Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun !
Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.
Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga.
"Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?"
"Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.
Anton tidak langsung menjawab pertanyaan Arinda dia malah mengajak Arinda untuk bersama lari pagi dengannya.
Sambil lari Anton masih diam-diam mencuri pandang pada Arinda yang kini sadar ada yang berbeda di hatinya saat Anton menatapnya."Mau singgah ke taman kota dulu ?" tanya Anton saat mereka sudah selesai lari pagi dan kini sudah sampai di depan pintu kost.
"Arinda harus buru-buru bang, jadi gak bisa mampir ke sana. Arinda duluan ya bang."
"Arinda tunggu !" Anton menghentikan langkah Arinda dan wanita itu berbalik badan menatapnya. Anton maju untuk bisa lebih dekat dengan Arinda. "Kado dan bunga itu saya berikan untuk kamu, karena saya suka dengan kamu."
Arinda begitu terkejut mendengarnya dan dia tidak tahu harus berkata apa, ini yang pertama kali untuk Arinda berurusan dengan pria dan hal manis seperti ini. Dia hanya diam tidak bisa berkata apapun dan Anton masih menatapnya layaknya dia patung saat ini.
"Sial ! Gue harus berkata apa ini ?"
"Arinda," panggil Anton membuat Arinda akhirnya bernapas lagi. "Maaf kalau membuat kamu bingung dan terkejut, saya tidak minta jawaban apapun dari kamu. Tenang saja, tapi jangan jauhi saya karena apa yang sudah saya utarakan sama kamu ya," kata Anton dengan lembut dan Arinda hanya bisa mengangguk.
Untungnya Nindy keluar dan menegur Arinda. "Eh lo mau kemana pagi-pagi gini ?" tanya Arinda yang sadar jika ini masih terlalu pagi untuk jam berangkat ke kantor.
"Kerja ! Biar bisa foya-foya."
Arinda menggelengkan kepala melihat si Gendis yang sepertinya sedang sangat bekerja keras lalu dia teringat juga harus berangkat ke tempat Ed.
"Astaga ! Bang Anton saya duluan ya," kata Arinda langsung berlari masuk kedalam kost menaiki tangga menuju kamarnya.Ponsel Arinda bergetar saat dia baru saja menutup pintu kamarnya dan itu pesan dari Anton.
Setelah membaca Arinda tidak langsung membalas pesan itu, dia lebih memilih untuk langsung mandi dan bersiap. Sebelum pergi Arinda tak lupa meminum air putih yang banyak agar perutnya kenyang tanpa perlu sarapan terlebih dahulu.
Sepeda Arinda menemaninya untuk sampai ke gedung apartemen Ed. Sepeda manisnya yang berwarna hitam itu di parkir sejajar dengan sepeda motor disana. Jarak yang Arinda tempuh untuk sampai di apartemen Ed lumayan membuat betis serta pahanya terbakar, keringatnya juga lumayan. Sepertinya besok-besok dia harus menyiapkan kaos cadangan untuk ganti.
Arinda naik melalui lift kemudian tiba di lantai unit Ed. Dia berjalan santai karena dia tidak terlambat bahkan terbilang dia datang lebih awal dari jam kerjanya, Arinda menekan kode unit lalu menempelkan kartu yang dia miliki di kunci pintu itu dan pintu berbunyi tanda terbuka.
Saat Arinda masuk dia terkejut dengan semua pakaian yang berantakan di lantai. Satu kain berwarna ungu menarik perhatian Arinda dia berjalan mendekat dan penasaran dengan kain itu namun sayang, sebelum tangannya menggapai gumpalan kain berwarna ungu itu Ed keluar masih menggunakan boxer dan menginterupsi Arinda.
"Stop ! Jangan sentuh apapun." Arinda menutup matanya karena celana boxer yang Ed gunakan sangat pendek. Pipinya bahkan sudah memerah karena malu, tubuh Arinda juga berdiri tegap dengan kaku. Dia mendengar Ed berdecak juga mengumpat dalam bahasa luar.
