Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan diri yang runcing. Gada berduriberduri terbuat dari batu Pualam Stalaaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salahs satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock berissap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langitencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tan
"Kamu yang bernama Langit?" seseorang bertanya. Dengan nada keras dan tidak bersahabat.Langit yang baru saja menghirup Teh hangatnya, langsung menoleh ke sumber suara. Tiga orang pemuda seusianya, melihatnya dengan tatapan tajam."Iya, ada yang bisa ku bantu?""Oh, tentu saja ada! Ini, terimalah!"Bukk!Sebuah pukulan tiba-tiba mengenai wajahnya dengan keras! Membuatnya terjatuh dari kursi dan terjengkang ke belakang. Beberapa orang di dekatnya memekik tertahan. Situasi Cafetaria yang awalnya ramai tiba-tiba saja berubah menjadi hening dalam sekejap."Hei, Bung! Apa maksudnya ini? Datang-datang langsung main hajar! Apa kamu sudah gila?" Cahyo, teman Langit berteriak sengit, sambil membantu Langit untuk berdiri."Ini bukan urusanmu mata empat, menyingkirlah!""Tapi kelakuanmu...""Sudahlah Cahyo, aku gak kenapa-kenapa," Langit menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah."Gak kenapa-kenapa gimana? Bibir kamu berdarah! Mereka tidak boleh berbuat sewenang-wenang kayak gini, ini anark
"Kamu sudah gila ya? Ngapain kamu bawa gadis itu ke sini? Kamu tahu siapa dia?" Cahyo memaki panjang pendek."Ya aku tahu, dia adalah Angeline, terus kenapa? Masalahnya dimana?""Pertanyaan macam apa itu? Kamu ini bodoh atau gimana? Dia adalah salah satu dari Angel's of Five di kampus kita! Dan kamu bilang masalahnya dimana? Apa kamu tidak kapok dengan wajahmu yang babak belur hampir setiap hari!?""Sabar, Cahyo! Aku hanya menolong dia, gak lebih! Perkara nanti ada orang yang mengklaim pacarnya lalu memukuli ku, itu urusan belakangan! Yang penting aku sudah tolong dia, karena aku gak tega melihat dia pingsan di jalan, dilempar dari mobil!""Ya, kenapa harus kamu yang menolong dia! Kenapa kamu gak pura-pura buta aja, dan biarkan dia disana! Kamu pasti akan selamat dari masalah selanjutnya! Karena aku punya firasat, ini bakal ada buntutnya!""Apa kamu gak punya nurani dengan membiarkan dia terbaring di jalan? Kalau dia dibawa sama orang jahat bagimana? Aku pasti akan menjadi orang yang
"Saranku, sebaiknya kamu jangan kuliah hari ini!" ujar Cahyo sambil memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Langit mengerutkan keningnya. Dia baru saja beres memakai baju, dan bersiap untuk menyisir rambutnya, sambil berkaca di cermin. Seraut wajah gagah rupawan nampak di sana. Wajahnya sendiri.Jujur saja, Langit sedikit bangga dengan wajah dan penampilannya. Wajahnya yang putih bersih, perpaduan antara ras Arya dan Asia. Mata Coklat, alis yang tebal, hidung mancung yang kokoh serta rahang yang kuat. Didukung dengar postur tubuh yang cukup tinggi, berdada bidang dan terlihat proporsional, dengan tinggi badan 178 centimeter! Membuatnya tidak pernah bosan memandang wajah dan penampilannya sendiri di cermin.Apa mungkin karena ini para gadis senang berada di dekatnya, dan sering terlihat mengejarnya, walaupun akhirnya dia harus menerima resiko dipukuli atau di bully oleh para fans dan pacar gadis-gadis cantik tersebut! Ya, mungkin saja begitu. Tunggu, bicara di bully dan dipukuli, bukanka
