Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik.
Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut.
"Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut.
"Abang bos mau makan apa ? Ayam, udang atau daging. Saya sudah memasak nasi tadi begitu sampai, jadi tinggal siapkan sayur dan lauknya saja." Ed tersenyum mendengar pertanyaan Arinda rasanya dia benar-benar malas untuk keluar rumah karena di rumah sudah ada bidadari cantik yang bisa mengurusnya.
"Saya mau kamu." Apa yang Ed katakan itu membuat mata Arinda membulat sempurna.
"Saya belum mau di sembelih loh bos. Jahat banget, lagi daging saya gak terlalu banyak loh !" Ed tertawa mendengar jawaban Arinda bahkan dia sampai terbatuk-batuk karena jawaban polos wanita itu.
"Sudah siapkan apa saja yang enak dan cepat. Saya sudah di tunggu," ujar Ed kemudian, jika tidak karena Aidan yang ingin ke perusahaan dengan mendadak dia tidak akan pergi. Benar-benar Aidan sepupunya tercinta itu sangat menyebalkan.
Arinda dengan cepat membersihkan udang lalu mendiamkan sebentar dengan air lemon. Sementara itu dia menyiapkan tomat, bawang merah dan bawang putih serta cabai rawit untuk membuat sambal matah.
Sambal sudah siap, sekarang Arinda memasak udangnya. Dia menggoreng udang dengan mentega lalu diberikan sedikit garam, penyedap makanan dan juga lada. Sambal dan lauk sudah siap, tinggal membuat sayur.
Arinda dengan cepat membelah jagung kecil-kecil lalu merebusnya dengan air yang sudah dia berikan garam. Selanjutnya dia memasukkan bayam, dan dengan cepat Arinda menyajikan semua masakannya ke hadapan Ed.
Ed sedari tadi tidak lepas menatap kegesitan Arinda berada di dapur, bahkan dia sempat merekamnya. Saat makanan datang Ed memanggil Surti yang sedang membersihkan ruangan untuk ikut makan bersamanya.
"Kamu juga ayo Arinda makan. Ini sudah jam makan siang," katanya dan mereka makan bersama. Dalam hati Arinda dia menyadari kalau Ed benar-benar adalah bos yang baik. Pria itu tidak sungkan makan dengannya dan juga bu Surti yang adalah orang kerjanya.
Senyum Arinda merekah sambil dia memakan masakannya yang tidak akan mengecewakan Ed.Setelah selesai Ed melambaikan tangannya dan pergi dari sana. "Kamu bisa pulang sore hari ini. Saya tidak akan makan malam."
"Oke abang bos." Arinda tersenyum dan sangat bahagia. Kerja tidak perlu berkeringat sudah bisa dapat gaji full plus bonus. Mana mau di ajak ke luar Negri lagi, oh dia benar-benar beruntung.
"Awas jadi mangsanya Mister Ed," suara itu membuat senyum Arinda pudar seketika.
"Bu Surti, maksudnya apa bu ?" tanya Arinda sambil dia membersihkan sisa makan mereka tadi.
"Bos Ed itu suka bermain wanita. Tadi saat saya lihat kamu saya pikir kamu wanita yang dia bawa untuk di tiduri."
"Astaga ! Saya perempuan baik-baik bu." Arinda benar-benar terkejut saat ini.
"Ya itu kan saya pikir tadinya. Tapi waktu kamu bilang di kerjakan karena memasak makan untuk Mister Ed jadi ya saya gak berpikir macam-macam lagi."
"Memang abang bos suka bawa wanita tidur di sini bu ?"
"Nanti juga kamu lihat, asal jangan kamu aja yang si bos tiduri," ujar Bu Surti membuat Arinda merinding mendengarnya. Dia lalu teringat perihal kain berwarna ungu itu, dia menggelengkan kepalanya tidak menyangka.
"Mana pernah Mister Ed pulang sore. Dia selalu pulang tengah malam atau menjelang subuh, wong nyonya Akira suka ngomelin di telpon."