"Arinda pergi buatkan saya sarapan sekarang !" perintahnya dan sambil masih menutup mata dengan kedua tangannya Arinda pergi dari hadapan Ed menuju ruangan dapur yang jauh berada dari sana. Arinda membuka mata dan menarik napas, dia memikirkan apa yang sekiranya kain berwarna ungu itu.
Yang berserakan di lantai tadi hanya kemeja celana pria dan kain berwarna ungu itu. Tidak ada pakaian wanita jika memang bos-nya itu melakukan hal dewasa semalam.
"Apa mungkin kain berwarna ungu itu adalah pakaian dalam Ed ?"
Arinda memikirkannya dan dia tersenyum seorang diri disana, bahkan Arinda membayangkan Ed memakai sehingga dia tertawa.
"Kamu kenapa tertawa ?" Ed tiba-tiba sudah menarik kursi meja makan yang ada di dapur itu. Arinda menutup rapat mulutnya langsung dan menggelengkan kepala, dia berbalik badan menuju kulkas raksasa yang ada disana.
Arinda melihat bahan makanan dan dia tidak menemukan apapun untuk dimasak selain pasta.
"Abang bos mau sarapan pasta ?" Ed menggelengkan kepalanya.
"Kalau pagi saya biasa hanya minum susu, jus, dan biasa ada buah sandwich dan kamu tahu yang biasa__," ucap Ed terhenti dan dia menggelengkan kepalanya karena dia yakin Arinda pasti tidak akan mengerti. Masakan Arinda memang enak tapi itu hanya masakan khas di Indonesia, mungkin Arinda tidak tahu masakan luar pikir Ed.
"Tidak ada apapun di lemari es ini selain pasta dan saus-nya." Arinda menatap Ed dengan kesal, pria ini minta masak ini dan itu tapi tidak ada bahan. Apa dia harus membuatkan sandwich dengan spons cuci piring.
"Baiklah kalau begitu kita belanja sekarang !"
"Loh abang bos tidak jadi sarapan ?"
"Tidak perlu, kita bisa sarapan diluar. Lalu kita belanja."
"Abang bos tidak bekerja ?"
"Tidak saya libur khusus buat kamu." Arinda diam dia tidak mengerti dan kembali ingin bertanya "Maksud saya karena ingin membeli beberapa keperluan jadi saya tidak masuk bekerja hari ini."
"Oh...," jawab Arinda sambil masih bertanya dalam hati apa pekerjaan Ed sebenarnya.
"Arinda ayo !" Mendengar ajakan Ed itu Arinda langsung mengambil tas kecilnya untuk dia bawa.
***
Jalanan di Ibu Kota terlihat senggang di jam kerja seperti ini, Ed mengemudikan mobil Mansory Vivere Bugatti Veyron miliknya dengan sangat santai.
Mereka berhenti di sebuah restoran cepat saji yang tidak jauh dari apartemen Ed.
"Kamu mau pesan apa ?" tanya Ed dan Arinda hanya menunjuk es krim.
"Kamu hanya mau ini ?"
"Iya bos !"
Ed akhirnya memesankan apa yang Arinda inginkan. Sementara dia sendiri memesan wafel, selesai urusan sarapan Ed membawa Arinda ke sebuah mall yang sepertinya baru saja buka karena ini masih jam sembilan pagi.
Arinda mengambil troli sementara Ed hanya sibuk menatap ponselnya. "Mau belanja apa nih abang bos ?" tanya Arinda membuat Ed menatapnya sambil tersenyum.
"Ambil saja apa yang mau kamu masak untuk satu minggu ini. Karena minggu depan saya akan ke Santorini," ujar Ed lalu dia melangkahkan kakinya dengan santai.
Kemeja hitam yang dua kancing atas-nya terbuka dipadukan celana berwarna coklat susu membuat penampilan Ed sangat santai dan tampan tentu saja. Banyak karyawati yang menatapnya dengan memuja.
