesepian dengan status janda. Untung punya usaha minimarket hingga setiap hari bisa berjumpa orang banyak."Ma, ini kopinya." Naswa membawa nampan berisikan secangkir kopi dan sepiring goreng pisang, lalu meletakkanya di meja. Putriku tahu saja kesukaanku."Sepertinya Mama akan minta bikinin setiap hari nih," godaku."Iya Mamaku sayang. Lagian siapa lagi kalau bukan aku." Naswa mulai menghenyakan pantatnya di sampingku."Mama nggak ke sebelah?" Naswa menunjuk arah minimarket."Nanti, pengen nyantai aja sama kamu, biasanya kamu sibuk kuliah
ACARA DI RUMAH IBUMU#Pura_pura_tak_tahuPart 39 ( bawa kabur )Pov Haris"Ini salahmu, Mas! Kenapa milih di kosan itu? Aku malu, aku maluuuu," rengek Tuti sambil menjinjing tasnya."Tenang, Tut, tenang." Hanya itu yang bisa kukatakan. Lah terongku merasa nggak nyaman setelah diolesin air lumpur jalan oleh Imar. Ternyata di lumpur itu ada kaca kecil hingga barang kebanggaanku sakit tergores. Iya sih kacanya kecil, tapi yang ditusuk juga tak besar amat."Mau tenang gimana? Anak kita butuh biaya. Lah kamu aja pengangguran.""Tapi kamu puas kan?" Kubawa Tuti bercanda gairah. Ya, demi menghilangkan rasa stres yang akan hadir.'Huh! Sial. Perih juga ternyata, untung kaca kecil itu tak terbenam, kalo nggak bisa tujuh hari tu