Semua anak buah Abiyaksa yang sudah kehilangan jejak, lekas kembali untuk memberitahukan hal demikian.
Akan tetapi satupun diantara mereka tidak menyangka, kalau Abiyaksa juga Acarya sudah tergeletak tiada bernyawa.
Karena tahu pelakunya tidak lain adalah Suro Barong, mereka berniat untuk menuntut balas.
"Ketua saja bisa dikalahkan dengan mudah, apalagi kita pengikutnya," celetuk Nayan salah satu anak buah Abiyaksa.
Pendapatnya tersebut tidak dapat disalahkan, karena fakta jelas terlihat di hadapan mereka sendiri.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Gentong masih bersikeras untuk menuntut balas.
"Tenang saja, aku punya rencana yang bagus," timpal Nayan dengan senyuman licik.
Usut punya usut, Nayan berencana memberitahukan perbuatan Suro Barong terhadap Balung Wesi.
Memang saat ini Suro Barong merupakan pendekar yang sengaja dibayar oleh Balung Wesi, dengan berbagai syarat dan perjanjian di atasnya.
Kebetulan salah
Belum mencapai kesepakatan, siluman ular menggunakan kesempatan itu untuk menyerang.Beruntung meski Arya tidak dapat melihatnya, masih bisa merasakan serangan tersebut dan menghindar.Meskipun demikian, serangan kedua siluman ular berhasil membuat Arya terjatuh cukup keras.Bahkan sedikit darah mulai terlihat di ujung bibir Arya, akibat serangan siluman ular itu."Sialan, andai saja aku bisa melihatnya," pekik Arya dalam hatinya."Sudah ku bilang, biarkan aku menguasai tubuhmu!"Wangun Genta Pati tidak ingin Arya kehilangan nyawa, karena secara langsung juga berarti kematian baginya.Untuk itulah sebisa mungkin dia harus segera menguasai tubuh Arya, supaya lolos dari bahaya tersebut.Namun Arya yang belum mempercayai Wangun Genta Pati sepenuhnya, terus menolak walau sudah mengalami luka."Untuk kali ini saja, agar siluman tengik itu lekas binasa." lagi-lagi Wangun Genta Pati membujuk Arya.Merasa tidak ada
Tanpa siluman ular sadari, rupanya Arya memang sengaja tertelan dengan mudah.Tentu saja dia memiliki rencana bagus, untuk menyerang siluman ular dari dalam tubuhnya.Maka pantas saja, kalau saat ini siluman ular merasakan sakit yang teramat sangat di dalam tubuhnya.Hal itu mungkin karena serangan yang dilakukan oleh Arya, dengan memukuli atau bahkan berniat merobek tubuh siluman ular.Seraya terus meraung kesakitan siluman ular berpikir, bagaimana bisa manusia biasa dapat melihat dan melakukan serangan terhadapnya.Satu hal yang tidak dia ketahui, adalah dengan di kuasainya tubuh Arya oleh energi Wangun Genta Pati, maka mata batin Arya secara langsung akan terbuka.Apalagi kalau Arya bisa menguasai energi tersebut, mungkin siluman jenis apapun akan mudah dia kalahkan.Contohnya saja kejadian saat ini, Arya bisa mengimbangi bahkan mengalahkan siluman ular sekalipun."Bruusssh ....""AAAAAK ...."Robekan di perut
"Ratih, siapa dia?" sergah Ki Walungan yang tidak lain adalah ayah Ratih."Nanti saja penjelasannya," balas Ratih tergesa membawa Arya masuk.Seolah membaca situasinya, Ki Walungan langsung ikut memapah Arya yang sudah sangat kelelahan.Ditambah lagi, dari ujung mulut Arya tampak sedikit darah tersisa setelah tadi muntah.Kemudian keduanya langsung membaringkan tubuh lemah pemuda tersebut, guna lekas beristirahat."Apa yang sebenarnya terjadi?" selidik Ki Walungan.Ratih menjelaskan pertemuan mereka sejak awal, dari mulai Arya bersembunyi di rumahnya hingga perginya pemuda tersebut ke goa seberang.Mendengar hal itu, Ki Walungan terperanjat kaget. Mungkin dia tidak mengira, betapa beraninya Arya memasuki kawasan siluman yang amat bahaya.Namun dia sadar yang terpenting saat itu, adalah segera mengobati luka Arya bagaimanapun caranya.