"Abang bos."
"Ya."
"Kalau Abang bos pergi ke luar negri berarti saya kan libur, itu gaji saya di potong ya ?"
"Tidak gaji kamu tidak di potong."
"Alhamdulillah."
"Iya karena kamu juga akan ikut bersama saya."
"Ha !" ujar Arinda terkejut "Tapi saya ngapain disana bos ? Saya juga gak punya paspor."
"Kamu ikut saja, dari pada gaji kamu di potong. Masalah paspor akan di urus oleh Ali, besok kamu akan ikut dia untuk mengurusnya." Arinda masih terkejut dia menghembuskan napas mencoba untuk kembali fokus untuk berbelanja.
Oke dia mulai menentukan untuk memasak apa selama satu minggu ini, jadi dia akan ambil apa saja yang dia inginkan. Hitung-hitung menuruti keinginan terpendamnya selama ini. Arinda mulai memasukkan apa saja yang sekiranya dia butuhkan untuk memasak.
Daging sapi, daging ayam, salmon, udang, sayur, buah, bumbu masak, kentang dan banyak lainnya yang Arinda masukkan ke dalam troli.
Ed melihat sebuah apron yang lucu dan dia mengambilnya langsung diberikan kepada Arinda. "Ini apron buat kamu." Arinda melihatnya dan bergumam.
"Oh...celemek."
Ed tertawa lalu mengacak rambut Arinda. Ada seorang wanita yang melihat Ed ada disana dia langsung saja menghampiri Ed membuat terkejut dengan suara wanita itu.
"Ah.....Eadric aunty tadi sempat gak yakin kami yang aunty lihat. Tapi ternyata benar ini kamu." Ed menggelengkan kepala melihat kelakuan aunty-nya itu.
"Kamu beneran belanja, sama siapa itu Ed ? Sudah aunty bilang kalau kamu gak mau jalani hubungan serius sama wanita jangan mempermainkan wanita Ed. Eh tunggu, aunty pernah lihat wajah wanita ini."
Arinda membungkuk memberikan salam. "Saya Arinda bu, saya tukang masaknya Bos Ed."
"Saya Akira, saya tantenya Eadric." Akira seperti meneliti penampilan Arinda dan Arinda paham itu. Kemudian Akira berbisik kepada Ed "Sejak kapan kamu membutuhkan seorang koki ? Pakai dibawa belanja segala. Jangan macam-macam kamu ya,"
Ed hanya tersenyum kepada aunty-nya itu dan dia mengecup lengan Akira. "Kami pergi dulu ya aunty dah !" Ed langsung menarik lengan Arinda untuk pergi dari sana sebelum Akira membicarakan banyak hal lainnya.
"Ed jangan lupa mampir ke rumah," ujar Akira dan Ed melambaikan tangannya saja.
***
Mereka sudah selesai berbelanja dan lima kantong plastik itu dibawa ke bagasi mobil. Arinda dan Ed bersama membawanya ke bagasi. Klakson mobil membuat Arinda terkejut dan tidak sengaja jatuh ke pelukan Ed yang juga terkejut mendapati Arinda ada di pelukannya saat ini.
Ed tidak bisa lepas menatap mata Arinda, dan hatinya menghangat. Tatapan mereka membuat keduanya merasa sangat nyaman, tangan Ed tanpa dia sadari mengusap lekuk wajah Arinda dengan lembut.
"Mulai saat ini aku percaya ada hal sempurna di Dunia ini, dan itu adalah kamu."
Ponsel Arinda yang bergetar membuat adegan romantis itu terhenti. Arinda langsung berdiri sempurna kemudian mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa si penelpon.
["Arinda."]
Deg
["Arinda bisa kita bertemu nanti malam ?"]
["Arinda kamu dengar saya ?"]
Arinda menelan ludahnya sebelum menjawab, dia melirik Ed yang juga sudah masuk ke dalam mobil dan dia buru-buru juga membuka pintu mobil.
