Langit, Cahyo dan Audrey merasakan suatu sensasi yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Berbagai macam perasaan bercampur aduk menjadi satu dalam benak dan hati mereka masing-masing. Rasa takut, khawatir, kagum, dan tidak percaya dengan apa yang terjadi, apa yang dilihat dalam pandangan mereka, menjadikan semuanya adalah sebuah pengalaman nyata yang luar biasa. Tidak bisa dilukiskan dengan kanvas apapun dan tidak dapat di jabarkan dengan kata-kata sepanjang apapun! Di hadapan mereka, di tengah Balairung Istana nampak berdiri tegak beberapa puluh orang dengan pakaian kebesaran yang indah, dan terlihat sangat mahal. Pakaian dengan jubah kebesaran yang berwarna-warni, berhiaskan batu-batu perhiasan mewah dari mulai Berlian dan Mutiara Mutu Manikam yang memancar di setiap jubah mereka, seolah mereka adalah para Pembesar dan Kaum Bangsawan besar yang tengah berkumpul dan sedang mengadakan sebuah Perhelatan Pesta yang sangat Akbar dan fenomenal! Di depannya, di sebuah singgasana
Langit, Cahyo dan Audrey merasakan sakit luar biasa ketika tubuh ketiganya terhempas dengan keras ke lantai! Setelah sebelumnya mereka terangkat oleh sebuah kekuatan hebat yang tidak terlihat, yang dimiliki oleh Ratu Kumala Suci! "Audrey, kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Cahyo sambil tertatih. Berusaha berdiri walau terpincang-pincang. "Ka..kakiku sepertinya patah, ..." keluh Audrey. Dia merasakan sakit di pergelangan kakinya yang bengkak. "Maaf, kalian berdua jadi ikut terkena masalahnya, Cahyo tolong bawa Audrey agak jauh dari sini! Sebaiknya kalian agak mundur ke belakang!" Langit memberi instruksi. Dia merasakan kakinya sedikit bermasalah. Namun dia berusaha untuk berdiri dengan tegak. Dia tidak akan menyerah begitu saja! "Kamu bukanlah tandinganku! Kamu akan mati disini sebagai tumbal kekuasaanku! Naik!" Sang Ratu kembali mengangkat tangannya. Dan Langit kembali terangkat ke udara. Kekuatan Telekinesis yang dimiliknya sungguh luar biasa! Dan sekejap kemudian Langit dilempar
"Kakimu kuat untuk jalan, Audrey?" "Emmh, sepertinya kuat, tapi ..." "Ya sudah, kamu tidak keberatan aku gendong?" tanya Langit terus terang. Wajah cantik Audrey bersemu merah. Tentu saja dia tidak keberatan! "Ayolah, kamu bisa naik di punggungku atau Cahyo, terserah kamu saja!" "Baiklah, semoga aku tidak merepotkan mu!" Audrey dengan segan dan malu-malu naik ke punggung Langit. Menaruh kedua tangannya di pundak Langit dengan ragu-ragu. Cahyo hanya bisa tersenyum masam sambil menghela napasnya. Dia memang tidak akan pernah bisa menang melawan Langit, dalam hal apapun! "Kita akan tiba di bawah dalam satu jam kurang! Cahyo, kamu bisa jalan duluan dan memberi tahu mereka tentang posisi seluruh kawan-kawan kita!" instruksi Langit. Cahyo mengerti. Dia langsung dengan sigap berlari sambil mengacungkan jempolnya. Pertama dia memang ingin segera menolong teman-teman mereka, dan kedua, dia tentu saja tidak mau mengganggu kesenangan Langit dan Audrey yang tengah asyik berdua. "Kamu jan
Satu Minggu berlalu setelah acara Camp Gathering. Kampus sengaja meliburkan mereka yang terlibat dalam kegiatan tesebut, dikarenakan berbagai macam pertimbangan, untuk pemulihan fisik serta mental para Mahasiswa, terutama mereka yang sudah mengalami kejadian-kejadian aneh dan menegangkan, yang susah di nalar oleh logika dan hampir merenggut nyawa dan keselamatan mereka! Dan Cahyo adalah Pahlawan yang tiba-tiba namanya meroket dan terkenal di Kampus. Aksi pemberani dan luar biasanya karena telah berhasil menemukan seratus orang lebih peserta yang tersesat, yang ternyata di sekap di sebuah gua oleh Pengikut Ratu Kumala Suci! Menurut pengakuan sebagian besar dari mereka, hampi semua kelompok tersebut menemukan berbagai macam kejadian aneh dan hampir tidak masuk akal. Dari mulai bertemu dengan kawanan Macan Kumbang, menemukan ular sebesar pohon kelapa, dihalangi oleh segerombolan hewan, termasuk ganngguan Harimau putih besar yang ganas dan menyeramkan, lalu dikejar orang-orang aneh bert
