Share

AIR TERJUN LARANGAN

Penulis: GANDARA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-18 16:48:32

Mungkin ucapan tersebut keluar karena perilaku Arya yang jauh berbeda, jika di bandingkan dengan pendekar pada umumnya.

Terlebih Arya melakukan hal itu, adalah untuk mereka yang sebelumnya berniat buruk dan ingin menangkap Arya.

Setelah cukup jauh melakukan perjalanan, Arya yang sudah tertatih sejak tadi mempertanyakan tujuan mereka.

Lantas si kakek tidak serta merta memberitahunya secara detil, malah dia meminta agar mereka mempercepat langkah.

"Guru, mungkin Arya tidak sanggup lagi untuk berjalan."

"Tenang Ruyung, ini juga merupakan ujian baginya untuk bertahan hidup," balas si kakek memiliki tujuan tersendiri.

"Jika karena hal ini saja dia mati, apa bedanya nanti," imbuh si kakek.

Setelah mendengar ucapan itu, tidak ada satupun diantara mereka yang melontarkan pertanyaan lagi.

Sampai akhirnya mereka sampai di pinggiran sungai, yang ternyata tidak jauh dari situ terdapat air terjun.

Konon air terjun itu bernama Banyu L

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   DESA MARGA

    Beberapa tahun berlalu, di bawah air terjun Banyu Larang terlihat empat pendekar bersama seorang kakek tua keluar dari goa.Setelah lama melewati berbagai latihan, Arya akhirnya siap berkelana ke setiap penjuru negeri.Selain bertujuan menambah pengalaman, juga pasti berniat untuk menumpas keangkaramurkaan.Keinginannya itupun mendapat dukungan penuh dari si kakek dan tiga muridnya, bahkan mereka hendak ikut serta bersama Arya."Kakek, sebenarnya aku ingin pergi seorang diri," ujar Arya tidak mau keberadaanya di ketahui oleh Suro Barong yang masih saja mencarinya.Namun si kakek tidak mau Arya Samapi celaka, hingga tetap memutuskan untuk ikut bersamanya.Baginya Arya akan lebih mudah menyelesaikan setiap masalah, jika mendapat bantuan dari mereka.Tidak ingin berdebat lebih panjang, akhirnya Arya memperbolehkan semuanya ikut dengan satu syarat."Apa itu?" tanya Katimus penasaran."Aku tidak mau kalian ikut campur, selama

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-19
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   KEBINGUNGAN

    Untuk saat ini, Arya hanya perlu memastikan seberapa jauh tindakan yang tidak manusiawi para pesuruh penguasa tersebut."Silahkan Tuan, ini hasil panen kami," ucap si petani sembari menunjukan beberapa wadah berisikan sayuran.Namun lagi-lagi si pesuruh penguasa berlaku tidak sopan, seraya menuduh kalau hasil panennya tidak sesuai dengan yang dia harapkan.Tidak berhati nurani pesuruh itu terus memaki, bahkan sampai menendang salah satu wadah sayuran.Melihat hal itu Arya sedikit terpancing tapi berusaha menahannya, karena tidak ingin si petani terkena imbas dari tindakannya."Kakek," ucap Arya sembari menahan tubuh si petani yang di dorong oleh si pesuruh."Siapa kau?" tanya si pesuruh sedikit membentak.Selama ini dia bahkan sudah melakukan hal yang lebih kejam daripada itu, dan belum ada satupun yang berani mencampuri urusannya.Lantas si petani menjelaskan, kalau orang yang menolongnya merupakan pekerja baru."Oh, te

