"Bun, mulai sekarang, Sarah mau nemenin bunda tidur disini. Sarah--"
"Tidur disini nggak nyaman, Sarah," sela Helena."Sarah lebih kepikiran kalau di rumah, jadi kita akan lewati ini bersama-sama yah?" Sarah bangkit dan mengecup pipi bundanya dan memeluknya. Ditarik selimutnya dan bundanya pun diselimuti. Sarah pun tidur di kursi sofa yang busanya sudah menipis.Sebelum tidur, Sarah hanya bisa berdoa, rencana besok bertemu dengan Sugandi Hadiningrat bisa membuatnya menjadi bagian keluarga Hadiningrat agar rencana pengambilalihan hotel dan rumah, berjalan lancar."Sepertinya, gue harus bisa mengambil hati ayahnya," batin Sarah sambil memejamkan mata karena capai.***"Jangan lupa hari ini, jam 3 kita akan ketemu dengan bokap gue!" Begitu pesan dari Heru pada aplikasi hijau milik Sarah."Siapa Sarah?" tanya Helena."Cuma teman ngajak belajar bareng, tapi sore, Sarah ragu apa bisa tinggalin bunda sendirian disini a"Heru Hadiningrat, pukul 3 sore, Mam," jawab karyawan madam Gun."Oh, yah! Gue gak nyangka kalau yang direservasi itu lo, Sar! Ternyata lo orang yang dekat sama keluarga Hadiningrat yah," cerocos madam Gun. Sarah hanya nyengir mendengar ucapan madam Gun.Selama ini, Sarah dan bundanya lebih sering dipegang oleh karyawannya dalam merawat diri, jarang dipegang langsung oleh Madam Gun karena bayarannya selangit. Sarah hanya memakai jasanya ketika perayaan sweet seventeen ketika masih SMA dulu.Sarah dibawa ke ruangan privat yang menjadi tempat kerjanya madam Gun. Sebuah ruangan dengan meja rias yang disekelilingnya dilengkapi dengan lampu. Di depannya peralatan make up, dengan kursi yang bisa diatur agar memudahkan madam Gun merias."Sarah dipegang langsung oleh madam Gun?" tanya Sarah."Iya! Heru Hadiningrat ingin gue yang pegang langsung lo, Sar! Terakhir, gue pegang lo pas sweet seventeen yah! Sekarang, udah punya pacar belum? Kan sudah l
"Aku sudah siap!" ujar Sarah. Dewi yang melihatnya pun terkagum-kagum melihat Sarah, "Kakak cantik banget," ucapnya.Sarah hanya bisa nyengir memperlihatkan giginya yang putih, "Jangankan kak Dewi, aku aja kaget lihat mukaku dipegang oleh madam Gun," sanggah Sarah.Sarah dan Dewi menuju ke lobby dimana Heru sudah menunggunya dengan tidak sabar. Dia sudah berjanji dengan ayahnya untuk makan malam bersama dengan gadis yang hendak dia perkenalkan. Ini sudah lewat jam 6 sore, tapi masih saja Sarah belum keluar, padahal madam Gun sudah mengatakan sudah selesai, "Ingin gue seret Sarah untuk keluar. Apa sih yang buat lama?" gumamnya sambil bolak balik melirik ke jam tangannya yang seolah-olah cepat berlalu."Kak Heru, ini pacarnya," ucap Dewi yang mengantarkan Sarah ke hadapannya. Heru ingin memarahinya, "Dasar cewek gi--," potongnya yang kemudian terdiam, terpana dengan kecantikan Sarah, "Bahkan Kalina pun tidak secantik ... gue lu
"Ayo kita makan dahulu, baru kita bicarakan lagi," ujar Sugandi menawarkan makanan yang sudah tersedia di meja makan.Sarah pun mengambil makanan dan menuangkannya pada Heru, "Apakah kurang?" tanya Sarah.Heru yang dilayani pun tersenyum, dia menyambut dengan baik apa yang dilakukan Sarah untuknya, "Cukup, Sayang," jawab Heru yang sudah terbiasa dengan ucapan sayang untuk setiap cewek yang sudah menjadi pacarnya.Tidak banyak pembicaraan pada saat mereka makan malam. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang ada di atas piring masing-masing.Sarah berpikir, bagaimana mungkin, tantenya, Bella, istri om Haryadi berada satu rumah dengan Heru? Sedangkan selama yang dia tahu, beberapa tahun terakhir, Bella dan om-nya selalu bertengkar hingga akhirnya tantenya itu minggat dari rumah.Madam Gun mengatakan, jika tantenya tetap rutin perawatan di salonnya. Jadi selama ini, tantenya minggat dan tinggal di tempat Heru."Akan aku selidiki, kenapa Tante Bella ada di rumah Heru," gumamnya.Makan m