Langit baru saja melangkahkan kaki menyusuri koridor kampus, ketika sebuah bayangan lewat dengan sangat cepat di sampingnya. Langit terkejut, ekor matanya berusaha mengejar arah bayangan tersebut, namun dia hanya melihat sekilas, ketika bayangan berwarna merah itu menghilang tepat di belokan koridor depan yang mengarah ke Toilet di fakultasnya. Alis Langit berkerut heran, dia merasakan sesuatu yang janggal. Sore hari yang nampak sepi ini memang tidak banyak orang berkeliaran di sekitar kampus, paling hanya tersisa beberapa gelintir orang sibuk berolah raga di lapang basket, satu dua nampak bercanda di sudut taman, dan selebihnya berkutat di ruang Eskul masing-masing. Sementara Cafetaria sudah tutup setengah jam yang lalu. Yang menjadi pertanyaan adalah, siapa yang barusan berlari dengan sangat cepat seperti kilat tersebut? Karena setahunya, tidak ada satupun manusia di kampus ini yang mempunyai kemampuan super seperti itu! Apakah ini hanya sekedar khayalannya semata, ataukah memang
"Tuh kan, aku bilang juga apa? Kamu sih telat banget, jadinya kita ketahuan!" ujar Tiffani gusar, wajah cantiknya memucat. "Hei, kenapa jadi nyalahin aku? Bukannya kalian memang sudah merencanakan ini semua? Menjebakku agar ketahuan oleh mereka, lalu..." "Kamu bodoh! Apa untungnya buat aku ngejebak kamu? Aku serius, ada sesuatu yang harus di sampaikan! Ada seseorang yang harus kamu temui malam ini, dan itu sangat penting sekali!" "Oh ya? Sepenting apa?" "Cukup! Gavin dan orang-orangnya sedang menuju kemari, sebaiknya kamu lari sekarang, biar aku yang berusaha mencegah mereka!" ujar Tiffani memperingatkan. Langit menggelengkan kepala. "Aku tidak akan lari. Aku sudah cape menghindar terus dari mereka!" "Apa? Kamu tidak kapok jika mereka menghajarmu...' "Aku, kapok? Hehe, tidak juga. Kenapa tidak kamu saja yang lari? Mereka juga akan memperlakukanmu sama kan? Orang-orang kurang akhlak ini tidak bisa membedakan mana laki-laki ataupun perempuan. Sudah saatnya mereka di buat sadar!
"Fani? Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?" tanya Langit. Fani terus saja tertawa sambil melangkah mundur. Gavin dan anak buah nya menatap heran. "Ada apa dengan dia? Apakah dia... kerasukan?" "Apa maksudmu? Jangan ngawur, mana mungkin dia...." "Lihatlah! Ya Tuhan...!" Shady menunjuk dengan jarinya. Wajahnya terperangah. Diikuti oleh yang lainnya. Mereka semua terkejut dengan apa yang dilihatnya. "Demi Dewa! Apa aku tidak salah lihat, dia...Fani..... Fani...terbang?" Delit ikut membelalakkan matanya dengan lebar. Tubuh Fani tiba-tiba terangkat dan melayang ke udara hampir lima meter! Seperti terbang, kedua kakinya nampak mengambang di atas tanah . Berpijak pada ruang kosong di udara, seolah Gravitasi di sekitarnya berada di titik nol! Rambut dan pakainnya tampak berkibar seperti tertiup angin yang sangat kencang. Wajahnya nampak pucat pasi, dan sesaat matanya terlihat hanya putihnya saja! Lalu beberapa saat kemudian bola matanya kembali ada, dan menatap nyalang kepada orang-o
Langit melangkahkan kakinya dengan santai memasuki asrama kost-annya. Dia sengaja melambatkan langkahnya, karena sejak tadi sore dia merasa ada seseorang atau sesuatu tengah mengikutinya. Dan itu dirasakan olehnya dari sejak sore tadi. Indera perasanya merasakan kehadiran sosok itu. Awalnya Langit berasumsi bahwa yang mengikutinya adalah gadis pucat bergaun merah yang tadi sore di usirnya. Namun dia merasakan ketidaksesuaian aura antara sosok gadis itu, dengan yang mengikutinya sekarang. Indera ke enamnya merasakan aura ini lebih kuat dan lebih mengintimidasi dari pada sosok gadis muka pucat bergaun merah tadi. Langit sudah mencoba mendeteksinya dengan kemampuan yang dia miliki, namun sosok ini mampu menggunakan kamuflase dirinya hingga tidak bisa di terawang dengan baik. Dia hanya merasakan bahwa sosok ini seolah menjaga jarak dengannya, namun dia tidak berhenti untuk terus-menerus mengikutinya. Sampai ke pintu kamar kost-annya saat ini. "Siapapun kamu, jika kamu bermaksud baik,
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi