Odelia mengerling jail, menggoda Angga. Senyum jail gadis itu sama sekali tak luntur sejak Angga masuk hingga Angga duduk di ruang rawatnya. Sedangkan Angga, dia tak berkutik apalagi mengeluarkan suara lantaran di ruangan ini juga ada kedua orang tua Odelia.
"Pak, kangen banget yah sama saya sampai-sampai gak nanya saya ada di mana? Ditelpon juga gak diangkat-angkat."Angga tak menjawab pertanyaan menggoda dari Odelia, itu semua karena orang tua Odelia. Dia tadi sudah berkenalan dengan orang tua Odelia, dan ternyata ayah gadis itu mengenalnya karena bekerja di perusahaan ayahnya."Lia, jangan digodain pak Angga-nya," tegur Sena.Sontak gelak tawa Odelia pun terdengar dan kali ini benar-benar menyebalkan, Angga rasanya ingin meraup wajah Odelia dengan kedua telapak tangannya yang besar."Maafin Odelia, yah, Pak. Dia emang kayak gitu, pintar godain orang," ucap Sena merasa bersalah.Angga tersenyum kikuk. Tadi saat dia sampai di rumah Odelia, yang dia dapatkan rumah itu kosong, lampu rumah bagian teras dan ruang tamu dinyalakan, dan pintu gerbang rumah gadis itu dikunci. Angga yang kalut dengan rasa rindunya berpikir jika gadis itu mungkin saja pergi atau pindah rumah, tapi kala dia akan pulang, ponselnya berdering nyaring dan si penelpon yang merupakan Odelia itu mengatakan kalau dia ada di rumah sakit saat ini. Begitu juga dengan Ify yang mengirimkan dia pesan sebelum pukul delapan malam seperti yang dia perintahkan tadi, atau lebih tepatnya Ify mengirimkan informasi perihal keberadaan Odelia pukul 5 sore.Pria itu semakin kalut lagi saat mendengar Odelia di rumah sakit dan sesampainya di ruang rawat Odelia, Angga menghembuskan napasnya lega melihat Odelia walau gadis itu terbaring di ranjang pesakitan, Angga bahkan tak memperhatikan keadaan ruangan Odelia yang ternyata ada orang tua Odelia, dia langsung menghampiri Odelia tadi dan bertanya keadaan gadis itu.Ah, betapa malunya Angga jika mengingat hal itu."Gak pa-pa, Bu, sedikit-sedikit saya udah mulai terbiasa sama sifat Odelia yang ini," balas Angga."Saya gak tahu kalau Pak Angga itu dosen anak saya," ujar Gilang. Papa Odelia itu memang tahu anak bosnya seorang dosen di salah satu universitas di kota, tapi dia tak tahu kalau Angga adalah dosen anaknya."Gak usah pakai embel-embel 'pak,' Pak Gilang, panggil Angga aja."Gilang tersenyum, anak bosnya memang sopan persis seperti bosnya bahkan istri bosnya yang merupakan ibu Angga pun juga sopan."Kalau saya panggil 'sayang' boleh gak, Pak?"Angga seketika menoleh pada gadis itu, sementara kedua orang tua Odelia melongo tak percaya. Anak mereka memang sangat pintar menggoda orang."Kamu sakit tapi masih bisa godain saya," ungkap Angga.Odelia tertawa, benar-benar tak terlihat seperti orang sakit pada umumnya."Obat saya biar sembuh, 'kan cuma godain Bapak aja," kata Odelia lagi membuat Angga menggelengkan kepalanya pelan. Kalau saja di sini tak ada orang tua Odelia, dapat dipastikan Odelia akan dia omeli habis-habisan."Maklumi, ya, Pak Angga, dia kehabisan obat, tadi siang baru ditebus sore ini," kata Sena membuat Odelia memberengut kesal, bibirnya mengerucut tak terima dikatai gila secara tak langsung oleh mamanya.