Beranda / Pendekar / ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH / EMPAT BERANDAL VS KAKEK

Share

EMPAT BERANDAL VS KAKEK

Penulis: GANDARA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-04 12:00:37

"Tidak penting siapa itu, yang pasti aku harus segera membawa Arya pergi," gumam si kakek seraya membawa tiga kelinci bakar.

Namun belum juga beranjak, empat orang brandal menyergap si kakek tepat dari arah depan.

"Hahahaha, mau kemana kau Kakek?" sergah salah satu dari keempat berandal tersebut.

"Jangan harap kau bisa pergi tanpa cacat sedikitpun," sambung laki-laki berkepala plontos itu.

Si kakek hanya diam tidak mengerti. jangankan punya masalah, bertemu dengan mereka saja baru pertama kali.

"Tunggu, apa aku pernah melakukan kesalahan terhadap kalian?" tanya si kakek memastikan.

"Jelas kau salah, karena berada di sekitar tempat persembunyian kami," balasnya.

Mungkin mereka tidak mau tempat persembunyiannya ada yang mengetahui, dan keberadaan si kakek jelas menjadi ancaman tersendiri.

Ditambah lagi mereka berpikir kalau si kakek akan membocorkan keberadaan mereka di hutan tersebut.

Oleh karena itulah mereka hendak meng

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   LAWAN JADI BAWAHAN

    Benda bilah tajam tidak hentinya mengarah pada tubuh seorang kakek tua di tengah hutan, mengusung nafsu pengguna tanpa rasa belas kasihan.Amarah tampak jelas tersorot tajam dari dua mata, tidak hentinya mencari satu kesalahan lawan di hadapan.Alangkah buruknya niatan seorang pemuda, ingin segera melenyapkan si tua sebelum waktunya.Sebaliknya tidak peduli seberapa keras musuh mencoba, seorang kakek tua terus menyeringai enggan mendapat sayatan.Tanpa disadari, upaya si kakek ternyata semata menguras energi si kepala plontos, guna membuatnya kalah dengan kelelahan.Sejauh ini upayanya itu berhasil, hingga membuat nyawanya masih terjaga pada raga yang sudah mulai tua."Anak muda, kalian cukup hebat. Sayang jika kemampuan bertarung kalian hanya digunakan untuk hal seburuk ini," celetuk si kakek.Bukannya mendengarkan, si kepala plontos malah merasa lebih marah lagi.Namun seolah menunjukkan pribadi yang berbeda, si kakek dapat m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PERUBAHAN SIKAP

    "Kenapa kalian masih mengikuti saya?""Maaf, beginilah layaknya murid terhadap seorang guru," jawab si kepala plontos yang sekarang di kenal dengan nama Katimus.Walau mereka sudah menyatakan diri sebagai murid si kakek, tetap saja hati kecil si kakek merasa khawatir.Karena bukan tidak mungkin kalau mereka hanyalah berpura-pura, demi menemukan tempat Arya.Oleh karena itulah si kakek masih sedikit ragu, dan kembali ke goa dengan penuh kehati-hatian.Bagaimanapun keselamatan Arya adalah hal yang paling utama, maka dari itu tidak boleh ada satupun kesalahan."Guru, sepertinya ada hal yang anda khawatirkan. Bolehkah kami mengetahuinya?" tanya Katimus."Tapi maaf Guru, jika pertanyaanku lancang," sambungnya.Masih menaruh sedikit curiga, si kakek enggan menjawab pertanyaan tersebut."Tidak ada apa-apa," elak si kakek menyembunyikan sesuatu.Tidak berhenti sampai di situ, si kakek meminta mereka hanya menunggu d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BERLATIH ILMU KANURAGAN

    Percaya atau tidak, si kakek mulai berharap kalau keempat murid barunya dapat bekerja sama dengan baik.Selain itu, si kakek juga berniat menguji seberapa kuat mental mereka kalau dipaksa berjaga siang dan malam."Guru, mengapa kau melakukan semua ini hanya untuk orang yang bahkan tidak jelas asal-usulnya?" tanya Katimus."Kau salah Katimus, aku justru memiliki firasat kalau dia akan menjadi pendekar paling kuat di masa depan kelak," tandas si Kakek."Suatu saat nanti, mungkin aku pun tidak akan sanggup menghadapinya," sambungnya.Lantas si kakek menanyakan sejauh mana perkembangan para penguasa, saat mengetahui kabar kematian Gurah Nana.Seketika Katimus menjelaskan, kalau keadaan baik-baik saja berkat siasat Suro Barong kala itu.Bahkan kabar mengenai pengangkatan Suro Barong menjadi tangan kanan Adipati, tidak luput dia utarakan."Bagai

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   AKAL LICIK GARUNG

    Sebelumnya memang sudah diperingatkan, kalau Arya tidak perlu memaksakan.Namun karena dia bersikeras, akhirnya tubuhnya tak kuasa lagi menahan kelelahan sampai membuatnya jatuh tersungkur."Tidak Kek, mungkin aku hanya lelah saja.""Sudah ku bilang jangan memaksakan, sekarang lebih baik kau istirahat.""Baik, Kek."Bersamaan dengan hal itu, Katimus meminta tiga rekannya yang lain untuk mencari persediaan makanan.Bagaimanapun perut yang kosong hanya akan membuat latihan terhambat, parahnya lagi mereka bisa saja ambruk kekurangan asupan makanan."Terima kasih, Katimus," ujar si kakek merasa terbantu dengan keberadaan empat muridnya."Justru kami yang harus berucap demikian, karena anda sudah menerima kami sebagai murid," tandas Katimus.Sembari beristirahat, Arya kembali meminum ramuan guna menjadikan tubuhnya semakin puli

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MENGHINDARI BAHAYA

    "Peduli setan dengan sumpah kalian, bagiku yang terpenting adalah kepingan emas.""Baiklah. Jika memang itu sudah menjadi keputusanmu, kami akan kembali," sahut Ruyung sembari berbalik.Garung yang sepertinya tidak puas akan pilihan Ruyung juga satunya, mencegat mereka dengan raut wajah kesal.Selian itu, Garung juga mengeluarkan pedang seolah bersiap menghabisi dua orang tersebut.Tanpa aba-aba, Garung mengayunkan pedang tepat ke arah leher Ruyung. "Kau harus mati!" ucapnya dengan sorot mata tajam.Mendapati benda bilah tajam menempel pada lehernya, Ruyung hanya diam penuh ketenangan."Benar, lebih baik aku mati daripada harus mengkhianati rekan sendiri," balasnya."Kalau begitu, matilah!" teriak Garung."Hiaaaat!""Blubh."Sesaat sebelum pedang itu berhasil menebas leher Ruyung, Garung terjatuh akibat tendangan Rondang."Cuih, sialan kau Rondang! apa kau juga ingin mati?" geram Garung.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-12
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PERTARUNGAN DI HUTAN

    Karena bukan tidak mungkin, kalau Garung sudah mempersiapkan berbagai hal demi mendapatkan kepingan emas sebagai imbalan."Apa kau sudah tidak sanggup?" terka si kakek mendapati Arya bersandar pada salah satu pohon besar.Dari raut wajah serta keringat yang bercucuran saja sudah terlihat, kalau Arya memang tidak akan dapat melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi.Demi membuktikan kesetiaan, Katimus mengajak Ruyung untuk membopong Arya bersama-sama."Tinggalkan saja aku seorang diri," ucap Arya tidak mau menyusahkan orang lain."Mana mungkin kami bisa melakukan hal seburuk itu, bukankah kita sudah menjadi saudara sejak menjadi murid Guru?" balas Katimus meyakinkan.Arya tersenyum lega, kalau ternyata ketiga murid si kakek tidak seburuk yang dikira.Meskipun perjalanan mereka sedikit melambat, setidaknya masih bisa memperjauh jarak dari tempat sebelumnya.Ditambah lagi beberapa jebakan sengaja di buat, guna menghambat siapapun yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-14
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   KEKALAHAN GARUNG