"Ah pria kaya. Biarkan saja ! Yang penting bukan gue yang di tiduri."
Batin Arinda lalu dia ikut membersihkan dapur membantu pekerjaan bu Surti. Setelah semua selesai Arinda membuatkan potongan buah untuk dia letakkan di dalam lemari es, dia juga membuatkan puding agar jika tengah malam Ed lapar bos-nya itu bisa memakan buah atau puding yang dia buat.
***
Arinda pulang dan saat masuk ke dalam kamar dia teringat perihal Anton yang mengajaknya untuk pergi malam ini.
Arinda gelisah, entah apa yang akan Anton katakan lagi malam ini.Penghuni di lantai kamar kos-nya juga tidak ada semua. Arinda merebahkan tubuhnya di kasur dan terlelap hingga tanpa sadar dia bangun saat ponselnya bergetar.
Itu adalah pesan singkat dari Ali yang meminta dia menyiapkan data-data untuk pembuatan paspor besok.
Dengan cepat Arinda membalasnya dan dia langsung melihat jam. Arinda segera masuk kedalam kamar mandi dan segera bersiap untuk pergi dengan Anton.Arinda menggunakan dress simpel berwarna hitam, lalu rambutnya dia gerai dan make up tipis dia gunakan. Saat dia merasa sudah siap dia pun melihat jam dan langsung keluar dari dalam kamar.
"Lo mau kemana ?" tanya Ela yang sepertinya baru sampai dengan wajah lelah.
"Anak hantu tiba-tiba nongol. Dari mana lo gak pulang-pulang udah berapa hari, di chat gak di balas. Untung gak gue laporin sebagai orang ilang," ujar Arinda.
"Drama lo Tet !" Arinda tersenyum lalu dia mengatakan mau pergi dengan Anton, dan Ela hanya terlihat menggelengkan kepalanya.
Di bawah Anton ternyata benar-benar sudah menunggunya. Arinda mengulum senyum dan Anton mempersilahkan Arinda untuk masuk kedalam mobilnya, dia juga membukakan pintu untuk Arinda.
"Bang Anton kita mau kemana ?"
"Mau makan habis itu nonton," jawab Anton dan Arinda mengangguk mengerti.
Mereka sampai di sebuah mall dan seperti kata Anton tadi mereka makan terlebih dahulu.
Arinda hanya makan sedikit karena dia memang sangat jarang makan malam terlebih dalam porsi besar. Berat badannya sangat cepat naik jika dia tidak mengontrol makannya, dan jika sudah berat badan naik pikirannya ikut sakit.Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka saat makan, Arinda menyadari Anton tidak seperti biasanya malam ini. Dia seolah sulit mengatakan sesuatu kepada Arinda dan itu membuatnya juga menjadi berdebar.
Bukan apa-apa tapi menurut beberapa sumber jika sudah pria menyatakan perasaan suka lalu mengajak untuk nonton dan makan malam, ujung-ujungnya akan ada status yang berubah.
Memikirkan itu Arinda menjadi gelisah. Anton sudah membayar makanan mereka dan dia mengajak Arinda untuk langsung ke studio. Membeli pop corn dan cola Anton mengajak Via untuk langsung masuk ke theater, film yang di putar adalah film luar benar-benar hal yang tidak di sukai Arinda namun dia mencoba untuk tetap menikmati.
Hingga suara Anton membuatnya menatap ke arah pria itu "Arinda, kamu mau gak jadi kekasih saya ?"
Satu detik
Dua detikTiga detik"Bang Anton yakin ? Saya____,"
"Saya yakin, saya jatuh cinta sama kamu. Saya ingin menjalin hubungan yang serius sama kamu, tapi tentu itu semua atas persetujuan kamu." Arinda terdiam, dia memilin jemarinya dan yang saat ini ada di pikirannya adalah bertanya kepada sahabat-sahabatnya.
Tapi tidak mungkin dia saat ini mengirim pesan kepada mereka semua, di sebelahnya saat ini Anton sedang menunggu jawabannya.
"Tidak ada salahnya mencoba pacaran setelah selama ini jadi jomblo." Pikir Arinda.
"Kalau saat pacaran kita gak cocok bang Anton gak marah kan sama Rinda ?" Antom tertawa kecil dan menggelengkam kepalanya.
"Jadi kamu terima saya ?" tanya Anton untuk memastikan dan Arinda mengangguk pelan. Saat itu juga Anton langsung meraih jemari Arinda untuk dia genggam, kemudian mencuri cium pipi Arinda yang sangat terkejut.
****
Suara dentuman musik terus menghibur semua orang yang ada di sebuah club malam elit di kawasan Jakarta Pusat, Ed meminum habis cairan yang ada di gelasnya sambil menatap ponselnya sedari tadi.
Aidan DG Ozvick Orlando sepupu Ed yang melihat itu merasa penasaran. Dia langsung menarik ponsel Ed yang membuat Ed mengumpat.
Ibra yang juga sepupu mereka ada disana ikut mendekat ke Aidan. "Siapa ini ?" tanya Ibra sementara Aidan hanya tersenyum mengejek."Koki di rumah ku."
"Koki !" seru Ibra tidak percaya dan dia tertawa sangat menjengkelkan bagi Ed.
"Oh aku tau ! Wanita ini alasan kau ingin cepat-cepat pulang kemarin malam ?"
"Shut up !" Ed benar-benar kesal dia menuangkan lagi minumannya dan menghabiskannya dengan sekali tegukan.
"Dia cantik, wajahnya terlihat sensual. Pantas jika kau menginginkannya menjadi istri."
"Aku tidak berniat menjadikannya istri Aidan. Stop membicarakan dan aku tidak berniat menikah dalam waktu dekat." Ed merampas kembali ponselnya.
Tidak ingin membicarakannya, benar itulah yang Ed katakan tapi wajah Arinda dan senyum wanita itu terus menghantui pikirannya saat ini. Dia yang biasa gemar mencari wanita untuk menemaninya, malam ini hanya bisa diam dan merasa kesal terhadap dirinya sendiri.
Bersambung...
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.
Ed terus membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Ali mengenai kemajuan perusahaannya. Bahkan baru-baru ini Ed juga sudah resmi membeli salah satu stasiun televisi yang dulunya menjadi saingannya.Ed tersenyum puas dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini "Semoga apa yang baru kita mulai di New York dan Los Angeles bisa sama berhasilnya dengan di sini. Aidan sudah menyetujui proses pembukaan kedua stasiun televisi itu dan dia juga meminta kita untuk segera ke Santorini melihat kemajuan perkembangan yang ada di sana."Aidan adalah pemegang seluruh kendali perputaran bisnis keluarga Orlando dan juga Derson, meski perkembangan semua aspek bisnis keluarga mereka di Indonesia diberikan kepada Ed dan juga Ibra tapi tetap Aidan harus tahu seluruh perkembangannya."Oh ya Ali apa sud
Ed benar-benar sudah gila bagi Arinda, karena bos-nya itu membelikan semua brang-barang mewah untuk keperluannya selama di Santorini. Jika kalian merasa Arinda sangat bahagia, nyatanya sama sekali tidak. Arinda yang adalah wanita mandiri serta pekerja keras menjadi berpikir jika Ed benar-benar mengerikan.Seperti saat dia meminta Arinda memilih koper mana yang Arinda inginkan dan ketika Arinda menolak karena beralasan masih memiliki koper yang bagus di kos-nya Ed akan mengancam Arinda dengan memotong gaji jika Arinda tidak membeli koper baru, bukankah sikap Ed benar-benar mengerikan dan sangat labil ?Ali juga dibuat ikut sibuk dalam memilihkan pakaian untuk Arinda, setiap ada baju yang cocok dengan Arinda dan terlihat bagus Ed akan tidak suka dengan alasan terlalu terbuka, terlalu pendek, terlalu ketat membuat Arinda dan Ed menjadi bah
Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya."Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?""Ck, tidak bos ! ini saya turun."Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, tapi sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm.... begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempatnya. Apakah anda setuju ?" Arinda melirik pria tampan yang terus menatapnya itu dengan aneh lalu kemudian dia menatap lagi Ali."Saya bukan koki. Saya hanya bisa memasak itu saja," kata Arinda dengan jujur."Saya akan makan apapun yang kamu masak, tida
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.Kelopak matanya terbuka perlahan dan saat sudah terbuka sempurna wajah Ed yang tepat berada di hadapannya langsung membuatnya buru-buru duduk. "Abang bos maafkan saya," kata Arinda, dia sudah sadar kalau dia k
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.Anton tidak langsung menjawab pertanyaan Arinda dia malah mengajak Arinda untuk bersama lari pagi dengannya. Sambil lari Anton masih diam-diam mencuri pandang pada Arinda yang kini sadar ada yang berbeda di hatinya saat Anton menatapnya."Mau singgah ke taman kota dulu ?" tanya Anton saat mereka sudah selesai l
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos mau makan apa ? Ayam, udang atau daging. Saya sudah memasak nasi tadi begitu sampai, jadi tinggal siapkan sayur dan lauknya saja." Ed tersenyum mendengar pertanyaan Arinda rasanya dia benar-benar malas untuk keluar rumah karena di rumah sudah ada bidadari cantik yang bisa mengurusnya."Saya mau kamu." Apa yang Ed katakan itu membuat mata Arinda membulat sempurna."Say
Diri ini tersadar, ketika pilihan lain sudah pun ku ambil nyatanya hanya dia yang terus dan terus aku andaikan.Tidak ada manusia yang sempurna, hingga ku temukan dirimu. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna, dan aku tahu aku serakahKarena ingin terus memiliki mu, dan hanya untuk ku....Kehidupan Arinda dan Ed terus berjalan dengan semua keromantisan dan keributan yang menjadi bumbu di rumah tangga mereka. Memiliki dua buah hati kembar yang mereka beri nama yang sangat lucu.Mencintai dan dicintai adalah hal yang sempurna dalam suatu hubungan, Arinda bersyukur dengan semua yang ia miliki saat ini. Setidaknya keputusannya untuk lari dulu membawanya kepada kisah manis dan juga kesuksesan yang mampu ia raih.Ed adalah suami yang sangat dia impikan, mencintai kekurangannya bahkan tidak pernah Ed menolak keinginan Arinda. Kini Arinda percaya dengan kalimat bijak yang mengatakan.Bahagiakanlah dirimu maka kebahagiaan akan senantiasa kau rasakan setiap harinya di dalam hidup mu.Bersyukurl
Hari bahagia yang di nantikan semua orang terutama bagi Ed dan Arinda itu pun tiba, prosesi pernikahan yang sakral hingga resepsi yang di adakan di sebuah kapal pesiar mewah itu terlihat sangat hangat dan meriah.Ed dan Arinda memang sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan di kapal pesiar karena mereka ingin pesta itu lebih tertutup dan hanya di hadiri oleh keluarga, sahabat, dan rekan bisnis tertentu saja. Lebih tepatnya mereka menghindari media. Berangkat dari pelabuhan di Medan dan akan menuju Singapura. Setibanya di Singapura mereka semua yang ada di kapal pesiar itu di berikan fasilitas hotel untuk mengiap selama tiga hari dan akan ada tiket pesawat yang juga diberikan untuk mereka pulang ke Indonesia. Namun, Ed dan Arinda tentu saja akan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat lain untuk berbulan madu."SAH...," teriak semua orang riuh beriringan dengan tepukan tangan. Ed merengkuh wajah Arinda dengan kedua tangannya "Hai Mrs.Derson," ucapnya terdengar sangat manis di telinga