***"Pak Angga ngapain ke sini?"Selepas magrib tadi, Angga memang pulang dan Odelia sama sekali tidak tahu kalau pria itu akan kembali lagi, dia hanya berpamitan pada mama papanya kemudian diantar papanya ke depan."Hush, kamu dijenguk malah nanya kayak gitu," tegur Sena bahkan memukul kecil paha Odelia."Kan cuma nanya, Ma," kata Odelia tak terima ditegur. Pasalnya selepas magrib tadi Angga baru saja pulang dan selepas isya pria itu datang lagi.Sena hanya mendelik mendengar balasan anaknya, dia melihat pada Angga yang diam tapi kemudian tersenyum ke arah dosen anaknya itu. Angga pun juga ikut tersenyum membalas senyum Sena. Angga menyadari satu hal, kalau senyum ajaib yang didapatkan Odelia itu berasal dari mamanya, senyum Odelia dan mamanya hampir sama hanya saja mungkin yang lebih bagus adalah Odelia."Pak Gilang kemana, Bu?" Angga yang tak tahu harus mengatakan apa, pun bertanya."Oh, itu, papanya Lia tadi keluar bentar."Sebenarnya Angga canggung berhadapan dengan orang tua Odelia, entah kenapa. Mungkin saja karena selama ini dia sering mengomel pada Odelia, jadinya bingung ingin memulai obrolan seperti apa, ditambah lagi dia yang baru mengenal Odelia seminggu yang lalu.Setelahnya tak ada lagi obrolan, Angga diam, Sena diam, sementara Odelia sibuk memakan anggur yang dibawa Angga tadi padanya.Melihat Odelia yang memakan anggur dengan lahapnya, Angga tersenyum kemudian bertanya, "Enak, anggurnya?"Sadar yang ditanya Angga adalah dia, Odelia menoleh kemudian mengangguk cepat. Anggurnya memang sangat enak, tak begitu asam dan sangat manis. Ini pertama kalinya Odelia memakan anggur seenak ini, biasanya anggur yang dia makan itu lebih banyak asamnya dibandingkan manisnya."Ewenak, Pwak. Bwapwak belwi hi mwana?" tanya Odelia dengan mulut yang dipenuhi oleh anggur. Benar-benar Odelia tak seperti orang sakit.Angga terkekeh geli mendengar pertanyaan Odelia, walau begitu dia masih mengerti. "Ayah saya bawa dari Jepang," jawab Angga.Kunyahan Odelia terhenti mendengar jawaban dosennya. Apa tadi? Dari Jepang? Yang Odelia tahu, buah dari Jepang itu sangat mahal karena buahnya berkualitas tinggi. Selain itu, beberapa buah juga bersifat musiman atau tidak bisa dipanen sepanjang tahu. Sedangkan Sena meringis mendengar jawaban Angga. Dengan santainya Angga malah menjawab seperti itu.Odelia menelan anggur yang sudah halus di mulutnya dengan susah payah, dia melihat Angga dengan tatapan horornya, seakan tak percaya kalau buah yang dia makan berasal dari Jepang."Harganya berapa, Pak?"Angga mengernyit. Masalah anggur saja Odelia sampai bertanya harga padanya."Saya gak tahu, ayah saya yang bawa, dia nyuruh saya bawain untuk kamu.""Pak Angga ini pasti buah mahal, si Lia biar makan buah busuk juga gak pa-pa," timpal Sena."Ih, Mama," protes Odelia.Hal itu membuat Angga terkekeh."Itu anggur Ruby Romawi, saya gak tahu harganya berapa, karena ayah saya yang beli.""Ini pasti mahal, gue mana bi—" ucapan Odelia terhenti kala mendengar salam dari papanya."Waalaikumsalam."Mereka bertiga serempak menjawab salam Gilang. Odelia yang melihat kedatangan papanya langsung berbinar dan tersenyum senang."Papa, bawa pesanan Lia?"Baru saja papanya melangkah menghampirinya, Odelia sudah bertanya pesanannya.Gilang menggeleng, dia benar-benar tak percaya kalau anaknya ini tengah sakit, pasalnya kelakuan anaknya saat sakit dan sehat sama saja, tak ada bedanya. Gilang pun menyodorkan pesanan Odelia pada si pemesan, hal itu membuat Odelia berbinar senang."Kebab favorit gue ini," gumamnya membuat Sena tersenyum, begitu juga dengan Gilang dan Angga yang melihat Odelia.Suasana