Bersamaan dengan hal tersebut, Arya terus berjalan menuju sebuah desa yang di sarankan oleh Ki Walungan.Konon desa tersebut terkenal dengan masyarakat yang baik, meskipun berada di bawah pimpinan Adipati yang serakah.Sebut saja desa Malaka, sebuah wilayah yang cukup luas dengan Adipati bernama Walang Geni.Benar saja, sesampainya Arya di tempat tersebut, langsung mendapatkan sambutan baik dari salah seorang warga."Anak Muda, sepertinya kau sedang terluka?" terka Kuntala pada pemuda asing yang kebetulan dia temui di pinggiran desa Malaka."Bagiamana kau tahu Kek?""Terlihat dari raut wajahmu, seolah sedang menahan rasa sakit yang mendalam," ucapnya setelah melihat wajah Arya tampak pucat."Lebih baik kau ikut denganku!" imbuhnya menawarkan bantuan.Seraya mengikuti langkah kakek di depannya Arya bergumam,"ternyata perkataan Ki Walungan,
"Sebenarnya aku bermaksud membawa seseorang yang berbakat kehadapan Gusti Adipati, namun dia berhasil melarikan diri.""Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Suro Barong!""Kau bisa percaya setelah melihatnya sendiri," tukas Suro Barong, berharap Gurah Nana termakan dengan rencananya.Setelah menambahkan beberapa bumbu penghasut, Gurah Nana akhirnya termakan perkataan Suro Barong.Tidak main-main, Suro Barong menyebut seseorang yang berbakat tersebut, bisa menjadikan kekuasaan Adipati Balung Wesi semakin berjaya.Maka tidak aneh, kalau pada akhirnya Gurah Nana meminta Suro Barong untuk mencari orang tersebut bersamanya.Niat Gurah Nana yang semula hendak membawa Suro Barong, berubah haluan menjadi mencari keberadaan orang berbakat yang dimaksud.Tentu saja hal itu dia lakukan semata demi kejayaan Adipati Balung Wesi, si penguasa yang sangat dia hormati."Kalai begitu, kita harus bersiap untuk melakukan perjalanan ke desa Malaka."
Dengan gelagapan lelaki tua yang di tangkap anak buah Suro Barong menjawab, "sa-saya ti-tidak mengerti maksud tuan."Tidak puas dengan jawaban tersebut, Gurah Nana terus mendesak tanpa henti hingga membuat lelaki itu kencing karena merasa ketakutan."Tuan, kita bunuh saja dia," ucap salah satu anak buah Suro Barong memberi saran.Ketakutan yang dialami oleh lelaki tua itu semakin terasa, bahkan dia hampir kehilangan kesadarannya."Kau dengar bukan? jika kau tidak mengatakan yang sebenarnya, maka aku akan membunuhmu," sergah Gurah Nana sembari memegang dagu si lelaki tua.Namun memang pada kenyataannya, lelaki tersebut tidak mengetahui sedikitpun mengenai keberadaan orang asing yang tidak lain adalah Arya.Terlebih dia hanya warga biasa yang hanya akan menolong seseorang, tanpa menyuruh untuk tinggal di kediamannya.Hal itu dia lakukan karena keadaannya yang tidak memungkinkan, bisa dibilang selama ini pun dia hanya menumpang.M
"Tanpa kau pinta pun, kami akan segera menghabisimu," balas Gurah Nana seraya menghentakkan kaki menerjang pendekar berambut panjang.Terjadilah pertarungan cukup sengit di antara keduanya, menimbulkan decak kagum bagi siapapun yang melihatnya.Dua pendekar kepercayaan masing-masing Adipati penguasa desa, memang tampak hebat dengan kemampuan bertarung luar biasa.Sementara itu, Suro Barong yang semula seperti berniat ikut dalam pertarungan tersebut hanya menyimak dari kejauhan.Seperti yang telah kita ketahui, mungkin dia masih merencanakan sesuatu yang busuk kala itu."Ini akan menguntungkan bagiku," ucapnya dalam hati sembari tersenyum penuh kelicikan.Selain memiliki kemampuan bertarung yang baik, Suri Barong juga terkenal dengan pemikirannya yang licik.Segala cara akan dia lakukan, semata demi mencapai sebuah tujuan yang dia inginkan.Jangankan lawan, kawan saja bisa dia jadikan sebagai tumbal jika semua itu di perlukan.