"Iya bisa ! Tapi kalau saya bisa pulang kerja cepat ya."
["Kalau begitu saya tunggu kamu jam delapan malam di depan pintu kos ya. Terima kasih Arinda."]
"Ya, sama-sama." Arinda melirik Ed yang saat ini tengah fokus menatap jalan. Tapi kemudian dia mengalihkan pandangan menatap Arinda sembari tersenyum begitu manis.
"Kalau kamu ada keperluan kamu bisa pulang lebih awal. Lagi pula sore ini saya ada pekerjaan bersama Ali," kata Ed dengan penuh keyakinan ingin memberi kesan perhatian kepada Arinda.
"Jadi saya hanya perlu masak untuk makan siang saja bos ?" Ed mengangguk dan Arinda tersenyum "Terima kasih bos."
Bersambung....
😌 Ed bener-bener jago gombal ya.
Arinda senang bekerja dengan Ed, kerjanya santai dan Ed benar-benar adalah bos yang sangat baik. Siang itu ternyata dia tidak sendiri di apartemen luas milik Ed itu, ada seorang wanita paruh baya yang datang dan saat berkenalan dengan Arinda ibu bernama Surti itu ternyata adalah orang yang bertugas membersihkan apartemen itu setiap harinya.Saat Arinda sudah selesai merapikan semua barang belanjaannya dengan Ed tadi, pria itu datang sudah dengan setelan rapi dan duduk di meja makan yang ada di dapur tersebut."Arinda kamu bisa memasak apa dengan waktu dua puluh menit ?" pertanyaan itu membuat Arinda terkejut."Abang bos m
Ed masih dengan memasang wajah tidak bersemangat duduk bersama para sepupunya yang sangat menyebalkan saat ini, jika biasa club adalah tempat kesukaannya sepertinya tidak untuk malam ini karena nyatanya dia sangat ingin pulang dan ehm... jika bisa melihat wajah Arinda.Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung bersama meraka. "Ed," panggil wanita itu yang tak lain adalah Samantha."Dari mana tahu aku ada disini ?""Aku menelpon Ali. Kau tidak menjawab panggilan ku sedari kemarin, kau juga tidak datang ke kantor.""Pekerjaan ku tidak hanya di ada disana Sam," ujar Ed lalu menyuruh Samantha untuk duduk. Samantha sempat memberikan senyumannya untuk menghormati dua orang yang memiliki nama besar di sebelah Ed.
Ed terus membuka satu persatu laporan yang diberikan oleh Ali mengenai kemajuan perusahaannya. Bahkan baru-baru ini Ed juga sudah resmi membeli salah satu stasiun televisi yang dulunya menjadi saingannya.Ed tersenyum puas dan tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini "Semoga apa yang baru kita mulai di New York dan Los Angeles bisa sama berhasilnya dengan di sini. Aidan sudah menyetujui proses pembukaan kedua stasiun televisi itu dan dia juga meminta kita untuk segera ke Santorini melihat kemajuan perkembangan yang ada di sana."Aidan adalah pemegang seluruh kendali perputaran bisnis keluarga Orlando dan juga Derson, meski perkembangan semua aspek bisnis keluarga mereka di Indonesia diberikan kepada Ed dan juga Ibra tapi tetap Aidan harus tahu seluruh perkembangannya."Oh ya Ali apa sud
Ed benar-benar sudah gila bagi Arinda, karena bos-nya itu membelikan semua brang-barang mewah untuk keperluannya selama di Santorini. Jika kalian merasa Arinda sangat bahagia, nyatanya sama sekali tidak. Arinda yang adalah wanita mandiri serta pekerja keras menjadi berpikir jika Ed benar-benar mengerikan.Seperti saat dia meminta Arinda memilih koper mana yang Arinda inginkan dan ketika Arinda menolak karena beralasan masih memiliki koper yang bagus di kos-nya Ed akan mengancam Arinda dengan memotong gaji jika Arinda tidak membeli koper baru, bukankah sikap Ed benar-benar mengerikan dan sangat labil ?Ali juga dibuat ikut sibuk dalam memilihkan pakaian untuk Arinda, setiap ada baju yang cocok dengan Arinda dan terlihat bagus Ed akan tidak suka dengan alasan terlalu terbuka, terlalu pendek, terlalu ketat membuat Arinda dan Ed menjadi bah