Aku menatap kamu tanpa ragu dan tanpa tahu siapa kamu. Terus dan terus saja ku lakukan, hingga aku tahu kalau rasa ini berbeda.Itu karena aku benar-benar jatuh cinta.****Ed benar-benar luar biasa, dengan kolega yang ia serta keluarganya miliki dia berhasil mengurus dokumen nikah mereka untuk di dua negara. Ed yang memang berstatus warga negara Inggris dan Arinda Indonesia membuat pengurusan menikah biasanya jauh lebih lama, tapi tidak dengan Ed. Dua hari saja semua sudah beres, begitu juga semua urusan katering undangan bahkan pakaian adat batak juga sudah Ed siapkan.Kata Ed kedua orang tua Arinda menginginkan pesta Arinda di Medan di adakan dengan adat Batak, maka dari itu Ed yang berencana mengejar Arinda ke Turki menelpon Alfa dan semua tante dan paman menguruskan pernikahannya dengan Arinda sesuai dengan keinginan orang tua Arinda. Dalam waktu tiga hari semua keluarga heboh dengan permintaan Ed itu.Ya, tentu saja tiga hari. Karena mereka memulai semua persiapan setelah Arind
"Umur saya sudah tiga puluh empat tahun Arinda, dan saya____," Arinda menutup mulut Ed."Tunggu...berapa ?" tanya Arinda yang sangat terkejut ketika dia mengetahui umur Ed. "Kenapa ? kamu tidak mau menikah dengan saya karena kamu masih muda dan saya sudah tua begitu ?" tanya Ed menatap mata Arinda sangat mengintimidasi."Ih...gak usah gitu juga kali lihatnya, bukan begitu abang bos saya hanya terkejut. Saya pikir abang bos masih tiga puluh tahun se-usia dengan...""Jadi kamu mau menerima lamaran saya atau tidak ?" tanya Ed menyentuh wajah Arinda dengan lembut dan Arinda tersenyum."Saya mau abang bos," jawab Arinda sangat manis membuat Ed gemas ingin membawa Arinda ke kamar hotel saja."Cinta tidak sama saya ?""Cinta kok !""Cinta saja atau cinta banget ?""Te amo mucho," jawab Arinda sambil menggigit bibir bawahnya. Ed melebarkan mata tidak percaya kalau Arinda menggunakan bahasa spanyol yang artinya Arinda sangat...sangat... mencintai Ed. Ed berteriak dan mengangkat tubuh Arinda k
Pertama kalinya Arinda menginjakkan kaki ke Dubai, menikmati keindahan kota terpadat di Uni Emirat Arab. Kota ini terletak di sepanjang pantai tenggara Jazirah Arab dan di selatan teluk Persia. Arinda tersenyum saat Ed masih menggenggam tangannya, dia sama sekali tidak merasa lelah karena pergi menggunakan jet pribadi milik Ed yang luar biasa mewahnya.Arinda kemudian bersama Ed turun di sebuah hotel mewah bernama burj al-Arab . Pemandangan hotel dan bangunannya sungguh memanjakan mata. Seorang petugas hotel menyapa mereka dan Arinda membalas sapaan dalam bahasa Inggris tersebut. "Kamu sudah lancar berbahasa Inggris ?" tanya Ed yang baru mengetahui hal ini.Arinda diam saja karena malu, ya dia memang kursus bahasa Inggris selama enam bulan karena tuntutan bisnis yang dia lakoni sekarang dan juga paksaan dari semua sahabatnya. Hingga menjadikan dia Arinda yang sudah fasih dalam menggunakan bahasa tersebut, juga ada satu bahasa lainnya yang akan dia berikan kejutan nanti untuk Ed."Aban
Menaiki balon udara di Cappadocia merupakan penutup liburan yang sempurna untuk mereka semua, dan menjadi awal baik bagi hubungan Arinda serta Ed. Tidak ada kalimat meminta Arinda menjadi kekasihnya karena yang Ed inginkan adalah Arinda menjadi istrinya. Tidak ada masa lagi untuk Ed menjalin hubungan dengan status pacar, dia sudah berumur. Menikah adalah hal yang dia pikirkan ketika sudah bertemu dengan Arinda. Tapi meski begitu dia dengan senang hati menunggu Arinda hingga wanita itu merasa siap dengan status yang ingin Ed berikan kepadanya. Menatap indahnya ciptaan Tuhan yang luar biasa dari atas sana membuat keduanya merasa benar-benar beruntung. Ed memeluk Arinda dari belakang, rasanya dia benar-benar rindu akan hal ini."Abang bos, malu di lihat sama yang lainnya." Arinda menunduk karena perlakuan Ed kepadanya itu."Yang lainnya siapa ? Mereka juga sama seperti kita." Apa yang Ed katakan itu membuat Arinda melihat sahabatnya yang lain dan ternyata sama saja dengannya. Berpelukan