hening beberapa detik, sampai suara Angga membuat ketiganya berpusat pada pria itu."Pak Gilang, izinkan saya menjaga Odelia."Hah? Gilang bahkan terdiam tak tahu harus mengatakan apa pada anak bosnya. Ini anak bosnya meminta Odelia menjadi pasangan hidupnya?"Ah, maksud saya, izinkan saya menjaga Odelia malam ini di rumah sakit. Bapak dan Ibu pulang istirahat," ralat Angga membuat bibir Odelia mengerucut sebal.Odelia sudah melayang tadi mendengar perkataan Angga yang akan menjaganya, tapi ternyata dosennya itu meralat perkataannya. Oh, atau lebih tepat memperbaiki perkataannya.Sedangkan Angga, sejak tadi jantungnya tak berhenti berdetak kencang, apalagi mengingat perkataannya tadi. Makanya secepat mungkin dia meralat. Angga pun tak tahu kenapa dia berkata-kata seperti itu, bahkan secara tiba-tiba tanpa berpikir lebih dulu."Boleh kok, Pak. Pak Angga mau jagain saya, 'kan? Jagain seumur hidup juga boleh," kata Odelia.Sekalipun Angga meralat perkataannya, Odelia tak ingin kehilangan kesempatan ini. Kapan lagi coba, dosen killer sekaligus dosen yang sama sekali tak terpanah melihat senyumnya bisa menjaganya di sini, mereka akan berada di satu ruangan yang sama semalam."Mau macam-macam, 'kan, kamu sama pak Angga?" tuduh Sena membuat Odeli
"Morning, Pak Angga," sapa Odelia.Sementara Angga, bukannya membalas sapaannya tapi malah mengernyit kala melihat keberadaan Odelia. Bukankah gadis itu baru saja pulang kemarin sore dari rumah sakit? Tapi dia sudah masuk kuliah bahkan dengan cerianya menyapa Angga."Kamu kok udah masuk?"Odelia menggaruk kepalanya, berusaha mencari alasan yang tepat. Dia tak mungkin mengatakan pada Angga alasannya masuk kampus karena ingin cepat-cepat membuat dosennya ini terpesona padanya padahal dia masih masa pemulihan."Balas dulu sapaan saya, Pak." Alhasil, gadis itu meminta Angga membalas sapaannya, daripadanya harus menjawab pertanyaan Angga."Hmm, pagi.""Duh, manis banget sih, Pak, bikin saya meleyot," ungkap Odelia. "Awali pagi dengan yang manis-manis, contohnya lihat senyum saya, Pak. Makanya kalau ketemu saya jangan judes-judes, Pak.""Kamu kalau ketemu saya bisanya cuma gombal mulu," ujar Angga menggeleng pelan."Kenapa, Pak? Udah mulai suka sama saya?" Tanya Odelia dengan mata berbinar.
Caffe Americano dengan tulisan Starbucks ada di genggaman Odelia, gadis itu melangkah dengan riang menuju ruangan Angga. Siang pukul 1 seperti ini, biasanya orang-orang akan merasakan mengantuk, maka dari itu Odelia berinisiatif membelikan Angga kopi.Oh, bukan tanpa alasan, tentu saja dia ingin membuat Angga bisa terpanah melihat senyumnya. Gadis itu bukan hanya pintar menggoda, tapi juga sangat licik. Tapi tak terlalu licik, hahaha.Odelia mengetuk pintu ruangan Angga, dari sela-sela gorden jendela ruangan Angga, dia padat melihat Angga di tengah sibuk dengan laptopnya. Sudah pasti Angga sibuk, apalagi Angga yang baru saja menjabat sebagai sekretaris jurusan, pastinya Angga memiliki banyak kesibukan. Mulai dari merapikan arsip KRS mahasiswa, membuatkan undangan seminar proposal untuk mahasiswa semester akhir, membuat surat rekomendasi penelitian, dan masih banyak lagi."Masuk."Suara Angga yang menginterupsi masuk, membuat Odelia tersenyum lebar. Gadis itu berdeham pelan, merapikan