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MELAWAN PESURUH ADIPATI

    Namun untuk mengetahui apa yang tengah Arya pikirkan, Ruyung berniat menanyakannya di lain kesempatan.Setelah si petani beserta istrinya memasuki gubuk, barulah Ruyung mendekati Arya untuk mengetahui semuanya."Apa benar seperti itu?"Mendengar penjelasan Arya, Ruyung sedikit terkejut. Bagaimana mungkin si petani bisa menyembunyikan hal sepenting itu, dengan raut wajah datar seolah tidak terjadi masalah apapun.Lantas Ruyung meminta saran, "apa kita akan diam saja, dan hanya melihat petani tersiksa?""Ikutlah denganku!" bisik Arya tidak mau sampai si petani tahu tentang rencana mereka.Tanpa sepengetahuan si petani, Arya dan lainnya pergi mencari pesuruh Adipati tadi. Mungkin dia ingin melakukan sesuatu, yang akan menguntungkan kedua belah pihak.Sepanjang perjalanan mata Arya tidak melewatkan sedikitpun pandangan, terutama terhadap orang yang menggunakan caping serta bertubuh kekar.S

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   AIR MATA WARGA

    Kulit tipis pelapis daging, sedikit terbuka menggambarkan serangan yang tepat pada sasaran.Wajah tampan harus sedikit mendapatkan kecacatan, akibat bertarung dengan lawan yang bersenjata tajam."Panca!" teriak Katimus meninggalkan lawannya, untuk mendekat terhadap Arya."Tenang saja, ini bukan apa-apa bagiku."Sejak mendapatkan luka untuk pertama kalinya, Arya menyadari kalau setiap pertarungan tidak dapat dianggap enteng.Untuk itu Arya harus bertarung dengan sungguh-sungguh, menghadapi siapapun lawan di depannya.Tanpa aba-aba, Jambrong kembali melancarkan serangan dengan pisau mengarah lurus pada jantung musuh.Akan tetapi berbeda dari sebelumnya, kali ini serangan itu dapat tertahan dengan satu tangan seorang anak muda."Apa?" pekik Jambrong dalam hati, tidak mengira kalau Arya mampu menahan tenaga penuhnya hanya dengan satu tangan saja.Lalu dengan mudahnya Arya memut

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PENDEKAR BAYARAN ADIPATI

    Maka rasanya sangat pantas, kalau mereka mendapatkan perlakuan seperti apa yang di lakukan Arya.Satu demi satu para pesuruh Adipati desa Marga di cegat, lalu mereka hilang tanpa kabar berita.Sampai akhirnya Adipati bertanya-tanya, mengapa berulang kali pesuruh nya tidak kembali."Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin warga mulai bertingkah?"Untuk menjawab semua itu, Adipati dengan segera memutuskan memanggil beberapa pendekar yang sudah lama tunduk padanya."Hormat kami Adipati, apa gerangan yang bisa hamba lakukan?" tanya Tunggul Ametung sembari memberi hormat.Tunggu Ametung merupakan seorang pendekar pilih tanding, yang sengaja dipilih sebagai ketua dari beberapa pendekar bayaran lainnya.Sebelumnya dia belum pernah turun tangan, karena masalah selalu bisa diselesaikan oleh pendekar yang kemampuannya lebih rendah.Namun kali ini, keadaan sepertinya memaksa Tunggul Ametu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MELAWAN TUNGGUL AMETUNG

    "Apa kalian orang yang sudah menganggu kedamaian desa ini?" Sergah Tunggul Ametung menyambut kedatangan tiga orang asing."Tentu saja tidak, kami hanya kebetulan lewat saja," timpal Arya dengan wajah polosnya."Memangnya apa urusan kalian di desa ini?" Selidik Tunggul Ametung merasa curiga dengan tiga orang asing tersebut."Kami hanya tidak tega melihat anak di bawah umur, kau seret dengan paksa," tandas Arya.Sedikit tersinggung dengan ungkapan itu, amarah Tunggul Ametung mulai memanas, bergejolak ingin menghabisi pemuda tersebut.Meskipun Tunggul Ametung belum mengetahui kalau memang pemuda itu yang sedang dia cari, tidak pantas membuatnya untuk berhenti.Kapak besar yang awalnya seperti pajangan punggung saja, diayunkan membelah angin hingga menimbulkan sebuah bunyi menyerupai desis.Sayangnya hal itu belum cukup untuk membuat Arya gentar, sebaliknya dia cukup percaya diri dengan kemampuan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MATINYA PENDEKAR BAYARAN

    Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Tunggul Ametung mendapatkan luka sayatan pada tubuh bagian depan.Walau tidak terlalu dalam, tetap saja luka itu sungguh menjadikan Tunggul Ametung merasa terpukul.Entah berapa pendekar yang sudah dia habisi sejauh ini, dan Tunggul Ametung tidak pernah menderita luka sedikitpun."Bajingan! Kau sudah berani membuat tubuhku terluka. Ku bunuh kau Bangsat!""Salah sendiri, tidak menghindari serangan ku."Lantas keduanya kembali mengayunkan senjata mereka masing-masing, percikan cahaya kekuningan beriringan suara dua benda tajam beradu.Andai saja itu bukan Arya, mungkin sudah sejak awal dapat dikalahkan oleh Tunggul Ametung.Bagaimana tidak, kapak besarnya masih saja bisa Arya imbangi dengan pedang yang bahkan bukan miliknya sendiri.Sementara pertarungan Arya berlangsung, Ruyung juga Katimus meminta anak yang ditawan untuk segera kembali pada oran

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BAHAYA BARU

    "Bajingan! Siapapun kau, aku pastikan akan mati dengan sangat menyedihkan." Ujar Adipati sembari mengepalkan kedua telapak tangannya.Berulang kali Adipati tersebut nengirimkan pendekar bayaran, akan tetapi selalu tetjadi hal yang sama.Arya selalu menggagalkan setiap rencana Adipati secara sembunyi-sembunyi, guna keberadaannya tidak terlalu mencolok dan mudah ditemukan.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat sudah hapal betul dengan siapa yang sudah membantu mereka selama ini.Bahkan secara terang-terangan mereka mengucapkan terima kasih. Karena sejak Arya berpijak di desa tersebut, keadaan para petani berangsur membaik.Hal ini berbanding terbalik dengan penghasilan Adipati, yang biasanya mendapatkan hampir 95 persen hasil pertanian masyarakat desa Marga."Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kekayaanku terancam," gerutu Adipati semakin merasa tidak nyaman.Sementata itu, seorang k

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07

Bab terbaru

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   AKHIR PERTARUNGAN

    Lantas dengan segera Arya kembali ketempat dimana Ruyung berada, yang kebetulan di sana tengah terjadi pertarungan antara si kakek dengan pendekar pengguna jurus siluman harimau. "Ruyung! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Arya sembari berjongkok melihat luka Ruyung. "Aku hanya terluka sayat saja," balas Ruyung. Setelah dengan benar memastikan luka Ruyung, Arya berniat langsung membantu si kakek untuk segera mengalahkan pendekar pengguna jurus siluman harimau. Akan tetapi si kakek tidak mengizinkannya, karena si kakek tahu kondisi Arya juga sudah kelelahan dan hampir mencapai batasnya. Untuk itu si kakek menyarankan Arya, supaya segera mengoleskan ramuan obat terhadap luka Ruyung. Hal itu si kakek lakukan semata untuk berjaga, kalau kalau musuh yang berhasil melukai Ruyung menggunakan racun. Tanpa bertanya apa alasan si kakek, Arya mengikuti apa yang di katakan demi keselamatan Ruyung kala itu. Terlebih Arya tidak ingin kehilangan rekan untuk kedua kalinya, karena bagi dia kehilan

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   LUKA RUYUNG

    Sejak lama Arya memang sudah terkenal gigih dalam berlatih, sehingga tampa energi Wngun Genta Pati saja dirinya tetap mampu bertarung dengan baik. Akan tetapi saat ini kemampuan Arya lebih hebat, karena memiliki energi petapa sakti itu dalam dirinya. Hanya saja, sering kali Arya harus kehilangan kesadaran, mengingat energi itu lebih kuat daripada kemampuan Arya itu sendiri. Beruntung belum lama Arya bertemu dengan si kakek, yang sedikit demi sedikit melatih Arya untuk dapat mengontrol energi kuat milik petapa tersebut. Tidak heran lawannya kali ini sampai memuji kemampuan bertarung Arya, karena bagaimanapun Arya sudah berhasil bertahan cukup lama. "Kalau begitu aku akan mulai serius menghadapi mu, anak muda!" Ujar lelaki yang kini berhadapan dengan Arya. Bersamaan dengan pertarungan tersebut, Ruyung rupanya mengalami kesulitan dalam menghadapi lawannya kali ini. Alhasil paha kanan terluka akibat sabetan parang musuh, hingga mengeluarkan banyak darah. Jangankan untuk bergerak c

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PERTARUNGAN TIGA LAWAN TIGA

    Setelah Ruyung memastikan sendiri siapa sebenarnya orang yang berada di balik bilik, dia tidak menemukan siapapun."Bagaimana? Apa kau menemukan seseorang?""Tidak Guru," balasnya.Aneh memang, sejak Arya dan tiga lainnya memutuskan untuk beristirahat, mereka tidak melihat lagi tiga palang pintu perbatasan desa Sukarama.Hal ini jelas menimbulkan kecurigaan, terlebih mereka adalah musuh yang rencananya masih tidak dapat diperkirakan.Meskipun sebelumnya berkata kalau mereka menyerah, tetap saja akan lebih baik Arya tetap waspada.Untuk itu Arya sepakat dengan yang lain, untuk membagi tugas guna meminimalisir apapun yang membahayakan nanti.Kebetulan orang yang pertama kali berjaga adalah rekan Ruyung, dan berikutnya adalah Ruyung sendiri.Singkat cerita, hampir setengah dari waktu malam sudah terlewati. Sesuai kesepakatannya, kini giliran Ruyung untuk berjaga.Namun ada sat

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BAYANGAN HITAM

    Rupanya lelaki berambut kuncir itu tidak dapat melakukan apapun, malah justru dia harus terlempar beberapa meter akibat terkena serangan Panca.Bukan hanya itu, panas energi tenaga dalam yang Panca keluarkan telah berhasil merobek baju bahkan kulit tubuh lelaki tersebut."Si-siapa sebenarnya pemuda ini, sial."Lelaki berambut kuncir mencoba bangkit dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki, tentu saja dengan menahan rasa sakit akibat sedikit sayatan pada tubuhnya.Belum juga berdiri dengan benar, Panca alias Arya sudah berada tepat di hadapannya.Kedua kalinya lelaki berambut kuncir terkejut dengan kecepatan yang Panca miliki, bahkan sedikitpun dia tidak menyadari sejak kapan Panca berdiri.Terlebih gumpalan energi berada tepat di depan muka lelaki itu, yang jelas membuat nyalinya ciut sampai mengeluarkan air kencing di celana.Dengan cepat kedua rekannya tiba lalu bersujud, demi memohon ampunan supay

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   SAMBUTAN PALANG PINTU SUKARAMA

    "Kami hanya pengelana, Tuan." Balas Ruyung beralasan.Namun tiga orang yang menangkap basah mereka, sepertinya tidak dapat menerima alasan tersebut.Bahkan jelas terlihat dari wajah ketiganya, memiliki niat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan sebuah pertarungan.Awalnya baik Ruyung maupun yang lainnya, memilih untuk membicarakannya secara baik-baik.Akan tetapi respon ketiga orang itu, justru bertolak belakang dengan keinginan Ruyung dan lainnya."Tenang saja, kami tidak akan melakukan kekacauan. Karena tujuan kami, hanya untuk sekedar membeli beberapa bahan makanan."Ruyung kembali beralasan, dengan harapan ketiga orang itu menerima alasannya kali ini.Seperti sebelumnya, tiga orang tersebut malah terlihat semakin geram. Dan menganggap percakapan di antara mereka, hanya buang-buang waktu saja.Melihat tiga orang itu mengeluarkan pedang, tidak serta merta membuat Ruyung dan lain