Sarah pun keluar dari mobil Heru sambil menenteng pakaian yang sudah diganti, "Hmm ... ini bajunya gue laundry dulu, nanti gue balikin ke madam Gun," ucap Sarah kepada Heru yang sedang berdiri tidak jauh membelakangi mobilnya.Heru pun membalikkan badannya, "Gak usah, sudah gue beli buat lo," ujarnya langsung masuk kembali ke mobilnya.Sarah terdiam hingga mobil yang dikendarai Heru menghilang dari pandangannya. Sarah pun masuk ke dalam rumah sakit yang sudah tidak terlalu ramai ketika siang hari.Sesampainya di kamar rawat bundanya, Sarah membuka pintunya dengan perlahan agar tidak membuat bundanya terbangun.Diletakkannya semua barang miliknya di bawah kursi sofa yang sudah tipis busanya dan merebahkan badannya.Baru saja matanya hendak terpejam, ponselnya bergetar karena notifikasi yang masuk."Besok, jam 10, siapkan semua dokumen, kita ke catatan sipil," perintah Heru."Oke," balas Sarah.Sarah merenung, besok adalah hari pernikahan dirinya dengan Heru secara kontrak. Itu artinya,
"Santai aja, kak Sarah," ucap Dewi dengan tersenyum melihat Sarah yang panik mengambil barang-barangnya, lalu melesat lari ke mobil yang sedang di parkir."Hati-hati, kak!" teriak Dewi.Sarah membuka kaca mobilnya, melambaikan tangannya dan mengklakson tanda dia pergi.Jalanan tidak terlalu macet, mungkin karena bukan waktunya jam kerja. Namun, hari ini adalah hari Sabtu, banyak pula yang berlibur."Duh ... lampu merah lagi, lampu merah lagi," gerutu Sarah melihat dia terhambat karena lampu merah."Biasanya kalau sudah kena lampu merah, berikut-berikutnya lampu merah terus nih!" ucapnya dengan sebal.Dilihat jamnya sudah pukul 10.05, Sarah mulai mengklakson mobil-mobil yang berjalan lambat di depannya agar lebih cepat.Kantor catatan sipil sudah terlihat dari tempatnya berkendara, tapi Sarah merasakan ada hal aneh pada bannya, "Kenapa lagi nih mobil?" tanyanya.Dengan perlahan, Sarah melajukan mobilnya ke pinggi
Heru berada di dalam mobil bersama Sarah, "Minta nomor rekening lo," ucap Heru."Hah? Buat apaan?" tanya Sarah."Buat mahar," jawab ketus Heru."Oh ya ya ...," Sarah menyebutkan nomor rekeningnya dan Heru menuliskan jumlah nominal yang harus dia kirimkan ke Sarah.Heru mengambil dokumen di jok mobil belakang, dan menyerahkannya kepada Sarah, "Ini kontrak perjanjian kita, simpan dan jangan sampai ada yang tahu," ucapnya.Sarah membuka dan membacanya sekali lagi, kalau-kalau ada perubahan yang tidak dia ketahui.Setelah semuanya sama, Sarah masukan dokumennya ke dalam tas ranselnya."Oke! Terima kasih. Hmm ... gue ada permintaan," pinta Sarah."Apa?""Besok, nyokap gue di operasi, jadi hari ini gue mau nemenin nyokap gue dulu," papar Sarah."Oke.""Oke? Gitu aja?" tanya Sarah heran."Trus gue mesti gimana? Lo sendiri yang bilang, masing-masing kita punya kehidupan sendiri-sendir
"Dibawa kemana ini, Neng?" tanya Daman."Ke kamarnya Aden Heru atuh, Mang," balas Sarah dengan logat sunda."Aih, masa suami sendiri manggilnya Aden? Panggil yayang atawa bebeb," celotehnya.Daman membawa beberapa dus dan koper sekaligus dan masuk ke dalam rumah menuju kamar Heru. Sarah membawa 2 koper kemudian menutup mobil dan mengikuti Daman.Baru saja Sarah masuk ke rumah, lengan Sarah ditarik oleh Bella."Aw!" pekik Sarah."Stt ... diamlah!" Ujar Bella sambil menaruh telunjuk pada bibirnya."Bagaimana kau bisa masuk ke rumah ini?!" tanya Bella."Apakah tante sudah lupa? Kalau aku menikah dengan Heru?" bisik Sarah."Bukan itu maksudku!! Bagaimana bisa kau masuk dalam lingkaran keluarga Hadiningrat!!" bisiknya dengan mata melotot sambil mencengkram lengan Sarah.Sarah menatap Bella dengan mata yang tajam, "Seharusnya, Sarah yang tanya sama tante. Kenapa tante minggat dari rumah Om Haryadi dan berada di rumah Heru?""Sarah!!" panggil Heru dari lantai 2.Obrolan Sarah dan Bella terhen
Taman ini biasa dipakai untuk barbeque bersama, atau acara outdoor, tapi kali ini disetting berbeda. Para pembantu Sugandi sudah menata taman ini dengan meja-meja yang ditata dengan snack, minuman, makanan berat, buah, layaknya seperti pesta kebun."Untuk pernikahan kalian yang terlalu mendadak, aku hanya bisa buatkan acara makan bersama, aku harap kau dapat menikmatinya, sekaligus ucapan selamat datang untuk kau masuk ke dalam rumah ini," ucap Sugandi.Sarah menatap taman ini yang ditata dengan cantik. Dia tahu walaupun pernikahannya termasuk cepat, tapi karena kekayaan Sugandi, dia bisa menyulap taman rumah menjadi pesta kebun yang diperuntukkan untuk dirinya."Terima kasih, om--.""Jangan ... jangan panggil om, panggil Daddy. Daddy harap, kau orang yang bisa merubah sifat kekanak-kanakan Heru," ucapnya dengan tatapan mata tajam kepada Heru.Heru hanya berdiam, tidak mengambil pusing apa yang dikatakan Sugandi."Setelah kalian
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.