Share

BAB 84

Penulis: LANGIT JINGGA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jam sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB, sesuai dengan permintaan Adryan yang memintanya untuk menunggu di lobby apartemen, disini Helsa sekarang. Wanita itu terlihat senang, terlihat dari semburat senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Hari ini suami ganjen nya itu akan memberi kejutan.

Helsa sudah tidak sabar dengan kejutan itu. Belum lama duduk disana, sepasang remaja dengan pakaian putih abu-abu mengalihkan perhatiannya. Helsa tersenyum melihat betapa serasinya mereka, tangan yang selalu menggenggam satu sama lain.

"Pasti cowoknya sayang banget sama dia," gumamnya.

Helsa tertegun sebentar, tiba-tiba saja terlintas bayangan masa lalunya. Helsa pernah sebahagia mereka, walaupun itu singkat. Kemudian dia beralih menatap cincin pernikahannya dengan lekat, mengingat saat pertama kali Adryan melamarnya.

"Tapi aku lebih bahagia sekarang," lirihnya dengan mata sedikit berair, "Mas Adryan bisa kasih aku lebih dari kata bahagia itu sendiri."

"Sayang...,"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 85

    "Helsa yang pegang kendali, dan Mas nggak boleh berkomentar atau menolak kalau Helsa minta lebih." Adryan yang tadinya bersiap menggendong Helsa ke ranjang mendadak menghentikan pergerakannya. Dia menangkup wajah Helsa dengan gemas, "kalau ngasih syarat yang benar dong, Sa." "Nggak mau? Ya udah, Helsa mau lanjut beres-beres," ujar Helsa santai, lalu membuang singlet suaminya keatas ranjang. Adryan yang merasa dipermainkan dengan cepat menggendong ibu hamil itu dan membaringkannya diatas ranjang kebesaran mereka, "kamu harus tanggung jawab." "Tanggung jawab apa?" tanya Helsa menantang Adryan yang sudah mengungkuhnya dibawah. Tidak menjawab pertanyaan itu, Adryan justru mengunci pergerakan tangan Helsa, lalu mencium wanitanya dengan lembut. Matanya terpejam, Helsa terbawa suasana dan membalas ciuman suaminya. Ciuman itu berangsur turun ke leher, tanda warna merah dan keunguan mulai tercetak di beberapa bagian leher wanita hamil itu. Helsa mengerang pelan, kemudian menjambak surai h

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 86

    Satu minggu berlalu. Sudah selama itu juga Adryan dan Helsa menetap di rumah baru mereka. Helsa sempat menangis ketika mereka hendak beranjak meninggalkan apartemen itu, lebay memang. Namun, itulah Helsa, selalu cengeng dengan siapapun orangnya.Di rumah baru ini dia selalu kesepian jika Adryan berangkat kerja, meskipun ada asisten rumah tangga, itu tidak membuat wanita hamil itu merasa ramai. Ditambah dengan suaminya yang selalu pulang larut malam."HELSA!!!"Wanita itu memutar tubuhnya, matanya mengarah pada pintu utama rumah. Sekali lagi Helsa mendengar dengan seksama suara-suara yang tampak tidak asing. Seketika air matanya luruh, dengan langkah pelan, wanita itu berjalan menuju pintu utama."SURPRISE!!!!!"Lihat, siapa yang datang?Helsa menatap tidak percaya dengan keempat gadis centil yang mengejutkannya. Mereka mengenakan seragam sekolah. Ranaya, Citra, Diandra, dan Keke. Mereka adalah sahabat-sahabat Helsa. Jangan tanya dimana Bella."Sa..., lo nggak senang kita datang?" tany

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 87

    Suara tangisan itu terdengar sangat pilu. Helsa memberanikan dirinya untuk menceritakan kembali kejadian yang membuat dia harus meninggalkan mantan kekasih itu. Sebenarnya ketika Adryan amnesia kemarin, dia sempat menceritakan itu. Tapi Adryan sama sekali tidak mengingat itu, makanya Helsa menceritakan lagi."Dia bilang mau sama Helsa, tapi dia nggak pernah percaya sama Helsa," jerit wanita itu dalam pelukan suaminya."Dia jahat sama Helsa, mas."Adryan mengangguk setuju. Jika saja dia tahu permasalahannya, malam itu dia akan memukul Akmal habis-habisan. Wanita itu terlalu baik untuk Akmal."Sa, kamu lihat mata mas," titah Adryan. Helsa menuruti permintaan Adryan, ditatapnya netra hitam yang selalu memandangnya dengan kasih sayang, netra hitam yang selalu memancarkan ketulusan untuknya."Kamu itu hebat. Nggak ada perempuan sesabar kamu. Mulai hari ini jangan ingat hal yang buat kamu sakit, termasuk bunda." Adryan kembali mendekapnya. Jujur saja, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum ke