    Di tengah pertarungan yang cukup sengit, para pendekar terhenti mendengar teriakan tersebut.Entah apa yang dipikirkan Arya, sehingga membuatnya berteriak demikian.Apa mungkin dia tidak ingin melihat pertumpahan darah? Ataukah memiliki rencana lain di baliknya.Pada saat yang bersamaan, para pendekar bawahan Garung menggunakan kesempatan untuk membawa beberapa rekannya yang terluka."Ada apa Arya?""Kakek, pertarungan ini tidak seharusnya terjadi."Sementara Garung yang mendengar perkataan itu, mengira kalau Arya akan menyerahkan diri demi rekan-rekannya.Wajahnya terlihat penuh harap, kalau apa yang dia pikirkan akan menjadi kenyataan.Akan tetapi, yang terjadi justru di luar dugaan. Arya justru meminta musuhnya itu untuk tidak melanjutkan pertarungan.Selain itu, Arya juga menjelaskan kalau pertarungan yang sedang mereka lakukan hanya akan menguntungkan Suro Barong."Apa kalian tidak menyadarinya?" terka

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   AIR TERJUN LARANGAN

    Mungkin ucapan tersebut keluar karena perilaku Arya yang jauh berbeda, jika di bandingkan dengan pendekar pada umumnya.Terlebih Arya melakukan hal itu, adalah untuk mereka yang sebelumnya berniat buruk dan ingin menangkap Arya.Setelah cukup jauh melakukan perjalanan, Arya yang sudah tertatih sejak tadi mempertanyakan tujuan mereka.Lantas si kakek tidak serta merta memberitahunya secara detil, malah dia meminta agar mereka mempercepat langkah."Guru, mungkin Arya tidak sanggup lagi untuk berjalan.""Tenang Ruyung, ini juga merupakan ujian baginya untuk bertahan hidup," balas si kakek memiliki tujuan tersendiri."Jika karena hal ini saja dia mati, apa bedanya nanti," imbuh si kakek.Setelah mendengar ucapan itu, tidak ada satupun diantara mereka yang melontarkan pertanyaan lagi.Sampai akhirnya mereka sampai di pinggiran sungai, yang ternyata tidak jauh dari situ terdapat air terjun.Konon air terjun itu bernama Banyu L

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18

Bab terbaru

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   AKHIR PERTARUNGAN

    Lantas dengan segera Arya kembali ketempat dimana Ruyung berada, yang kebetulan di sana tengah terjadi pertarungan antara si kakek dengan pendekar pengguna jurus siluman harimau. "Ruyung! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Arya sembari berjongkok melihat luka Ruyung. "Aku hanya terluka sayat saja," balas Ruyung. Setelah dengan benar memastikan luka Ruyung, Arya berniat langsung membantu si kakek untuk segera mengalahkan pendekar pengguna jurus siluman harimau. Akan tetapi si kakek tidak mengizinkannya, karena si kakek tahu kondisi Arya juga sudah kelelahan dan hampir mencapai batasnya. Untuk itu si kakek menyarankan Arya, supaya segera mengoleskan ramuan obat terhadap luka Ruyung. Hal itu si kakek lakukan semata untuk berjaga, kalau kalau musuh yang berhasil melukai Ruyung menggunakan racun. Tanpa bertanya apa alasan si kakek, Arya mengikuti apa yang di katakan demi keselamatan Ruyung kala itu. Terlebih Arya tidak ingin kehilangan rekan untuk kedua kalinya, karena bagi dia kehilan

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   LUKA RUYUNG

    Sejak lama Arya memang sudah terkenal gigih dalam berlatih, sehingga tampa energi Wngun Genta Pati saja dirinya tetap mampu bertarung dengan baik. Akan tetapi saat ini kemampuan Arya lebih hebat, karena memiliki energi petapa sakti itu dalam dirinya. Hanya saja, sering kali Arya harus kehilangan kesadaran, mengingat energi itu lebih kuat daripada kemampuan Arya itu sendiri. Beruntung belum lama Arya bertemu dengan si kakek, yang sedikit demi sedikit melatih Arya untuk dapat mengontrol energi kuat milik petapa tersebut. Tidak heran lawannya kali ini sampai memuji kemampuan bertarung Arya, karena bagaimanapun Arya sudah berhasil bertahan cukup lama. "Kalau begitu aku akan mulai serius menghadapi mu, anak muda!" Ujar lelaki yang kini berhadapan dengan Arya. Bersamaan dengan pertarungan tersebut, Ruyung rupanya mengalami kesulitan dalam menghadapi lawannya kali ini. Alhasil paha kanan terluka akibat sabetan parang musuh, hingga mengeluarkan banyak darah. Jangankan untuk bergerak c

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PERTARUNGAN TIGA LAWAN TIGA

    Setelah Ruyung memastikan sendiri siapa sebenarnya orang yang berada di balik bilik, dia tidak menemukan siapapun."Bagaimana? Apa kau menemukan seseorang?""Tidak Guru," balasnya.Aneh memang, sejak Arya dan tiga lainnya memutuskan untuk beristirahat, mereka tidak melihat lagi tiga palang pintu perbatasan desa Sukarama.Hal ini jelas menimbulkan kecurigaan, terlebih mereka adalah musuh yang rencananya masih tidak dapat diperkirakan.Meskipun sebelumnya berkata kalau mereka menyerah, tetap saja akan lebih baik Arya tetap waspada.Untuk itu Arya sepakat dengan yang lain, untuk membagi tugas guna meminimalisir apapun yang membahayakan nanti.Kebetulan orang yang pertama kali berjaga adalah rekan Ruyung, dan berikutnya adalah Ruyung sendiri.Singkat cerita, hampir setengah dari waktu malam sudah terlewati. Sesuai kesepakatannya, kini giliran Ruyung untuk berjaga.Namun ada sat

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BAYANGAN HITAM

    Rupanya lelaki berambut kuncir itu tidak dapat melakukan apapun, malah justru dia harus terlempar beberapa meter akibat terkena serangan Panca.Bukan hanya itu, panas energi tenaga dalam yang Panca keluarkan telah berhasil merobek baju bahkan kulit tubuh lelaki tersebut."Si-siapa sebenarnya pemuda ini, sial."Lelaki berambut kuncir mencoba bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki, tentu saja dengan menahan rasa sakit akibat sedikit sayatan pada tubuhnya.Belum juga berdiri dengan benar, Panca alias Arya sudah berada tepat di hadapannya.Kedua kalinya lelaki berambut kuncir terkejut dengan kecepatan yang Panca miliki, bahkan sedikitpun dia tidak menyadari sejak kapan Panca berdiri.Terlebih gumpalan energi berada tepat di depan muka lelaki itu, yang jelas membuat nyalinya ciut sampai mengeluarkan air kencing di celana.Dengan cepat kedua rekannya tiba lalu bersujud, demi memohon ampunan supay

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   SAMBUTAN PALANG PINTU SUKARAMA

    "Kami hanya pengelana, Tuan." Balas Ruyung beralasan.Namun tiga orang yang menangkap basah mereka, sepertinya tidak dapat menerima alasan tersebut.Bahkan jelas terlihat dari wajah ketiganya, memiliki niat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan sebuah pertarungan.Awalnya baik Ruyung maupun yang lainnya, memilih untuk membicarakannya secara baik-baik.Akan tetapi respon ketiga orang itu, justru bertolak belakang dengan keinginan Ruyung dan lainnya."Tenang saja, kami tidak akan melakukan kekacauan. Karena tujuan kami, hanya untuk sekedar membeli beberapa bahan makanan."Ruyung kembali beralasan, dengan harapan ketiga orang itu menerima alasannya kali ini.Seperti sebelumnya, tiga orang tersebut malah terlihat semakin geram. Dan menganggap percakapan di antara mereka, hanya buang-buang waktu saja.Melihat tiga orang itu mengeluarkan pedang, tidak serta merta membuat Ruyung dan lain

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BAHAYA BARU

    "Bajingan! Siapapun kau, aku pastikan akan mati dengan sangat menyedihkan." Ujar Adipati sembari mengepalkan kedua telapak tangannya.Berulang kali Adipati tersebut nengirimkan pendekar bayaran, akan tetapi selalu tetjadi hal yang sama.Arya selalu menggagalkan setiap rencana Adipati secara sembunyi-sembunyi, guna keberadaannya tidak terlalu mencolok dan mudah ditemukan.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat sudah hapal betul dengan siapa yang sudah membantu mereka selama ini.Bahkan secara terang-terangan mereka mengucapkan terima kasih. Karena sejak Arya berpijak di desa tersebut, keadaan para petani berangsur membaik.Hal ini berbanding terbalik dengan penghasilan Adipati, yang biasanya mendapatkan hampir 95 persen hasil pertanian masyarakat desa Marga."Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kekayaanku terancam," gerutu Adipati semakin merasa tidak nyaman.Sementata itu, seorang k

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MATINYA PENDEKAR BAYARAN

    Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Tunggul Ametung mendapatkan luka sayatan pada tubuh bagian depan.Walau tidak terlalu dalam, tetap saja luka itu sungguh menjadikan Tunggul Ametung merasa terpukul.Entah berapa pendekar yang sudah dia habisi sejauh ini, dan Tunggul Ametung tidak pernah menderita luka sedikitpun."Bajingan! Kau sudah berani membuat tubuhku terluka. Ku bunuh kau Bangsat!""Salah sendiri, tidak menghindari serangan ku."Lantas keduanya kembali mengayunkan senjata mereka masing-masing, percikan cahaya kekuningan beriringan suara dua benda tajam beradu.Andai saja itu bukan Arya, mungkin sudah sejak awal dapat dikalahkan oleh Tunggul Ametung.Bagaimana tidak, kapak besarnya masih saja bisa Arya imbangi dengan pedang yang bahkan bukan miliknya sendiri.Sementara pertarungan Arya berlangsung, Ruyung juga Katimus meminta anak yang ditawan untuk segera kembali pada oran

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MELAWAN TUNGGUL AMETUNG

    "Apa kalian orang yang sudah menganggu kedamaian desa ini?" Sergah Tunggul Ametung menyambut kedatangan tiga orang asing."Tentu saja tidak, kami hanya kebetulan lewat saja," timpal Arya dengan wajah polosnya."Memangnya apa urusan kalian di desa ini?" Selidik Tunggul Ametung merasa curiga dengan tiga orang asing tersebut."Kami hanya tidak tega melihat anak di bawah umur, kau seret dengan paksa," tandas Arya.Sedikit tersinggung dengan ungkapan itu, amarah Tunggul Ametung mulai memanas, bergejolak ingin menghabisi pemuda tersebut.Meskipun Tunggul Ametung belum mengetahui kalau memang pemuda itu yang sedang dia cari, tidak pantas membuatnya untuk berhenti.Kapak besar yang awalnya seperti pajangan punggung saja, diayunkan membelah angin hingga menimbulkan sebuah bunyi menyerupai desis.Sayangnya hal itu belum cukup untuk membuat Arya gentar, sebaliknya dia cukup percaya diri dengan kemampuan

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PENDEKAR BAYARAN ADIPATI

    Maka rasanya sangat pantas, kalau mereka mendapatkan perlakuan seperti apa yang di lakukan Arya.Satu demi satu para pesuruh Adipati desa Marga di cegat, lalu mereka hilang tanpa kabar berita.Sampai akhirnya Adipati bertanya-tanya, mengapa berulang kali pesuruh nya tidak kembali."Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin warga mulai bertingkah?"Untuk menjawab semua itu, Adipati dengan segera memutuskan memanggil beberapa pendekar yang sudah lama tunduk padanya."Hormat kami Adipati, apa gerangan yang bisa hamba lakukan?" tanya Tunggul Ametung sembari memberi hormat.Tunggu Ametung merupakan seorang pendekar pilih tanding, yang sengaja dipilih sebagai ketua dari beberapa pendekar bayaran lainnya.Sebelumnya dia belum pernah turun tangan, karena masalah selalu bisa diselesaikan oleh pendekar yang kemampuannya lebih rendah.Namun kali ini, keadaan sepertinya memaksa Tunggul Ametu

DMCA.com Protection Status