"Sudah kubilang, jangan masuk kampus hari ini! Kenapa kamu bebal sekali? Lihatlah, lukamu parah sekali hari ini!" "Sudahlah, uhk...Nanti juga sembuh sendiri..." "Kamu percaya diri sekali! Gak akan ada luka yang sembuh tanpa di obati! Lhatlah, sepertinya tulang rusukmu ada yang kena, ini memar sekali Langit! Aku khawatir retak di dalamnya! Ini bahaya! Apa mereka memakai alat untuk menghajarmu?" "Sepertinya iya, ada beberapa menggunakan Keling, tongkat kasti dan sepatu Lars panjang. Ya sudahlah, aku yakin aku akan sembuh besok pagi," "Kita ke Rumah Sakit sekarang! Jangan mengambil resiko dengan eksperimen mu yang konyol itu, memangnya kamu Vampire yang mempunyai regenerasi penyembuhan sel lebih cepat dari manusia biasa? Kita berada di dunia nyata, Langit! Ini bukan film Super Hero ataupun dunia Mutan dan cerita para Dewa! Sadarlah!" "Aku hanya penasaran saja, dan kalau besok aku masih belum sembuh, baru kita ke rumah sakit," "Itu sudah terlambat namanya! Kamu mau lukamu infeksi d
"Aku minta maaf, gara-gara aku, Dave jadi membuat masalah denganmu!" ujar Vania, di balik kemudinya. Wajahnya yang blasteran Indo-Spanyol nampak sangat manis dan menggoda. Dengan mata coklat , serta hidung mancung yang lancip dan bibir merah yang tipis, membuat dirinya memiliki pesona tersendiri. Dia adalah satu dari Angel of Five! "Sudahhlah, gak masalah, lagi pula aku sudah gak kenapa-kenapa," jawab Langit canggung. Cahyo hanya diam sambil pasang muka masam di kursi belakang. Dia tidak mengerti dengan Langit, kenapa masih mau berhubungan dengan gadis-gadia bermasalah dan memiliki beberapa Herder galak di belakangnya! Walau tidak dipungkiri, mereka adalah gadis-gadis sosialita level atas, dengan kecantikan selangit yang menyandang gelar Angel of Five! Tapi tetap saja resikonya besar, dan hampir tidak sebanding! Yang lebih mengherankan, kenapa gadis-gadis ini mau terus-menerus mendekati Langit, padahal pada kenyataannya mereka sudah memiliki pasangan masing-masing! Pasti ada ses
Langit mengerutkan keningnya, di hadapannya seekor kucing dengan tepincang-pincang berlari ke arahnya. Sementara di belakangnya, seorang pria setengah tua nampak mengejarnya dengan gusar. Sebuah tongkat kasti teracung di tangannya. Siap untuk dipukulkan! Langit sudah membayangkan apa yang terjadi dengan kucing itu, jika tongkat kasti ditangan pria paruh baya itu mengenainya! Beruntunglah, kucing itu dengan sigap langsung berlari ke Pelataran Parkir yang luas, dan menghilang di ujung lapangan, lalu belok ke Gedung sebelah. Menyisakan makian kesal pria setengah baya itu. Wajahnya terlihat memerah karena menahan marah. Bukankah itu Pak Jarwis, salah satu Dosen Killer di Kampusnya? "Apa yang kamu lihat? Mau ku pukul juga?" pria itu menatap langit dengan sewot. Langit langsung tergagap. "Eh..ti..tidak pa, maaf saya tidak tahu apa-apa..." Langit langsung menggunakan jurus langkah seribu meninggalkan Pak Jarwis yang masih terlihat marah. "Hei, tunggu! Siapa yang suruh kamu pergi!" P
Cahyo memutuskan untuk pindah kost sore itu juga. Langit tidak mengerti dengan aksi mendadak yang dilakukan kawannya itu. Namun dia tidak bisa menolak keinginan Cahyo yang ingin berpisah kost-an dengannya. Bahkan Cahyo sudah berikrar tidak ingin menjadi temannya lagi! Langit hanya bisa menatap kepergian Cahyo dengan sedih. Dia tidak bisa mencegahnya. Tekad Cahyo sudah bulat. Dia sudah lelah melihat Langit terus menerus membuat masalah. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak akan mau mengurusinya lagi. Sebagai seorang sahabat, Cahyo sudah mengingatkannya berkali-kali. Jangan pernah membuat masalah baru lagi, dengan meladeni permainan gadis-gadis cantik itu. Karena imbasnya tentu saja akan kembali kepada Langit sendiri. Tapi Langit terlalu bodoh dan bebal! Masih mengulangi kesalahan yang sama terus menerus. "Aku tidak iri dengan kamu, walau ada sih sedikit! Tapi intinya aku mengingatkanmu demi kebaikanmu sendiri! Bersikap tegas dan keras kepada mereka, itu jauh lebih baik, dari p