Kinara yang sudah di rumah sakit, terkejut mendengar kabar dari Fumiko begitu juga sebaliknya.Kinara bergegas ke sekolah sementara Fumiko lari ke rumah sakit dengan amarah meluap. Mereka berdua tidak akan memaafkan orang-orang yang mereka cintai.Fumiko melihat napas suaminya yang sudah stabil, Jo nyengir melihat Fumiko datang dengan napas terengah-engah."Tidak usah khawatir, lukanya tidak dalam dan sudah mendapat jahitan. Sepertinya suami kamu shock sampai pingsan. Pria yang hidupnya tenang tanpa masalah pasti akan shock dilukai seperti ini."Fumiko merosot ke lantai dan menghela napas lega.Jo melihat kondisi Dimas yang sudah tidur pulas. "Yah, mungkin ini juga faktor lelah."Fumiko melihat jam di handphone dan menebak Kinara pasti sudah tiba di sekolah.Kinara melihat si kembar yang menangis sambil memeluk papinya. Adit berusaha menghibur kedua putra kesayangannya.Lalu Kinara melihat Kenzi yang sudah terbaring dan terkejut melihat Hendra memeriksa kondisi putra keduanya yang ter
Kinara menatap lurus Adit. "Fakta bahwa ibu kamu menculik Adelio dan aku tidak bisa diabaikan begitu saja, Adit.""Kamu bicara apa?" Adit menjadi bingung. "Aku memang diculik bersama Adelio tapi tidak ada kamu disana."Kinara tersenyum sedih. "Jadi, memang aku salah ya. Aku minta tolong angkat lengan kanan Adit.Salah satu bodyguard menarik lengan kanan Adit dan menunjukkannya ke Kinara. Mulus.Lengan kanan dekat urat nadi, tidak ada bekas luka sementara Adelio ada. Awalnya Kinara tidak menyadarinya, ketika mendekatkan tangan ke pipi, dia jadi sadar dan membelainya- bekas luka ini- hampir sama dengan bekas luka pria yang menolongnya saat melarikan diri."Kenapa-" Kinara merasa bodoh. Kenapa dirinya bisa salah mengingat orang padahal sejak kecil bersama Adelio tapi terputus hubungan dua tahun.Hendra menepuk pundak Kinara. "Wajar jika kamu salah mengenali orang, saat Adelio dan ibunya memutuskan pindah rumah ke yang lebih sederhana, dia kerja di tempat saya sebagai asisten. Bantu angk
Cinta itu harusnya yang bagaimana? menuruti perasaan pasangan, bukan? Tapi kenapa yang aku lakukan terlihat salah?Kepala Adit menunduk lesu setelah duduk di dalam sel, mengabaikan teriakan dan tangisan si kembar yang di letakkan di tempat berbeda.Efan memijat kepalanya. "Bayangkan, si suami dituntut atas dugaan penipuan, istrinya habis membunuh orang, anak-anaknya pelaku perundungan sampai korban mereka entah gimana kondisinya sekarang, kakak si suami habis menusuk orang lalu ibunya akan dituntut atas kasus penculikan beberapa tahun silam, masalahnya yang diculik adalah anak-anak keluarga Salim dan Toejipto, kedua keluarga yang bisnisnya gak main-main. Tamat sudah keluarga Sanjaya."Salah satu bawahan Efan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tidak saya sangka keluarga Sanjaya yang terkenal di media sosial sebagai keluarga ideal malah bermasalah.""Hah? media sosial?" tanya Efan tidak percaya."Anda tidak tahu? mereka terkenal karena kasus penculikan anak tiri keluarga Sanjaya ya
Maya tidak berdaya membawa pulang bayi laknat ini ke rumah karena begitu mendengar berita penangkapan Cynthia dan Adit, pihak rumah sakit buru-buru menghubungi dirinya untuk mempertanyakan masalah biaya rumah sakit.Maya yang hendak menutup sambungan telepon karena tidak mau ikut campur, diancam akan menyebar luaskan di depan publik. Dia terpaksa datang ke rumah sakit dan menjemputnya.Saat ada dua anak muda melihat cucunya di dalam inkubator, Maya menjadi emosi. Kenapa di hari tua aku, malah direpotkan masalah seperti ini? bahkan aku tidak bisa melihat kuburan mas karena dikuburkan di tanah pribadi keluarga Sanjaya.Bayi terus menangis karena lapar, Maya menutupnya di dalam kamar lalu menutup telinga dengan headphone, mulai terhanyut dalam kesedihan di sofa depan tv.Salah satu pelayan memberanikan diri menenangkan bayi. "Bayinya lapar, apakah tidak ada susu dan dot bayi?" tanya pelayan itu ke pelayan lainnya.Yang lain hanya menggeleng miris. Akhirnya mereka patungan membeli susu
