'Gila! Orang seperti apa dia sebenarnya? Aku bahkan tidak bisa merasakan kedalaman reikinya sama sekali!' Pikir prajurit utusan Rahman tampak agak canggung saat pertama kali bertemu dengan Awan.Sebelum pergi, komandan mereka sudah menjelaskan sedikit tentang kemampuan Awan.Saat itu, mereka masih meragukan jika Awan sekuat yang digambarkan komandan mereka. Mengingat usianya yang bahkan jauh lebih muda dari mereka.Namun, setelah bertemu langsung dengan Awan, mau tidak mau mereka bisa mengerti kenapa komandan mereka begitu memandang tinggi pemuda di depan mereka tersebut.Jika seorang kultivator tidak dapat merasakan kedalaman reiki seseorang maka kemungkinannya hanya ada dua yaitu antara orang itu benar-benar tidak memiliki reiki atau kemampuannya berada jauh di atas mereka sehingga tidak bisa terbaca.Namun, setelah melihat Awan dan kemampuannya berpindah tempat secara ajaib seperti yang digambarkan Rahman maka kemungkinannya adalah yang kedua, kemampuan Awan berada jauh di atas mer
Hanya saja, memiliki uang saja tidak cukup untuk mendirikan perusahaan apalagi di kota Samarda ataupun di seluruh pulau Kalmata.Erika menjelaskan kalau pasar bisnis di kota Samarda dikelola oleh sebuah serikat dagang atau istilah umumnya serikat dagang.Jika Awan dan Nadya ingin mendirikan perusahaan, mereka harus mendapat ijin dari serikat dagang kota Samarda.Untungnya, Awan dan Nadya tidak perlu repot-repot mencari mereka ataupun sampai harus membuat janji bertemu yang entah kapan waktunya. Karena Erika mengenal langsung ketua serikat dagang kota Samarda.Awan hampir saja lupa kalau Erika adalah putri keluarga Harsya yang merupakan keluarga kelas satu. Tentunya ia memiliki banyak relasi orang-orang penting.Jadi, diputuskan hari itu kalau Erika dan Awan akan pergi menemui ketua serikat dagang kota Samarda berdua. Sementara, Nadya menemani Lona beristirahat di rumah."Baguslah! Paman Sigit bisa bertemu kita hari ini." Ujar Erika senang saat membaca pesan di ponselnya.Ketua Serikat
Sigit segera membuang gengsinya dan bersama istrinya, mereka berdua membungkuk ke arah Awan untuk menunjukkan rasa hormat seperti yang seharusnya mereka lakukan. Hanya saja, mereka terlalu cepat menilai orang dari penampilan luarnya membuat mereka memandang rendah Awan.Sekarang, dengan analisa akurat Awan tentang penyakit mereka, keduanya tidak lagi bisa meragukan kemampuan Awan."Dok-dokter jenius Awan! Mohon maafkan sikap kami sebelumnya. Kami telah keliru menilai anda sebelumnya. Sebagai orang tua, kami hanya menginginkan yang terbaik untuk kesembuhan putri kami satu-satunya dan sempat meragukan anda. Kami mohon anda tidak tersinggung!" Ucap Sigit berterus-terang mengakui kesalahannya.Sebagai seorang pemimpin serikat dagang kota Samarda, Sigit sangat paham bagaimana bertindak sesuai dengan situasi. Saat salah, ia akan mengakui kesalahannya dengan jantan. Itu sebabnya ia bisa mencapai posisinya sekarang tanpa tergantikan.Lalu, dengan sikap rendah hati, keduanya meminta bantuan Aw
"Mr. Sigit, saya harap anda tidak salah paham! Semua ini adalah prosedur yang saya terapkan demi kesembuhan nona Sherin. Anda tahu sendiri kalau kondisi putri anda sangat rentan jadi tidak sembarangan orang asing bisa menyentuhnya atau itu akan memperparah penyakitnya." Ujar dokter Toni seraya melirik sinis ke arah Awan.Meski belum berkenalan dengan Awan, nalurinya mengatakan kalau Awan adalah dokter yang didatangkan Sigit untuk menyembuhkan Sherin. Itu artinya pria itu akan menjadi saringan.Sebagai seorang dokter syaraf terkenal, tentu saja Toni sangat anti ada saingan yang dapat mempengaruhi reputasinya.Sigit mengangguk ringan dan bisa memahami alasan Tomi sehingga ia mengurungkan niatnya untuk memarahi perawat wanita yang telah lancang menegur Awan sebelumnya.Karena itu, Sigit segera berkata pada Toni, "Kalau begitu saya dapat memaklumimya. Tapi, beliau bukan orang sembarangan. Dia adalah dokter jenius Awan.""Saya harap anda jangan tersinggung karena saya mengajak dokter jeni