Arinda bangun kesiangan karena memang semalam dia terlalu lelah, setelah pulang dari berbelanja bersama Ed dia tidak langsung tidur karena cucian menumpuk. Alhasil meski lelah dia harus mencuci pakaiannya, dan pagi ini bangun kesiangan.Anton menelpon Arinda beberapa kali juga tidak dia hiraukan, alasannya hanya karena sepuluh menit lagi Ed akan menjemputnya. Dia tidak ingin terlambat lalu membuat kesan buruk, urusan Anton bisa dia kirimkan pesan saja nanti. Benar saja, saat Arinda sedang menyisir rambutnya Ed menelpon. "Ya Bos," jawab Arinda sambil memakai jam tangannya."Saya sudah didepan kos kamu. Perlu saya naik ke kamar kamu ?""Ck, tidak bos ! ini saya turun."Anton kebetulan juga baru ingin melihat Arinda ke
"Abang bos mau apa kesini ?" tanya Arinda sedikit takut, dia juga melihat ada seorang pria lain di belakangnya.Ed menaikkan satu alisnya mendengar panggilan yang di ucapkan oleh Arinda, terlihat sangat menggemaskan. Ed menaikkan telunjuknya mengisyaratkan agar Ali menjelaskan maksud dan tujuannya datang mencari Arinda. Sementara dia terus menatap Arinda dengan intens, namun sayangnya Arinda tidak terlalu memperhatikannya."Maaf nona Arinda," kata Ali dan baru permulaan, tapi sifat galak Arinda keluar begitu saja."Panggil saja Arinda !" Tegasnya dan matanya masih melirik keadaan sekitar lorong di lantai kamarnya."Ehm.... begini Arinda Mr. Eadric Derson menyukai masakan anda dan dia berniat menjadikan anda sebagai koki pribadi di tempatnya. Apakah anda setuju ?" Arinda melirik pria tampan yang terus menatapnya itu dengan aneh lalu kemudian dia menatap lagi Ali."Saya bukan koki. Saya hanya bisa memasak itu saja," kata Arinda dengan jujur."Saya akan makan apapun yang kamu masak, tida
Ed duduk gelisah sedari tadi di dalam mobil, jam di tangannya menunjukkan sudah pukul delapan malam. Dia tadinya berniat untuk langsung pulang ke apartemen setelah rapatnya selesai tapi ternyata sepupunya yang tidak terduga datang dan mengajaknya untuk makan bersama.Ed langsung naik ke unit apartemen dengan buru-buru, dia sudah menelpon Arinda sedari tadi namun sambungan telponnya tidak terhubung. Saat pintu terbuka dan dia mulai masuk lebih dalam ke unit miliknya itu Ed melihat Arinda yang sedang tertidur di sofa ruang tamu.Ed tersenyum lalu dia berlutut tepat di depan wajah Arinda, lama dia mengabsen setiap bentuk indah yang di ciptakan Tuhan sempurna di wajah Arinda. Tanpa dia sadari dia tersenyum lalu mengusap wajah Arinda perlahan membuat ketenangan tidur Arinda terusik.Kelopak matanya terbuka perlahan dan saat sudah terbuka sempurna wajah Ed yang tepat berada di hadapannya langsung membuatnya buru-buru duduk. "Abang bos maafkan saya," kata Arinda, dia sudah sadar kalau dia k