"Dia kenapa nangis, sih?" tanya Rayyan pada Ify ketika pria itu telah menyusul Odelia di kampus."Tuh, habis dimarahin dosen," jawab Ify membuat Odelia langsung memukulnya.Dia bukannya tidak ingin Rayyan tahu alasan dia menangis, tapi dia hanya tak mau nanti alasannya dimarahi dosen ketahuan. Bukankah itu memalukan? Di keluarga besarnya, semua orang tahu, bahwa tak ada satu pun laki-laki yang bisa menolak pesona Odelia dengan senyum ajaib miliknya.Kalau saja Rayyan tahu, bisa-bisa dia akan membongkarnya di grup WhatsApp keluarga dan berujung dia yang dibully.Ify mengelus tangannya yang tadi dipukul Odelia, perih hingga sekarang, bahkan memerah. Kalau saja di sini tak ada Rayyan—si sepupu Odelia yang super protektif—sudah Ify balas. Ya kali, Ify hanya diam saja."Lagian, ngapain sih lo? Kok bisa dimarahin dosen? Ngadi-ngadi," omel Rayyan. Bukannya mencoba menghibur Odelia, Rayyan malah mengomeli Odelia. Sekalipun Rayyan begitu over protektif pada Odelia, dia juga tak akan membela Od
Dua hari sudah, Odelia benar-benar berhenti menggoda Angga. Rasa kesalnya masih sama seperti seperti hari di mana Angga membentaknya. Walaupun uangnya membeli kopi diganti Rayyan dua kali lipat, tapi dia masih kesal.Memangnya siapa yang tidak kesal jika dibentak? Terlebih lagi Odelia adalah orang yang sangat jarang dibentak. Sekalipun mamanya cerewet, Odelia tak pernah dibentak mamanya, apalagi papanya yang punya sifat lembut. Sedangkan Ify, ikut kesal melihat wajah Odelia yang tak enak dilihat, dia juga telah muak melihat wajah masam Odelia sejak dua hari ini."Kayaknya lo udah suka sama pak Angga, masa dibentak aja marahnya sampai 2 hari," ujar Ify.Dugaan Ify tak pernah salah, dia yakin, Odelia sudah benar-benar menyukai Angga, bukan hanya sekedar balas dendam karena harga dirinya telah diinjak-injak. Kalau Odelia tak menyukai Angga, tak mungkin gadis itu sampai marah selama ini. Ify mengenal tabiat Odelia, yang jika punya rencana seperti ini tapi malah dibuat kesal, dia marahnya
Pukul 10.30 jam mata kuliah Angga sudah selesai, Odelia tahu karena jadwal Angga memang selesai pada pukul 10.30. Saat ini, Odelia duduk di kursi yang telah disiapkan pihak kampus, kursi panjang yang diletakkan di koridor di masing-masing ruang kelas.Dari tempatnya duduk, Odelia dapat melihat gedung petinggi prodi. Gadis itu juga dapat melihat Angga yang baru saja keluar dari ruang akma. Tapi baru saja beberapa detik Angga keluar, gadis yang mungkin seumuran dengan Odelia menghampiri pria itu, membuat Odelia terbelalak kaget."Wah, parah, tuh dosen, nuduh gue pacaran, tahunya yang pacaran itu dia," sungut Odelia. Dia benar-benar tak terima tadi Angga mengunduhnya pacaran."Lah, lah, malah gandengan," lanjut gadis itu bersungut. Dia benar-benar kesal melihat Angga bergandengan tangan dengan gadis lain."Gue aja gak pernah tuh, gandengan sama pak Angga, kok dia berani banget gandeng pak Angga."Odelia memukul-mukul tasnya, menyalurkan kekesalannya lantaran melihat Angga bersama gadis i
Odelia tak tahu bagaimana dengan perasaannya, dia benar-benar tak suka melihat Angga dengan gadis lain. Apa dia telah jatuh cinta pada dosennya itu?Astaga, bukankah ini hal yang gila? Kalau dia sampai menyukai Angga, perasaannya juga tak akan dibalas Angga karena pria itu yang sudah memiliki kekasih.Pukul 1 siang, waktunya pulang karena kelasnya telah berakhir, tapi sepertinya urung saat dia melihat Angga dan gadis kemarin ada di kafe. Dinding kafe yang terbuat dari kaca itu bisa dilihat dari luar. Odelia melihat Angga juga gadis yang kemarin dia lihat bersama Angga, sedang makan di kafe dekat kampus. Begitu mesra, saling tertawa lepas juga mengobrol tanpa beban. Odelia cemburu melihatnya, hatinya terasa ngilu juga panas melihat keduanya yang begitu dekat.Kenapa semua orang selalu terlihat bahagia di mata Odelia? Tak ada yang tahu, alasan Odelia yang suka menggoda itu karena dia iri melihat orang-orang yang bisa tertawa bersama orang yang mereka cintai. Odelia belum pernah seperti