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 88

    "Finally, dia menampakkan kelaminnya. Dokter Adryan mau punya jagoan." Dokter wanita dengan name tag Sofia begitu telaten menggerakan alat USG pada perut buncit Helsa. Suasana ruangan serba putih yang tadinya hening seketika terasa haru saat dokter paru baya itu memberitahu jenis kelamin janin yang ada pada rahim Helsa. Hari ini Adryan menemani istrinya mengecek kandungan di rumah sakit Mawar Medika, tempat dia mengabdi. Jadi ingat tempat pertama kali mereka bertemu. Adryan merasa bangga ketika dokter Sofia menyebut jagoannya, begini rasanya mau punya anak, ya meskipun begitulah. Adryan mengusap air mata yang mengalir di sudut mata istrinya. Genggamannya pada tangan kecil tidak lepas sejak tadi, Adryan terus berada disamping Helsa. "Serius itu cowok, dok?" Adryan memastikan. "Iya. Papanya aja ganteng, gimana anaknya nanti." Adryan mengalihkan pandangannya pada Helsa yang juga sedang menatapnya, perkataan dokter Sofia sangat menyakitkan bagi istrinya. Lihat bagaimana Helsa menggi

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 89

    Dunianya terasa kosong, hal indah yang baru saja dilewati bersama layaknya pemanis buatan. Pria yang selalu menemaninya, yang selalu mengatakan cinta kepadanya pergi tanpa kabar. Sudah lima hari Adryan meninggalkan rumah tanpa pesan untuk Helsa, membuat wanita yang sedang hamil muda itu uring-uringan di rumah. Kata Marcel, rekan kerjanya yang juga berprofesi dokter, Adryan membuat surat cuti selama tujuh hari. Gila memang, ia meliburkan diri tanpa istrinya. Bagaimana jika Helsa kenapa-kenapa di rumah? Ponselnya mati beberapa hari ini. Helsa bingung harus seperti apa sekarang, begitu pun dengan Jefry yang sedang mencari keberadaan pria itu. Di apartemen miliknya pun kosong, Adryan benar-benar menghilangkan jejaknya. Apa mungkin ia mau pergi dari kehidupan Helsa? Tapi, itu tidak mungkin. Helsa selalu membuang prasangka buruk pada suaminya, Helsa tahu Adryan sangat mencintainya. Lagi dan lagi, wanita itu menangis. Seperti sekarang, dalam dekapan mamanya,

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 90

    Lima hari sebelumnya .... Derap langkah sepatu pantofel begitu menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Perasaan cemas dan gelisa terus menghantuinya, peluh keringat membasahi wajahnya. Dokter Adryan yang seharusnya sudah beristirahat di rumahnya, harus kembali ke Mawar Medika. Dokter Marcell menghubunginya sekitar tiga puluh menit yang lalu saat ia baru saja pulang bersama sang istri. Keadaan Denta memburuk, gadis kecil itu dilarikan ke rumah sakit lagi. Sesampainya di ruang ICU, jeritan tangis menyambutnya masuk ke dalam sana. Semua alat bantu pernapasannya sudah dilepas, wajah gadis kecil itu sudah pucat dan kaku, tangannya sangat dingin. Adryan mengambil Defibrillator, lalu memasang kembali pada beberapa bagian tubuh gadis kecil itu. Tidak lupa ia memasang kembali oksigen, dan mulai menjalankan alat tersebut untuk mengembalikkan detak jantung Denta. "Dokter Adryan, Denta sudah tidak bersama kita," ucap salah satu perawat disana. "AdAdAdryan, cukup! Denta sudah pergi, biarka

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 91

    Akmal bersandar pada kepala ranjang, memeluk erat pacarnya. Tak henti mencium puncak kepala gadis yang selalu ia rindukan, yang selalu ia tunggu kehadirannya. Helsa kembali, gadis itu tidak benar-benar pergi. Helsa menepati janji untuk bersamanya selalu. "Jangan pergi lagi," titah Akmal, ada kerinduan dari sorot matanya. "I miss you," ucap Helsa, tangannya membalas pelukan pacarnya lebih erat. "Sa, anak kita," sebutnya sembari menyentuh perut pacarnya yang buncit. Akmal terlonjak saat mendapat satu tendangan dari janinnya, setitik air mata meluruh, ia terharu. "Kata dokter, jenis kelaminnya cowok," ujar Helsa, mengusap air mata pada pipi laki-laki itu. "Dia bisa jagain aku," tambah Helsa. "Aku juga bisa jaga kamu," tanda Akmal tidak mau kalah. Masa anaknya saja yang bisa menjaga Helsa. "Iya, kamu juga." Keduanya larut dalam perbincangan hangat. Akmal menceritakan keadaan nya semasa ditinggal Helsa. Begitu juga Helsa, banyak hal yang ia ceritakan setelah perpisaha

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 95

    Denting jam dinding berbunyi seiring dengan isak tangis wanita di sampingnya. Adryan mengerjap matanya berulang kali, menoleh ke sang istri yang tertidur. Helsa mungkin tertidur, namun tidurnya sembari menangis. Semenjak mereka menikah, kejadian seperti ini sudah berulang kali Adryan lihat. Alam bawa sadarnya kembali menjerit. Bahkan wanita itu menangis hingga sesegukan, terkadang Helsa akan bergumam menyebut papanya seraya menangis. Lebih parahnya, nama Akmal pernah ia gumamkan. Tapi itu saat sebelum mereka nikah. Adryan menjadi saksi bagaimana hancurnya seorang Helsa yang dikhianati pacarnya. Helsa mungkin tidak pernah menyadari hal tersebut, maka dari itu Adryan tidak pernah membicarakan hal ini Ia membawa Helsa tidur dalam pelukannya, mengusap punggung wanita itu, membisikkan kata-kata penenang. Hingga wanita itu tertidur tanpa menangis. Adryan tahu kebahagiaan yang diberikannya belum bisa menyembukan luka masa lalu istri kecilnya itu. "Jangan nangis, Helsa. Mas disini buat k

Bab terbaru

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 120

    Satu minggu setelah pertemuan Akmal dan Helsa. Devan selalu memberitahu bahwa teman Maminya yang ia panggil om tentara itu selalu mendatangi sekolahnya. Akmal mengetahui sekolah Devan dari Ranaya. Pria itu memaksa Ranaya agar mau jujur. Takut dimarahi Helsa, sebelum Akmal bertemu Devan, Ranaya meminta maaf pada sahabatnya. Helsa tidak menyalahkan Ranaya, sama sekali tidak. Karena dia tahu hal semacam ini akan terjadi. "Jadi, dia sering ke sekolah bertemu Devan?" tanya Adryan. Helsa menjawab dengan anggukan kecil. Sekarang mereka berada dalam satu mobil menuju rumah Mamanya. Seharian ini Devan di rumah Renata. "Kamu nggak marah, kan, kalau Akmal sering ketemu Devan?" tanya Adryan lagi. "Mas tau apa yang paling Helsa takutin disini." Adryan meraih tangan kanan istrinya, mencium punggung tangan itu. "Dia tahu Devan lebih butuh kamu, Sayang." "Mas, apa Helsa cerita sama Mama?" tanya Helsa. "Jangan buat Mama sakit karena hal semacam ini. Kamu tau kan, gimana perasaan Mama sama dia

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 119

    "Mami..!Wanita itu menoleh, tersenyum melihat jagoan kecilnya berlari menghampirinya. Helsa merentangkan tangan, menyambut pelukan Devan. Devan mencium pipi Helsa, lalu mencium punggung tangan wanita itu. "Mami pakai mobil Papi? Mobil Mami kemana? Kok Papi nggak jemput Devan?" tanyanya beruntun. "Lagi di service. Emang salah kalau Mami yang jemput?" Devan mencebik, "Devan kan udah bilang Mami nggak boleh jemput Devan.""Papi lagi sibuk," timpal Helsa. "Mami nggak kerja? Emang Oma nggak marah?" "Nggak. Mami udah ijin sama Oma," sahut Helsa, "ayo kita masuk." Helsa membuka pintu mobil untuk Devan, memakaikan seatbelt untuknya, lalu turut masuk ke dalam. "Kita jemput Papi dulu," kata Helsa. "Papi pulang cepet banget." "Nggak tau, Mami cuma disuruh gitu." Mobil keluar dari parkiran sekolah tersebut, dan melaju dengan kecepatan sedang menuju Mawar Medika. Hari ini mobilnya masuk service, jadi Helsa memakai mobil Adryan. Pria itu pun meminta untuk menjemput Devan sebelum kemba

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 118

    Hari berlalu, bulan pun berganti. Satu tahun sudah Helsa berada di Jakarta. Selain mengurus keluarganya, Helsa pun disibukkan dengan pekerjaannya. Jabatannya yang hanya karyawan biasa di perusahaan Papanya sudah naik satu tingkat menjadi sekretaris Mamanya. Helsa sendiri yang meminta belajar dari bawah dahulu. "Devan-," panggil Adryan. Suasana meja makan terasa hening, biasanya Devan yang selalu banyak bicara. Menceritakan tentang sekolahnya, tentang teman-temannya yang absurd, guru yang cerewet, dan masih banyak lagi."Devandra-," sekali lagi Adryan memanggilnya.Tidak ada sahutan sama sekali, bocah itu malahan turun dengan membawa piringnya hendak makan di pantry dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar deheman pria dewasa tersebut. "Azlan Devandra Van Brawi-," "Ia, Papi," sahut Devan. Jika Adryan sudah menyebut dengan nama lengkapnya, maka Devan tahu Papinya sedang tidak bercanda."Kenapa diemin Maminya dari kemarin, hm?" Devan mendekat pada kursi yang ditempati Ad

DMCA.com Protection Status