Sebelum matahari memperlihatkan kilaunya, kamu harus bangun ! Itu adalah pesan nasehat yang terus Arida ingat dan dia patuhi. Setelah mandi dan menuntaskan kewajibannya, Arinda memiliki waktu tiga puluh menit untuk dia berolahraga.Sepertinya waktu memang selalu mempertemukan Anton dengan dirinya, karena pagi ini dia bertemu dengan Anton yang juga baru keluar dari kamarnya memakai setelan olahraga. "Hai Arinda," sapa Anton dan Arinda mengulum senyum karena dia malu bertemu dengan Anton."Kamu sudah terima hadiahnya ?""Sudah bang Anton. Terima kasih ya. Tapi kado itu untuk apa ?" tanya Arinda karena dia memang masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Anton memberikan kado itu.Anton tidak langsung menjawab pertanyaan Arinda dia malah mengajak Arinda untuk bersama lari pagi dengannya. Sambil lari Anton masih diam-diam mencuri pandang pada Arinda yang kini sadar ada yang berbeda di hatinya saat Anton menatapnya."Mau singgah ke taman kota dulu ?" tanya Anton saat mereka sudah selesai l
Diri ini tersadar, ketika pilihan lain sudah pun ku ambil nyatanya hanya dia yang terus dan terus aku andaikan.Tidak ada manusia yang sempurna, hingga ku temukan dirimu. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna, dan aku tahu aku serakahKarena ingin terus memiliki mu, dan hanya untuk ku....Kehidupan Arinda dan Ed terus berjalan dengan semua keromantisan dan keributan yang menjadi bumbu di rumah tangga mereka. Memiliki dua buah hati kembar yang mereka beri nama yang sangat lucu.Mencintai dan dicintai adalah hal yang sempurna dalam suatu hubungan, Arinda bersyukur dengan semua yang ia miliki saat ini. Setidaknya keputusannya untuk lari dulu membawanya kepada kisah manis dan juga kesuksesan yang mampu ia raih.Ed adalah suami yang sangat dia impikan, mencintai kekurangannya bahkan tidak pernah Ed menolak keinginan Arinda. Kini Arinda percaya dengan kalimat bijak yang mengatakan.Bahagiakanlah dirimu maka kebahagiaan akan senantiasa kau rasakan setiap harinya di dalam hidup mu.Bersyukurl
Hari bahagia yang di nantikan semua orang terutama bagi Ed dan Arinda itu pun tiba, prosesi pernikahan yang sakral hingga resepsi yang di adakan di sebuah kapal pesiar mewah itu terlihat sangat hangat dan meriah.Ed dan Arinda memang sudah sepakat untuk mengadakan pernikahan di kapal pesiar karena mereka ingin pesta itu lebih tertutup dan hanya di hadiri oleh keluarga, sahabat, dan rekan bisnis tertentu saja. Lebih tepatnya mereka menghindari media. Berangkat dari pelabuhan di Medan dan akan menuju Singapura. Setibanya di Singapura mereka semua yang ada di kapal pesiar itu di berikan fasilitas hotel untuk mengiap selama tiga hari dan akan ada tiket pesawat yang juga diberikan untuk mereka pulang ke Indonesia. Namun, Ed dan Arinda tentu saja akan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat lain untuk berbulan madu."SAH...," teriak semua orang riuh beriringan dengan tepukan tangan. Ed merengkuh wajah Arinda dengan kedua tangannya "Hai Mrs.Derson," ucapnya terdengar sangat manis di telinga