Lagi, Odelia demam tinggi, ini semua pasti karena gadis itu yang hujan-hujanan kemarin dan ditambah dengan dia yang tidur tanpa mengganti bajunya.Odelia berdeham pelan, berusaha menghilangkan rasa gatal di tenggorokannya. Suaranya juga serak, hidungnya mampet, dan kepalanya pening. Namun, dia tak ingin mamanya tahu, yang ada nanti dia malah dimarahi, bersyukur dia sudah bangun sebelum mamanya membangunkan.Walau dia tengah sakit, Odelia memaksakan dirinya untuk ke kampus. Dia sudah sangat banyak ketinggalan pelajaran. Waktu dia sakit yang hampir seminggu juga ketinggalan pelajaran Angga.Odelia mengambil tasnya yang tergeletak di lantai, tasnya pun masih basah, pasti buku-bukunya juga basah. Ah, terpaksa gadis itu akan mencatat ulang materinya.Odelia mengeluarkan semua benda yang ada di tasnya, buku cetak tentang hukum tata negara, binder, notebook, tempat pensil, makalah kelompoknya yang padahal besok akan presentasi, dan ponselnya yang benar-benar mati total."Biarin aja, deh, nan
Gadis yang usianya dua puluh tahun itu menggigit kecil bibir bawahnya lantaran begitu gugup karena akan bertemu dengan Angga. Odelia malu bertemu dengan Angga, kala mengingat apa saja yang dia lakukan pada Angga. Marah bahkan tak peduli pada Angga karena menganggap gadis bersama Angga adalah kekasihnya. Saking cemburunya, Odelia bahkan sampai memarahi Angga dan tak ingin bertemu dengan Angga.Odelia melirik paper bag yang dia bawa dari rumah, berisi kotak bekal milik Angga yang kemarin diberikan padanya, tentu saja kotak itu tak kosong, Odelia menyimpan bekal untuk Angga di sana.Kemudian tangan gadis itu bergerak, mengetuk pintu ruangan Angga dan hanya sekali ketuk, suara Angga sudah terdengar menyuruh masuk. Walau takut, Odelia memberanikan diri untuk masuk ke ruangan Angga, dengan menekan kenop pintu.Di ruangan Angga, gadis itu mendapatkan Angga yang tengah sibuk dengan berbagai macam kertas di mejanya. Tapi tak lama, karena atensi Angga langsung teralih padanya
"Abang gak salah milih calon, 'kan? Masa milih orang yang modelan kayak tante girang gini," protes Lyta melirik sinis pada Odelia.Sontak saja perkataan Lyta membuat Odelia melotot tak percaya mendengarnya, apalagi saat dia disamakan dengan tante girang. Ya kali, dia yang cantiknya sebelas dua belas dengan Maudy Ayunda malah samakan dengan tante girang. Sedangkan Tsamara yang mendengar itu, langsung menegur anaknya karena berkata tak sopan seperti itu."Kak, ngomongnya gak sopan banget. Orang cantik kayak gini malah disamakan dengan tante girang," tegur Tsamara membuat Lyta mendengkus kesal.Tsamara mengelus pundak Odelia, kemudian menatap Odelia dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis pujaan hati anaknya."Maafin Lyta, ya? Dia emang kayak gitu, mulutnya gak ada filter. Nanti si Lyta Tante update lagi biar ada filternya. Maklum, yah, si Lyta ram-nya cuma 1GB," gurau Tsamara seraya memohon maaf pada Odelia. Dia benar-benar tak enak h