Arinda dan Ziel masih belum di temukan, mereka berkumpul di kamar Reina dan Bumi untuk membicarakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Rega yang sedang memegang ponsel tiba-tiba melihat sebuah tayangan di sosial medianya."Bukankah ini Alfa Derson ayahnya Ed ?" tanya Bumi yang berdiri tidak jauh dari Rega."Iya, dia Alfa Derson. Kenapa mereka membuat pernyataan di media seperti ini ?" tanya Raka hingga Nindy ikut melihat layar ponsel Rega."Sebentar, kita sambungkan ke televisi saja biar semua bisa lihat. Dari wajah mereka semua sepertinya ada berita penting." Bumi membantu Rega menyambungkan ponselnya ke tv agar yang lain bisa melihat tayangan yang di publikasikan oleh akun resmi Adella Derson."Kami di sini menegaskan, khususnya saya Alfa Derson sebagai ayah dari Eadric Derson mengatakan kalau undangan pernikahan yang sudah beredar itu adalah kebohongan. Ed sudah membatalkan pertunangannya dengan Esme, jadi untuk masalah postingan dari Esme kalian bisa tanya kepada pihak Esme
Masih di Istanbul pagi-pagi setelah sarapan mereka bergegas melanjutkan perjalanan pagi itu ke Istana yang pada dulunya adalah tempat tinggal para Sultan, yaitu Istana Topkapi yang sebenarnya masih berada dekat dengan Blue Mosque dan juga Hagia sophia, istana yang sekarang beralih fungsi menjadi museum itu juga menyimpan banyak sekali benda-benda peninggalan islam tak hanya peninggalan Kerajaan Utsmani.Menjadi tempat tinggal para Sultan Ottoman selama empat ratus tahun lebih istana itu begitu indah, ada banyak bunga tulip di kiri dan kanan taman istana tersebut, juga ada penjual pernak-pernik yang membuat Arinda dan yang lainnya sangat antusias untuk membeli.Saat ingin masuk tadi, mereka di cek sebanyak dua kali hingga Arinda berpikir apakah masih ada Raja Ottoman atau keluarga kerajaan di dalam sana karena pengecekkan yang masih sangat ketat, pasukan bersenjata gagah juga ada di tiap pintu dan pagar istana.Setelah puas dengan area depan, Arinda dan yang lainnya mengikuti antrian y
Berlibur bersama dengan para sahabatnya adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh Arinda, begitu juga dengan yang lainnya. Liburan yang sudah jauh-jauh hari ini juga menjadi waktu bagi mereka semua istirahat sejenak dari rutinitas di Jakarta.Berangkat dari Bali mereka terbang ke Jakarta, dan dari Jakarta barulah perjalanan mereka ke Turki di mulai. Jakarta ke Turki menempuh waktu perjalanan dua belas jam lima belas menit tanpa transit. Arinda bahkan nyaris sakit punggung karena terlalu lama duduk, untungnya mereka yang sekarang sudah sukses bisa membeli tiket kelas bisnis.Begitu sampai di Istanbul, seorang pria tour guide yang sudah mereka pesan datang menjemput mereka dengan satu bus mini yang fasilitasnya lengkap dan sudah di pesan oleh mereka. Memilih bus mini dengan adanya toilet di dalam bus itu, juga tempat duduk yang bisa menjadi sofa bed.Mereka bertujuh di tambah satu balita akan mengelilingi Turki dengan mini bus itu. Dua minggu full di Turki dan mengelilingi Negara yang penuh