Aku menatap kamu tanpa ragu dan tanpa tahu siapa kamu. Terus dan terus saja ku lakukan, hingga aku tahu kalau rasa ini berbeda.Itu karena aku benar-benar jatuh cinta.****Ed benar-benar luar biasa, dengan kolega yang ia serta keluarganya miliki dia berhasil mengurus dokumen nikah mereka untuk di dua negara. Ed yang memang berstatus warga negara Inggris dan Arinda Indonesia membuat pengurusan menikah biasanya jauh lebih lama, tapi tidak dengan Ed. Dua hari saja semua sudah beres, begitu juga semua urusan katering undangan bahkan pakaian adat batak juga sudah Ed siapkan.Kata Ed kedua orang tua Arinda menginginkan pesta Arinda di Medan di adakan dengan adat Batak, maka dari itu Ed yang berencana mengejar Arinda ke Turki menelpon Alfa dan semua tante dan paman menguruskan pernikahannya dengan Arinda sesuai dengan keinginan orang tua Arinda. Dalam waktu tiga hari semua keluarga heboh dengan permintaan Ed itu.Ya, tentu saja tiga hari. Karena mereka memulai semua persiapan setelah Arind
"Umur saya sudah tiga puluh empat tahun Arinda, dan saya____," Arinda menutup mulut Ed."Tunggu...berapa ?" tanya Arinda yang sangat terkejut ketika dia mengetahui umur Ed. "Kenapa ? kamu tidak mau menikah dengan saya karena kamu masih muda dan saya sudah tua begitu ?" tanya Ed menatap mata Arinda sangat mengintimidasi."Ih...gak usah gitu juga kali lihatnya, bukan begitu abang bos saya hanya terkejut. Saya pikir abang bos masih tiga puluh tahun se-usia dengan...""Jadi kamu mau menerima lamaran saya atau tidak ?" tanya Ed menyentuh wajah Arinda dengan lembut dan Arinda tersenyum."Saya mau abang bos," jawab Arinda sangat manis membuat Ed gemas ingin membawa Arinda ke kamar hotel saja."Cinta tidak sama saya ?""Cinta kok !""Cinta saja atau cinta banget ?""Te amo mucho," jawab Arinda sambil menggigit bibir bawahnya. Ed melebarkan mata tidak percaya kalau Arinda menggunakan bahasa spanyol yang artinya Arinda sangat...sangat... mencintai Ed. Ed berteriak dan mengangkat tubuh Arinda k
Pertama kalinya Arinda menginjakkan kaki ke Dubai, menikmati keindahan kota terpadat di Uni Emirat Arab. Kota ini terletak di sepanjang pantai tenggara Jazirah Arab dan di selatan teluk Persia. Arinda tersenyum saat Ed masih menggenggam tangannya, dia sama sekali tidak merasa lelah karena pergi menggunakan jet pribadi milik Ed yang luar biasa mewahnya.Arinda kemudian bersama Ed turun di sebuah hotel mewah bernama burj al-Arab . Pemandangan hotel dan bangunannya sungguh memanjakan mata. Seorang petugas hotel menyapa mereka dan Arinda membalas sapaan dalam bahasa Inggris tersebut. "Kamu sudah lancar berbahasa Inggris ?" tanya Ed yang baru mengetahui hal ini.Arinda diam saja karena malu, ya dia memang kursus bahasa Inggris selama enam bulan karena tuntutan bisnis yang dia lakoni sekarang dan juga paksaan dari semua sahabatnya. Hingga menjadikan dia Arinda yang sudah fasih dalam menggunakan bahasa tersebut, juga ada satu bahasa lainnya yang akan dia berikan kejutan nanti untuk Ed."Aban
Menaiki balon udara di Cappadocia merupakan penutup liburan yang sempurna untuk mereka semua, dan menjadi awal baik bagi hubungan Arinda serta Ed. Tidak ada kalimat meminta Arinda menjadi kekasihnya karena yang Ed inginkan adalah Arinda menjadi istrinya. Tidak ada masa lagi untuk Ed menjalin hubungan dengan status pacar, dia sudah berumur. Menikah adalah hal yang dia pikirkan ketika sudah bertemu dengan Arinda. Tapi meski begitu dia dengan senang hati menunggu Arinda hingga wanita itu merasa siap dengan status yang ingin Ed berikan kepadanya. Menatap indahnya ciptaan Tuhan yang luar biasa dari atas sana membuat keduanya merasa benar-benar beruntung. Ed memeluk Arinda dari belakang, rasanya dia benar-benar rindu akan hal ini."Abang bos, malu di lihat sama yang lainnya." Arinda menunduk karena perlakuan Ed kepadanya itu."Yang lainnya siapa ? Mereka juga sama seperti kita." Apa yang Ed katakan itu membuat Arinda melihat sahabatnya yang lain dan ternyata sama saja dengannya. Berpelukan