Walau Angga merasa kecewa dengan Odelia karena bekal pemberiannya malah diberikan oleh orang lain, Angga tetap menunggu Odelia pulang, dia berniat untuk mengajak Odelia ke rumahnya. Tak ada maksud lain, hanya ingin mengajak Odelia bertemu bundanya yang penasaran dengan Odelia.Angga melirik jam beker di mejanya. Sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, itu tandanya Odelia pasti sudah pulang.Angga mengambil tasnya, kemudian menyampaikan di pundaknya. Pria itu langsung keluar dari ruangannya, menuju parkiran, dia akan menunggu Odelia di depan gerbang.Angga berharap, semoga saja Odelia tak membawa motor, tak pulang bersama Ify, tak dijemput Rayyan ataupun papanya. Kala dia sampai di gerbang, mata pria itu celingak-celinguk mencari Odelia di antara kerumunan mahasiswi yang tengah menongkrong di dekat pos penjagaan.Dan ... dapat!Odelia ada di antara mahasiswi yang tadi menongkrong di dekat pos penjagaan, bersama teman-temannya sedang te
"Del, dipanggil sama pak Angga ke ruangannya," teriak teman sekelasnya di depan kelas, membuat Odelia yang tengah sibuk menyelesaikan resumenya mendelik tajam.Gadis itu mendengkus kesal, dia mendesis lirih lantaran diganggu saat menyelesaikan resumenya."Ngapain?" tanya Odelia ketus."Mana gue tahu, tapi lo emang dipanggil pak Angga tadi."Teman sekelasnya bernama Sasa itu hanya mengendikan bahunya tak tahu, dia langsung keluar dari kelas. Melihat itu, Odelia begitu kesal karena Angga mengganggunya. Walau begitu, Odelia tetap bangkit dari duduknya, menuju ruangan Angga. Kalau saja tak penting Angga memanggilnya, Odelia akan mencakar wajah dosennya itu. Enak saja malah mengganggunya saat dia tengah mengerjakan resume untuk tugas sore nanti.Ketika gadis itu sampai di ruangan Angga, dia langsung mengetuk pintu ruangan Angga, dia juga mendengar suara Angga yang menyuruh masuk hanya dengan sekali ketuk saja. Dari sahutan Angga di dalam yang begitu cepat hanya d
Odelia memutar bola matanya malas saat melihat keberadaan Angga di rumahnya, masih pukul tujuh pagi, tapi Angga sudah ada di rumahnya. Mau apa sebenarnya dosennya itu? Mengganggu.Belum lagi saat dia melihat Angga tersenyum kecil padanya. Hei, apa dia pikir Odelia akan goyah hanya karena melihat senyum pria itu? Odelia harus sadari diri, Angga tak akan pernah mencintai karena Angga sudah memiliki kekasih. Gadis itu harus jaga jarak dengan Angga."Bapak ngapain lagi ke rumah saya? Perasaan saya pernah bilang untuk jangan pernah datang ke sini, deh?" sungut Odelia tapi malah tak dipedulikan oleh Angga."Saya mau jemput kamu, hari ini jadwal kamu pagi dari jam setengah sembilan sampai jam dua belas, 'kan?"Bukannya marah, Angga malah menawarkan bantuan pada Zani. Tapi ... wait, dari mana Angga tahu kalau dia itu hari ini ada kelas pagi dan siang sampai jam dua belas?"Pak Angga mending jauh-jauh dari saya, saya gak suka diganggu," ucap Odelia dan langsung melew