Anton menatap benci pengacara itu. "Kamu sengaja menjebakku? Dasar pria bejat!""Dari awal saya tidak bekerja sama dengan anda, saya hanya mendapat perintah dari tuan Hendra Tsoejipto, anda mengenalnya bukan?"Jantung Anton berdebar keras, dia lupa Adelio dan Kinara berasal darimana. Selama ini dirinya ikut andil menyiksa Kinara dan anak-anaknya Keluarga Kinara memang kekayaannya tidak sehebat keluarga Tsoejipto, tapi sebagai salah satu keluarga pendiri rumah sakit terbesar di Indonesia- kedudukannya bisa saja setara.Anton berlutut dan memohon. "Tolong, lepaskan aku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku juga korban disini.""Pak Anton, apakah anda lupa sudah menandatangani beberapa dokumen mengenai peralihan keuangan?" pengacara menepuk tas kerja di tangannya. "Anda juga ikut andil penggelapan harta keluarga Tsoejipto.""Ba- bagaimana bisa aku ikut menggelapkan harta keluarga Tsoejipto? Orang bodoh pun pasti tahu untuk tidak main-main dengan keluarga itu."Pengacara mendecak. "Ck, ck, ck. Or
Kinara duduk di bangku depan ICU, masih belum punya keberanian untuk masuk. Daichi tertidur di pangkuannya, tidak mau meninggalkan Kinara sendirian dengan perasaan kalut.Sepertinya anak kecil memang sangat peka soal begini.Kinara melihat depan pintu ICU yang tertutup.Tak lama ada seseorang yang menyodorkan sebotol minuman dingin di lengan atas, kinara memutar kepalanya.Ternyata Hendra yang memberikannya. "Minum ini, jus jeruk. Bisa mengurangi efek fisik dan psikologis dari tekanan stres."Kinara menerima dan mengucapkan terima kasih sambil menundukkan kepala dengan sopan. Hendra duduk di sebelah kaki Daichu yang tertidur pulas. "Sudah masuk?"Kinara menggeleng pelan."Belum ada keberanian?"Kinara mengangguk pelan."Yah, kamu merasa bersalah jadinya begitu. Setidaknya kamu tidak meninggalkan anak itu." "Terima kasih.""Istriku ada di Inggris sedang membantu menangani sepupuku, ibu mertua kamu. Sekalian mengurus Adelio dan Ed, mereka berdua tidak ada perkembangannya.""Apakah and
"Saksi kunci apa? Siapa yang sudah melakukannya?" tanya Maya penasaran."Kamu benar-benar tidak tahu?" pancing polisi.Maya menyadari sesuatu lalu menyipit curiga. "Apakah kalian sedang memancing aku untuk mengaku?""Tidak, kami memang sudah tahu penyebab kematian ibu dari suami kamu."Maya menjadi kesal. "Beritahu aku!""Ck ck ck. Apakah kamu benar-benar tidak menyadarinya? Saat kalian berdua bersikeras menikah dan menekan mantan istri pak Adi, apa yang kalian lakukan?"Maya coba mengingat lalu terkejut, tidak lama wajahnya memucat."Sudah ingat sekarang kan."Pengacara bertanya ke Maya dengan khawatir. "Bu Maya, apakah ada sesuatu yang belum anda bicarakan ke saya?"Maya menggigit bibir bawah. "Itu- itu hanya kebohongan, Adi yang sudah melakukannya.""Ya, karena itulah beliau kecewa lalu bunuh diri. Beliau mengharapkan kebahagiaan keluarga kecil dan ingin bu Sarah menjadi menantunya, tapi ternyata harapan itu pupus karena anak kandungnya lebih memilih wanita lain dan membohonginya."
Dimas membuka mata perlahan, menyesuaikan dengan cahaya kamar. Pertama kali yang dilihat adalah wajah Fumiko tepat di hadapannya."Hm?" kedua mata Dimas berkedip. "Apakah aku masuk surga?"Fumiko tertawa kecil. "Bagaimana bisa kamu masuk surga?""Karena aku melihat bidadari cantik."Kedua alis Fumiko terangkat. "Jadi benar para pria menginginkan surga karena dijanjikan bidadari? Apakah kamu salah satunya juga?""Wah, itu pertanyaan sulit dan menjebak. Aku tidak berani mengambil bidadari lain, tapi jika bidadarinya menemani aku sejak kecil- aku berani mengambil dan menculiknya."Fumiko memeluk erat Dimas yang masih berbaring dan menangis. "Jangan bohong ya, awas kalau kamu bohong! Aku akan mengadu pada Tuhan dan berteriak tidak adil lalu meminta pasangan jauh lebih dari kamu."Dimas tertawa. "Memang ada pria tampan dan hebat mau menerima wanita barbar seperti istriku yang cantik ini?"Fumiko menggeleng pelan. "Sepertinya tidak ada.""Syukurlah.""Aku mencintaimu, Fumi.""Aku juga."Dima