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   BAHAYA BARU

    "Bajingan! Siapapun kau, aku pastikan akan mati dengan sangat menyedihkan." Ujar Adipati sembari mengepalkan kedua telapak tangannya.Berulang kali Adipati tersebut nengirimkan pendekar bayaran, akan tetapi selalu tetjadi hal yang sama.Arya selalu menggagalkan setiap rencana Adipati secara sembunyi-sembunyi, guna keberadaannya tidak terlalu mencolok dan mudah ditemukan.Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat sudah hapal betul dengan siapa yang sudah membantu mereka selama ini.Bahkan secara terang-terangan mereka mengucapkan terima kasih. Karena sejak Arya berpijak di desa tersebut, keadaan para petani berangsur membaik.Hal ini berbanding terbalik dengan penghasilan Adipati, yang biasanya mendapatkan hampir 95 persen hasil pertanian masyarakat desa Marga."Kalau terus seperti ini, bisa-bisa kekayaanku terancam," gerutu Adipati semakin merasa tidak nyaman.Sementata itu, seorang k

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MATINYA PENDEKAR BAYARAN

    Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, Tunggul Ametung mendapatkan luka sayatan pada tubuh bagian depan.Walau tidak terlalu dalam, tetap saja luka itu sungguh menjadikan Tunggul Ametung merasa terpukul.Entah berapa pendekar yang sudah dia habisi sejauh ini, dan Tunggul Ametung tidak pernah menderita luka sedikitpun."Bajingan! Kau sudah berani membuat tubuhku terluka. Ku bunuh kau Bangsat!""Salah sendiri, tidak menghindari serangan ku."Lantas keduanya kembali mengayunkan senjata mereka masing-masing, percikan cahaya kekuningan beriringan suara dua benda tajam beradu.Andai saja itu bukan Arya, mungkin sudah sejak awal dapat dikalahkan oleh Tunggul Ametung.Bagaimana tidak, kapak besarnya masih saja bisa Arya imbangi dengan pedang yang bahkan bukan miliknya sendiri.Sementara pertarungan Arya berlangsung, Ruyung juga Katimus meminta anak yang ditawan untuk segera kembali pada oran

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   MELAWAN TUNGGUL AMETUNG

    "Apa kalian orang yang sudah menganggu kedamaian desa ini?" Sergah Tunggul Ametung menyambut kedatangan tiga orang asing."Tentu saja tidak, kami hanya kebetulan lewat saja," timpal Arya dengan wajah polosnya."Memangnya apa urusan kalian di desa ini?" Selidik Tunggul Ametung merasa curiga dengan tiga orang asing tersebut."Kami hanya tidak tega melihat anak di bawah umur, kau seret dengan paksa," tandas Arya.Sedikit tersinggung dengan ungkapan itu, amarah Tunggul Ametung mulai memanas, bergejolak ingin menghabisi pemuda tersebut.Meskipun Tunggul Ametung belum mengetahui kalau memang pemuda itu yang sedang dia cari, tidak pantas membuatnya untuk berhenti.Kapak besar yang awalnya seperti pajangan punggung saja, diayunkan membelah angin hingga menimbulkan sebuah bunyi menyerupai desis.Sayangnya hal itu belum cukup untuk membuat Arya gentar, sebaliknya dia cukup percaya diri dengan kemampuan

  • ARYA WIGUNA WADAH TERPILIH   PENDEKAR BAYARAN ADIPATI

    Maka rasanya sangat pantas, kalau mereka mendapatkan perlakuan seperti apa yang di lakukan Arya.Satu demi satu para pesuruh Adipati desa Marga di cegat, lalu mereka hilang tanpa kabar berita.Sampai akhirnya Adipati bertanya-tanya, mengapa berulang kali pesuruh nya tidak kembali."Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin warga mulai bertingkah?"Untuk menjawab semua itu, Adipati dengan segera memutuskan memanggil beberapa pendekar yang sudah lama tunduk padanya."Hormat kami Adipati, apa gerangan yang bisa hamba lakukan?" tanya Tunggul Ametung sembari memberi hormat.Tunggu Ametung merupakan seorang pendekar pilih tanding, yang sengaja dipilih sebagai ketua dari beberapa pendekar bayaran lainnya.Sebelumnya dia belum pernah turun tangan, karena masalah selalu bisa diselesaikan oleh pendekar yang kemampuannya lebih rendah.Namun kali ini, keadaan sepertinya memaksa Tunggul Ametu

DMCA.com Protection Status