Oh tidak, Angga tak bisa melihat Odelia yang terus-menerus mendiaminya. Sudah hampir sebulan ini, Odelia tak menggubrisnya, parahnya lagi Odelia setiap mata kuliahnya sama sekali tak mau dipanggil maju ke depan untuk menjelaskan kembali materi yang dia ajarkan, Odelia hanya diam sampai Angga berhenti mendesaknya.Bukankah ini menunjukkan bahwa pria itu memiliki perasaan pada gadis bernama Odelia itu? Angga sekarang menyadari bahwa dia memiliki perasaan pada Odelia dan pria itu tak mau menampik kenyataan tersebut. Namun, kenapa di saat Odelia berhenti mengejarnya dia baru merasakan hal itu?Hari ini, Angga berencana untuk mencegat Odelia yang akan keluar dari kelasnya. Sejak tadi, pria itu sudah berada di depan ruang kelas Odelia, duduk di kursi tunggu yang memang telah disediakan pihak kampus di tiap-tiap depan kelas.Angga melihat dari jendela kelas Odelia. Masih ada dosen di sana, masih menjelaskan materi di kelas Odelia. Huh, sampai kapan dosen itu keluar? Angga
Setelah Angga pulang dari rumahnya, Odelia langsung masuk ke kamar tanpa memedulikan mamanya yang terus melihatnya seolah meminta penjelasan. Gadis itu masih belum siap menjelaskan pada sang mama. Bagaimana kalau mamanya tahu dia jatuh cinta dengan dosennya sendiri?Odelia menatap langit-langit kamarnya, membayangkan wajah Angga tadi saat dia mengusir pria itu. Ekspresi sendu milik Angga malah membuat Odelia tak kuasa, dia tentunya sakit hati melihat itu, tapi demi perasannya, Odelia mengabaikan semuanya. Dia tak ingin perasannya tumbuh sejak besar untuk Angga, gadis itu berniat untuk melupakan Angga secepatnya sebelum rasa semakin menggerogoti hatinya.Ting!Ponselnya berbunyi tanda pesan masuk, Odelia langsung mengambilnya dan membaca pop up dari aplikasi bertukar pesan.Angga : Cepat sembuh, Odelia, saya tidak bisa lihat kamu sakit.Odelia tersenyum kecut, bagaimana kalau Angga tahu penyebab dia sakit karena pria itu? Apa reaksinya?Tak ingin perasannya semakin tumbuh, Odelia tak m
Assalamualaikumyuhuu...mohon maaf, aku masih blm bisa update, lagi sibuk revisi skripsi.semangatmohon bersabar menunggu update dari aku. Sambil nunggu, kalian bisa baca karya aku Balikkan Dengan Mantan.bye bye***Assalamualaikumyuhuu...mohon maaf, aku masih blm bisa update, lagi sibuk revisi skripsi.semangatmohon bersabar menunggu update dari aku. Sambil nunggu, kalian bisa baca karya aku Balikkan Dengan Mantan.bye bye***Assalamualaikumyuhuu...mohon maaf, aku masih blm bisa update, lagi sibuk revisi skripsi.semangatmohon bersabar menunggu update dari aku. Sambil nunggu, kalian bisa baca karya aku Balikkan Dengan Mantan.bye bye***Assalamualaikumyuhuu...mohon maaf, aku masih blm bisa update, lagi sibuk revisi skripsi.semangatmohon bersabar menunggu update dari aku. Sambil nunggu, kalian bisa baca karya aku Balikkan Dengan Mantan.bye bye
Sena menyambut kedatangan Tsamara dan Angga dengan senyum lebar. Dia benar-benar tak tahu harus bersikap seperti apa kala istri dan anak bos suaminya datang bertamu. Parahnya lagi, di rumah hanya ada dia dan Odelia yang tengah tertidur di kamar."Silakan diminum, Bu," ucap Sena menyilakan Tsamara minum teh yang baru saja dia buat."Pak Angga juga," imbuh Sena membuat Tsamara langsung menoleh kepada wanita itu.Tsamara berdeham, lalu berkata, "Gak perlu manggil dia pakai embel-embel 'pak,' Bu Sena."Sena tertawa kecil, sejujurnya dia juga bingung harus memanggil Angga apa. Angga dosen anaknya sekaligus anak bos suaminya, jelas saja dia bingung, takutnya malah tak sopan."Panggil Angga aja, Bu," timpal Angga. Mata pria itu melihat pada tangga menuju lantai dua, letak kamar Odelia berada.Sadar kalau Angga melihat ke atas, Sena juga ikut melihat ke atas, dia tahu kalau Angga pasti mencari anaknya. Sayangnya, Odelia tidur setelah minum obat tadi. Bersyukur demam Odelia tak begitu tinggi,