Arinda dan Ziel masih belum di temukan, mereka berkumpul di kamar Reina dan Bumi untuk membicarakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Rega yang sedang memegang ponsel tiba-tiba melihat sebuah tayangan di sosial medianya."Bukankah ini Alfa Derson ayahnya Ed ?" tanya Bumi yang berdiri tidak jauh dari Rega."Iya, dia Alfa Derson. Kenapa mereka membuat pernyataan di media seperti ini ?" tanya Raka hingga Nindy ikut melihat layar ponsel Rega."Sebentar, kita sambungkan ke televisi saja biar semua bisa lihat. Dari wajah mereka semua sepertinya ada berita penting." Bumi membantu Rega menyambungkan ponselnya ke tv agar yang lain bisa melihat tayangan yang di publikasikan oleh akun resmi Adella Derson."Kami di sini menegaskan, khususnya saya Alfa Derson sebagai ayah dari Eadric Derson mengatakan kalau undangan pernikahan yang sudah beredar itu adalah kebohongan. Ed sudah membatalkan pertunangannya dengan Esme, jadi untuk masalah postingan dari Esme kalian bisa tanya kepada pihak Esme
Masih di Istanbul pagi-pagi setelah sarapan mereka bergegas melanjutkan perjalanan pagi itu ke Istana yang pada dulunya adalah tempat tinggal para Sultan, yaitu Istana Topkapi yang sebenarnya masih berada dekat dengan Blue Mosque dan juga Hagia sophia, istana yang sekarang beralih fungsi menjadi museum itu juga menyimpan banyak sekali benda-benda peninggalan islam tak hanya peninggalan Kerajaan Utsmani.Menjadi tempat tinggal para Sultan Ottoman selama empat ratus tahun lebih istana itu begitu indah, ada banyak bunga tulip di kiri dan kanan taman istana tersebut, juga ada penjual pernak-pernik yang membuat Arinda dan yang lainnya sangat antusias untuk membeli.Saat ingin masuk tadi, mereka di cek sebanyak dua kali hingga Arinda berpikir apakah masih ada Raja Ottoman atau keluarga kerajaan di dalam sana karena pengecekkan yang masih sangat ketat, pasukan bersenjata gagah juga ada di tiap pintu dan pagar istana.Setelah puas dengan area depan, Arinda dan yang lainnya mengikuti antrian y
Berlibur bersama dengan para sahabatnya adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh Arinda, begitu juga dengan yang lainnya. Liburan yang sudah jauh-jauh hari ini juga menjadi waktu bagi mereka semua istirahat sejenak dari rutinitas di Jakarta.Berangkat dari Bali mereka terbang ke Jakarta, dan dari Jakarta barulah perjalanan mereka ke Turki di mulai. Jakarta ke Turki menempuh waktu perjalanan dua belas jam lima belas menit tanpa transit. Arinda bahkan nyaris sakit punggung karena terlalu lama duduk, untungnya mereka yang sekarang sudah sukses bisa membeli tiket kelas bisnis.Begitu sampai di Istanbul, seorang pria tour guide yang sudah mereka pesan datang menjemput mereka dengan satu bus mini yang fasilitasnya lengkap dan sudah di pesan oleh mereka. Memilih bus mini dengan adanya toilet di dalam bus itu, juga tempat duduk yang bisa menjadi sofa bed.Mereka bertujuh di tambah satu balita akan mengelilingi Turki dengan mini bus itu. Dua minggu full di Turki dan mengelilingi Negara yang penuh