"Nggak dipungut biaya, dek. Makanan kelas 9 patungan." balas Felicia menjawab 1 pertanyaan.
"Di Villa punya bokap gue dan sudah terisi alat dapur serta kamar and the friend don't forget kamar mandi juga." balas Reza menjawab 1 hal pertanyaan terakhir.
"Inget di villa bukan di hati kita," canda Zacky. Perkataan Zacky mendapat hadiah tatapan horror dari semuanya.
"Jeruk makan jeruk." ceplos Leo dengan menggelengkan kepala.
"Dipikir thomas and friend." balas Tino dengan tatapan geli.
"Kegiatan? Kita rahasiakan ya maaf intinya akan seru dan nyaman buat kita semua." jawab Satya walaupun tau kegiatan apa saja yang akan dilakukan.
"Transportasi disponsori oleh Arkan, Felicia, Reza, Satya, dan Dina berlaku pulang dan jemput ya untuk pemilik nama." ucap Rafael menjawab pertanyaan keempat. Pemilik nama yang disebut Rafael menatapnya dengan
Seorang siswa berlari menghampiri pemilik nama yang dipanggilnya tadi. Felicia sang pemilik nama menunggu apa yang ingin dibicarakan sang adik kelas bersama Arkan yang dengan tidak malu dan posesif memeluk pinggangnya."Kak Feli?" tanya salah satu siswa kelas 8 memastikan pada penglihatannya."Loe, siapa? Maaf." ucap Felicia dengan ekspresi bingung dan mengingat-ingat."Masih sama kak Ando, kak?" tanya seorang siswa kelas 8 penasaran."Nggak itu udah dulu. Felicia sekarang punya gue." jawab Arkan mencela Felicia yang ingin menjawab.Arkan yang hanya menyimak dibuat gemas dan mempererat pelukan pinggang Felicia. Rafael dan Satya semula bersenda gurau dibatalkan karena merasa ada yang kurang dan aneh.Saat Rafael dan Satya memastikan mereka melihat pinggang Felicia yang dipeluk sangat erat. Felicia yang merasa 70% tak nyaman karena terlalu erat pun diam saja.
Rumah Ashima terasa sangat ricuh dan ramai bagaikan tempat pengungsian. Teman-temannya menjadikan rumah Ashima serasa milik sendiri. Tempat sampah di ruang tamu rumah Ashima terlihat tidak dapat menampung lagi makanan.Keempat gadis terlihat asik menggenggam benda persegi masing-masing. Salah satu gadis ingin mengambil segelas air di meja ruang tamu, namun terbatalkan ketika melihat tempat sampah yang sangat penuh.Dia berjalan menuju teman terdekatnya dari SD dan menarik- narik rambut. Ketika temannya terlihat mengabaikannya dia berpindah sasaran. Dia menjepit kedua ujung mata temannya dan berhasil."Buang sampahnya, Raf." titah sang gadis mengawasi apakah akan terlaksana atau terabaikan.Sang gadis yang melihat bahwa temannya masih nyaman pada posisinya tanpa beranjak. Dengan terpaksa dia mengumpulkan tenaga menyeret sang teman menuju tempat sampah. Setelah sampah yang berada di luar dimasukkan. Di
Ashima membersihkan diri sehabis bersama teman-temannya, lalu mempersiapkan peralatan sholat. Setelah selesai merapikan ruang tamu kini gantian Felicia yang membersihkan dirinya.Ashima masih menunggu adzan maghrib, sembari mempersiapkan bahan - bahan makan malam mereka berdua.Setelah adzan maghrib berkumandang, Ashima segera menuju ke kamar untuk menunaikan sholat. Felicia menuju dapur untuk memasak makan malam mereka.Tepat saat Ashima menuruni tangga dari dapur telah tercium aroma masakan. Felicia dan Ashima menikmati makan malam mereka dengan tenang.Setelah makan malam Felicia merapikan beberapa barang yang dia bawa. Ashima mengembalikan tatanan buku yang berantakan selama ujian akhir semester.Setelah selesai dengan kegiatan makan malam dan menata barang kini mereka bersiap menuju alam mimpi.Sabtu pagi terlihat salah satu keluarga terdengar ricuh oleh perdebatan ka