Arya Wiguna yang semula menilai kakek tua itu sebagai warga biasa, tertegun beberapa saat sembari berpikir,"siapa Kakek ini sebenarnya?"Namun seolah mengetahui apa yang di pikirkan anak muda dihadapannya, kakek itu kembali menegaskan ucapan tadi."Kau memiliki hati yang tulus, namun energi seseorang terus berusaha menggerogoti hal itu," tandasnya.Padahal sejak pertama kali Arya bertemu dengannya, sekalipun belum pernah menceritakan sesuatu yang terdapat di dalam dirinya."Jika Kakek ini orang biasa, mana mungkin dapat mengetahui tentang diriku sejauh itu," pekik Arya dalam hati."Tidak perlu heran, aku bahkan mengetahui asal-usul mu anak muda.""Ba-baik Kek," balas Arya terbata karena semua ucapan kakek tersebut.Kemudian tanpa berlama-lama lagi, kakek itu menjelaskan beberapa hal yang harus Arya lakukan.Tentu saja semuanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Arya dalam mengendalikan energi Petapa yang bersemayam pa
Lantas dengan segera Arya kembali ketempat dimana Ruyung berada, yang kebetulan di sana tengah terjadi pertarungan antara si kakek dengan pendekar pengguna jurus siluman harimau. "Ruyung! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Arya sembari berjongkok melihat luka Ruyung. "Aku hanya terluka sayat saja," balas Ruyung. Setelah dengan benar memastikan luka Ruyung, Arya berniat langsung membantu si kakek untuk segera mengalahkan pendekar pengguna jurus siluman harimau. Akan tetapi si kakek tidak mengizinkannya, karena si kakek tahu kondisi Arya juga sudah kelelahan dan hampir mencapai batasnya. Untuk itu si kakek menyarankan Arya, supaya segera mengoleskan ramuan obat terhadap luka Ruyung. Hal itu si kakek lakukan semata untuk berjaga, kalau kalau musuh yang berhasil melukai Ruyung menggunakan racun. Tanpa bertanya apa alasan si kakek, Arya mengikuti apa yang di katakan demi keselamatan Ruyung kala itu. Terlebih Arya tidak ingin kehilangan rekan untuk kedua kalinya, karena bagi dia kehilan
Sejak lama Arya memang sudah terkenal gigih dalam berlatih, sehingga tampa energi Wngun Genta Pati saja dirinya tetap mampu bertarung dengan baik. Akan tetapi saat ini kemampuan Arya lebih hebat, karena memiliki energi petapa sakti itu dalam dirinya. Hanya saja, sering kali Arya harus kehilangan kesadaran, mengingat energi itu lebih kuat daripada kemampuan Arya itu sendiri. Beruntung belum lama Arya bertemu dengan si kakek, yang sedikit demi sedikit melatih Arya untuk dapat mengontrol energi kuat milik petapa tersebut. Tidak heran lawannya kali ini sampai memuji kemampuan bertarung Arya, karena bagaimanapun Arya sudah berhasil bertahan cukup lama. "Kalau begitu aku akan mulai serius menghadapi mu, anak muda!" Ujar lelaki yang kini berhadapan dengan Arya. Bersamaan dengan pertarungan tersebut, Ruyung rupanya mengalami kesulitan dalam menghadapi lawannya kali ini. Alhasil paha kanan terluka akibat sabetan parang musuh, hingga mengeluarkan banyak darah. Jangankan untuk bergerak c
Setelah Ruyung memastikan sendiri siapa sebenarnya orang yang berada di balik bilik, dia tidak menemukan siapapun."Bagaimana? Apa kau menemukan seseorang?""Tidak Guru," balasnya.Aneh memang, sejak Arya dan tiga lainnya memutuskan untuk beristirahat, mereka tidak melihat lagi tiga palang pintu perbatasan desa Sukarama.Hal ini jelas menimbulkan kecurigaan, terlebih mereka adalah musuh yang rencananya masih tidak dapat diperkirakan.Meskipun sebelumnya berkata kalau mereka menyerah, tetap saja akan lebih baik Arya tetap waspada.Untuk itu Arya sepakat dengan yang lain, untuk membagi tugas guna meminimalisir apapun yang membahayakan nanti.Kebetulan orang yang pertama kali berjaga adalah rekan Ruyung, dan berikutnya adalah Ruyung sendiri.Singkat cerita, hampir setengah dari waktu malam sudah terlewati. Sesuai kesepakatannya, kini giliran Ruyung untuk berjaga.Namun ada sat
Rupanya lelaki berambut kuncir itu tidak dapat melakukan apapun, malah justru dia harus terlempar beberapa meter akibat terkena serangan Panca.Bukan hanya itu, panas energi tenaga dalam yang Panca keluarkan telah berhasil merobek baju bahkan kulit tubuh lelaki tersebut."Si-siapa sebenarnya pemuda ini, sial."Lelaki berambut kuncir mencoba bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki, tentu saja dengan menahan rasa sakit akibat sedikit sayatan pada tubuhnya.Belum juga berdiri dengan benar, Panca alias Arya sudah berada tepat di hadapannya.Kedua kalinya lelaki berambut kuncir terkejut dengan kecepatan yang Panca miliki, bahkan sedikitpun dia tidak menyadari sejak kapan Panca berdiri.Terlebih gumpalan energi berada tepat di depan muka lelaki itu, yang jelas membuat nyalinya ciut sampai mengeluarkan air kencing di celana.Dengan cepat kedua rekannya tiba lalu bersujud, demi memohon ampunan supay
"Kami hanya pengelana, Tuan." Balas Ruyung beralasan.Namun tiga orang yang menangkap basah mereka, sepertinya tidak dapat menerima alasan tersebut.Bahkan jelas terlihat dari wajah ketiganya, memiliki niat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan sebuah pertarungan.Awalnya baik Ruyung maupun yang lainnya, memilih untuk membicarakannya secara baik-baik.Akan tetapi respon ketiga orang itu, justru bertolak belakang dengan keinginan Ruyung dan lainnya."Tenang saja, kami tidak akan melakukan kekacauan. Karena tujuan kami, hanya untuk sekedar membeli beberapa bahan makanan."Ruyung kembali beralasan, dengan harapan ketiga orang itu menerima alasannya kali ini.Seperti sebelumnya, tiga orang tersebut malah terlihat semakin geram. Dan menganggap percakapan di antara mereka, hanya buang-buang waktu saja.Melihat tiga orang itu mengeluarkan pedang, tidak serta merta membuat Ruyung dan lain
"Bajingan! Siapapun kau, aku pastikan akan mati dengan sangat menyedihkan." Ujar Adipati sembari mengepalkan kedua telapak tangannya.Berulang kali Adipati tersebut nengirimkan pendekar bayaran, akan tetapi selalu tetjadi hal yang sama.Arya selalu menggagalkan setiap rencana Adipati secara sembunyi-sembunyi, guna keberadaannya tidak terlalu mencolok dan mudah ditemukan.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat sudah hapal betul dengan siapa yang sudah membantu mereka selama ini.Bahkan secara terang-terangan mereka mengucapkan terima kasih. Karena sejak Arya berpijak di desa tersebut, keadaan para petani berangsur membaik.Hal ini berbanding terbalik dengan penghasilan Adipati, yang biasanya mendapatkan hampir 95 persen hasil pertanian masyarakat desa Marga."Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kekayaanku terancam," gerutu Adipati semakin merasa tidak nyaman.Sementata itu, seorang k
Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Tunggul Ametung mendapatkan luka sayatan pada tubuh bagian depan.Walau tidak terlalu dalam, tetap saja luka itu sungguh menjadikan Tunggul Ametung merasa terpukul.Entah berapa pendekar yang sudah dia habisi sejauh ini, dan Tunggul Ametung tidak pernah menderita luka sedikitpun."Bajingan! Kau sudah berani membuat tubuhku terluka. Ku bunuh kau Bangsat!""Salah sendiri, tidak menghindari serangan ku."Lantas keduanya kembali mengayunkan senjata mereka masing-masing, percikan cahaya kekuningan beriringan suara dua benda tajam beradu.Andai saja itu bukan Arya, mungkin sudah sejak awal dapat dikalahkan oleh Tunggul Ametung.Bagaimana tidak, kapak besarnya masih saja bisa Arya imbangi dengan pedang yang bahkan bukan miliknya sendiri.Sementara pertarungan Arya berlangsung, Ruyung juga Katimus meminta anak yang ditawan untuk segera kembali pada oran
"Apa kalian orang yang sudah menganggu kedamaian desa ini?" Sergah Tunggul Ametung menyambut kedatangan tiga orang asing."Tentu saja tidak, kami hanya kebetulan lewat saja," timpal Arya dengan wajah polosnya."Memangnya apa urusan kalian di desa ini?" Selidik Tunggul Ametung merasa curiga dengan tiga orang asing tersebut."Kami hanya tidak tega melihat anak di bawah umur, kau seret dengan paksa," tandas Arya.Sedikit tersinggung dengan ungkapan itu, amarah Tunggul Ametung mulai memanas, bergejolak ingin menghabisi pemuda tersebut.Meskipun Tunggul Ametung belum mengetahui kalau memang pemuda itu yang sedang dia cari, tidak pantas membuatnya untuk berhenti.Kapak besar yang awalnya seperti pajangan punggung saja, diayunkan membelah angin hingga menimbulkan sebuah bunyi menyerupai desis.Sayangnya hal itu belum cukup untuk membuat Arya gentar, sebaliknya dia cukup percaya diri dengan kemampuan
Maka rasanya sangat pantas, kalau mereka mendapatkan perlakuan seperti apa yang di lakukan Arya.Satu demi satu para pesuruh Adipati desa Marga di cegat, lalu mereka hilang tanpa kabar berita.Sampai akhirnya Adipati bertanya-tanya, mengapa berulang kali pesuruh nya tidak kembali."Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin warga mulai bertingkah?"Untuk menjawab semua itu, Adipati dengan segera memutuskan memanggil beberapa pendekar yang sudah lama tunduk padanya."Hormat kami Adipati, apa gerangan yang bisa hamba lakukan?" tanya Tunggul Ametung sembari memberi hormat.Tunggu Ametung merupakan seorang pendekar pilih tanding, yang sengaja dipilih sebagai ketua dari beberapa pendekar bayaran lainnya.Sebelumnya dia belum pernah turun tangan, karena masalah selalu bisa diselesaikan oleh pendekar yang kemampuannya lebih rendah.Namun kali ini, keadaan sepertinya memaksa Tunggul Ametu