Suasana menjadi canggung begitu Awan yang acuh tak acuh tidak mengakui Alice sebagai muridnya. Ia bahkan hanya menatap Alice sekilas dan malah tampak kesal karena Alice membuat pengakuan sepihak seperti itu.Gila! Situasi macam apa ini?Bahkan jika kamu tidak pernah menerima Alice sebagai murid sekalipun, paling tidak jangan menolaknya secara langsung di depan umum seperti ini!Anehnya, bukannya marah ataupun kesal karena Awan menolak mengakuinya, Alice justru mengucapkan kalimat yang membuat semua orang semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi."Tidak masalah! Dalam hatiku, aku sudah menganggap anda sebagai guruku. Sampai anda menerimaku, sampai saat itu aku tidak akan pernah menyerah!" Ujar Alice dengan tatapan penuh kekaguman.Gubrak! Toni yang mendengarnya merasa ingin membenturkan kepalanya ke lantai karena saking tidak percayanya.Bukankah ini sama saja cintanya sudah ditolak namun masih nekad untuk berjuang?Toni tidak mengerti apa yang dipikirkan Alice hingga beg
Melihat adiknya terpojok layaknya seorang tersangka dimana semua orang disekelilingnya menatapnya dengan tatapan menghakimi, membuat perasaan Wina sebagai seorang kakak menjadi tidak tega."Dokter jenius Awan, apa sudah pasti penyebab penyakit putri kami adalah guna-guna?""Tidak diragukan lagi! Seratus persen penyebabnya adalah guna-guna." Ujar Awan tanpa ragu.Wina menatap adiknya sejenak dan berkata dengan ragu, "Tapi, tidak mungkin adikku akan sampai hati mencelakai putri kami. Selama ini, Teguh dan Sherin begitu dekat. Kedekatan mereka bahkan lebih erat dibandingkan dengan ayahnya sendiri. Anda tahu sendiri, kami berdua sangat sibuk dengan pekerjaan jadi Teguh lah yang lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Sherin."Selain itu, Wina dan suaminya sudah banyak membantu kehidupan Teguh. Mulai semenjak ia kuliah hingga pekerjaannya sekarang. Karena berkat posisi suaminya sekarang, Teguh bisa menjabat sebagai manajer di salah satu perusahaan di bawah asosiasi serikat dagang ko
"Aaaa.." Wina reflek berteriak ketakutan saat melihat adiknya yang telah berubah seperti iblis pembunuh dan tiba-tiba menyerang ke arah Awan dengan masing-masing jarinya mengeluarkan kuku panjang dan runcing.Bahkan setelah melihatnya secara langsung, Wina masih sulit mempercayai bahwa makhluk mengerikan itu adalah adik kandungnya sendiri. Apalagi, perubahan Teguh tidak hanya pada penampilannya yang terlihat mengerikan tapi juga aura membunuh yang terasa begitu kentara mengelilinginya.Saat serangan Teguh datang, alih-alih menghindar Awan justru terlihat seperti sengaja menantikan serangan tersebut.Karena begitu dua cakar Teguh melesat dari dua sisi depan dan menargetkan titik vitalnya, Awan dengan gerakan tenang dan sangat cepat menjentikkan satu jari telunjuk kanannya tepat menyasar bagian tengah dahi Teguh."Tap!"Dari ujung jari Awan tampak sebuah sinar terang yang kemudian meresap masuk ke dalam kening Teguh. Sebelum akhirnya membuat Teguh yang sedang mengamuk jatuh tersungkur d
"Sayang, ini perusahaan siapa? Kamu ada kenalan di sini?" Tanya Nadya saat Awan membawanya ke sebuah perusahaan.Itu adalah sebuah perusahaan kosmetik terkenal di kota Samarda.Ternyata, saat Sigit dan Wina memberikan perusahaan pada Awan, keduanya tidak menjelaskan kalau perusahaan yang akan mereka berikan ternyata adalah salah satu perusahaan kosmetik terkenal di kota itu.Awan sendiri bahkan juga terkejut saat pertama kalinya mampir ke perusahaan yang sebentar lagi akan menjadi miliknya dan Nadya tersebut.'Astaga! Mereka tidak menjelaskan kalau perusahaannya sebesar ini!' Bathin Awan tercengang.Sebelumnya, saat Sigit mengatakan kalau perusahaan yang akan ia berikan adalah salah satu perusahaan yang ia rintis lama bersama istrinya dan mereka tidak punya cukup waktu untuk mengurusnya. Karena itu mereka memberikan perusahaan tersebut pada Awan.Saat itu, yang terbayang dalam benak Awan adalah perusahaan kosmetik biasa berskala
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekannmereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada sesuatu di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat keduanya melintasi permukaan kolam yang tenang, monster ular yang sedang bersembunyi di bawah kolam langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian si ular. Bahkan dengan serangan seperti itu tidak meninggalkan satu goresan di permukaan kulit ular monster tersebut.Edi tertawa mencemooh, "Hahaha, dia pikir dia siapa? Menyerang binatang spritual ting
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni
Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.