Mau, Mi." ucap Arkan antusias."Dasar bucin." gumam Abi dalam hati."Felicia dan anak kecil dengan rambut tegak itu nggak pernah lepas. Tapi, nggak tau kalau udah remaja ini gimana. Felicia dari kecil selalu peluk boneka kemana-mana." ungkap Umi Khaliza memberikan 2 fakta masa kecil Felicia."Emang kak Feli mau beneran sama abang? Kapan abang sama kak Felicia?" tanya Ayra yang sedari tadi menyimak dengan menopang kepala."Nah, betul itu. Kapan kamu jadian sama Felicia?" tanya Abi Dalwyn penasaran."Dari hari ketiga ujian akhir semester dan Felicia cuma bilang biarin kaya air yang mengalir." jelas Arkan kepada kedua orang tuanya."Bi, jangan - jangan Felicia trauma kehilangan seseorang? Atau kalau nggak, lagi ada masalah tapi dia pendam?" bisik Umi pada Abi dengan sangat pelan agar tak didengar Arkan dan Ayra. Abi hanya membalas dengan mengangkat bahu sebagai tanda
Felicia menepuk jidatnya setelah mengingat bahwa pemilik nomor tersebut adalah Arkan. Dia membuka aplikasi whatsapp lalu membalas pesan serta menyimpan nomor Arkan.Arkan| Fel| Feli| FeliciaFelicia Ananta|Ya?Arkan| Boleh tanya?Felicia Ananta| Boleh|Tapi---Arkan| Tapi? Kenapa?Felicia Ananta| 1 huruf dalam pertanyaan seharga 2000|Deal?Arkan| No| Tapi sebagai gantinya ada yang lebihFelicia Ananta| Apa?Arkan| Rahasia| Tunggu waktu yang tepat, sayangFelicia Ananta| Geli| Jadi tanya atau nggak?Arkan| Jadi| Kenapa loe di rumah Ashima?Felicia Ananta| DoraArkan| MaksudnyaFelicia Ananta| KepoA
Setelah makan malam selesai Felicia langsung menuju ke kamarnya dan menata barang yang dibawa pada hari minggu saat di Gereja.Saat Felicia ingin bersandar di ujung tempat tidur tertunda oleh suara ketukan pintu.Tok...Tok...Tok... “Felicia boleh opa masuk?" tanya sang opa meminta izin kepada cucunya apakah menganggu atau tidak."Masuk aja opa nggak dikunci," jawab Felicia mempersilakan.Opa Adriel memutar knop pintu setelah mendengarkan suara sang cucu yang berada di kamar. Felicia sekilas merapikan tempat tidurnya setelah menjawab sang opa.Opa Adriel menuju ke tempat tidur Felicia dan duduk di ujung tempat tidur dengan Felicia yang duduk menyilang bersandar dinding."Gimana sekolahnya Feli? Mau ujian ya?" tanya Opa Adriel."Baik, Opa. Dalam hitungan bulan ntah 1 bulan atau 2 bulan akan ujian. Felicia moh
Senin pagi Felicia berbeda dengan biasanya. Minggu lalu dia bisa berkumpul bersama teman-temannya walaupun sebentar karena mengambil sedikit waktu sebelum upacara.Hari ini dia harus segera menuju ke ruang guru. Dia menuju ruang guru atas perintah dari salah satu bu guru mata pelajaran IPA yang tak lain Ilmu Pengetahuan Alam.Felicia mencari keberadaan bu Dinda namun saat ingin membuka pintu dia mendapatkan notifikasi dari sang guru yang memanggilnya.WhatsappBu DindaFelicia tolong kamu ke kelas 7 terlebih dahulu untuk meminta buku PR mereka.Felicia segera membuka notifikasi dari bu Dinda untuk menanyakan kelas 7 apa yang dimaksudkan.Anda| Selamat pagi, bu.|Maaf, bu. Kelas 7 mana yang ibu maksud?Bu Dinda| 7F sampai 7IAnda| Baik, buFelicia baru menginga
Felicia menuju kelas 9A untuk mencari Mark, namun tidak ada. Setelah mencari Mark, dia beralih menuju kelas 9G. Dia memunculkan sedikit kepalanya, namun nihil.Setelah mencari keberadaan orang yang dicari tidak ada, dia melanjutkan langkah memberikan lembar jawab. Saat Felicia ingin menaiki tangga menuju kelas unggulan, dia tidak sengaja berpapasan dengan Leo dan Rey."Mau kemana?" tanya Felicia, dengan mata fokus mencari lembar jawab milik Leo dan Azuba."Main sama yang lain di kantin," jelas Rey."Jangan dulu, gue minta tolong kasih lembar jawab ke Azuba dan kelas 7U." pinta Felicia, setelah memberikan lembar jawab milik Leo.Leo menerima lembar jawab milik Azuba dan kelas 7 unggulan, lalu menarik paksa Rey. Rey hanya memasang wajah datar saat ditarik oleh Leo.Felicia menuruni tangga dan menuju ke samping t
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar