Vania langsung melirik jam yang ada di tangannya, mendadak ia berkeringat dingin menghadapi situasi ini. Ia berfikir keras bagaimana caranya ia berpamitan dengan Dendi " Heii kenapa kamu ngelamun?Pesan dari siapa sih? Sebegitu seriusnya kamu Van..” Ucapan yang keluar dari bibir Dendi menyentakkan lamunannya dan Vania menjawab sekenanya. " Ini temen mo kerumahku mas, dia kawatir karna aku ga ngantor tadi, aku balik dulu ya mas, sampe ketemu lagi meella yang cantikkk.... " Ujarnya seraya mencium pipi Cameella dengan gemas dan Dendi yang menyaksikan pemandangan yang sangat ia rindukan. " Kenapa gak suruh kesini aja temenmu itu van..? " Tanya Dendi yang melihat kepanikan diwajah Vania seraya beranjak memanggil baby sitternya &n
Ucapan Verrel sepertinya telah membuat Vania merasa tidak tega jika mengabaikannya begitu saja, ia menghela nafas panjang dan mempertimbangkan segalanya. Verrel tersenyum dalam hati melihat ekspresi wanita di hadapannya. Meskipun ia memang jujur akan pergi malam ini menggunakan jet pribadinya ke luar kota, tapi mengenai kematiannya, itu hanyalah sebagian cara untuk meluluhkan hati wanita yang telah mengusik ketenangan jiwanya, agar bersedia meluangkan waktu untuknya. Meski begitu, ia tak memiliki niat buruk terhadap Vania, ia berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan Vania dengan cara yang normal selayaknya pasangan bahagia lainnya, ia tak ingin mengulang keegoisannya menikmati malam yang penuh dengan desahan nafsu dengan cara kotor seperti yang telah ia lakukan sebelumnya. Itu sebabnya Verrel berusaha keras untuk selalu bersikap selembut mungkin terhadap Vania, ia ingin Vania membu
Mendapati Vania tersipu malu, membuat Verrel tertawa, betapa menggemaskannya wajah wanita itu saat ini, Verrel meraih tangan Vania dan menggenggamnya. " Van...maukah kamu menunggu kepulanganku, aku janji tak akan lama.." Suara Verrel berbisik seraya memainkan jemari Vania yang berada di genggamannya. " Paan sih kamu bahas tu mulu " Ujar Vania seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Verrel. Ia tak ingin terbawa suasana yang romantis, tapi semakin ia berusaha, semakin Verrel menahan sembari menatap wajah Vania. Hingga akhirnya terjadi tarik menarik yang menbuat Verrel terjatuh ke dalam air. Seketika Vania menutup bibirnya karena terkejut, sorot matanya ketakutan karena telah membuat bos mafia terjatuh ke dalam kolam renang karenanya. Kekawatiran terlukis jelas diwajah Vania, hingga membuat Verrel tersenyum karena terlintas id
Sementara disisi lain Vania yang terjaga karena sinar matahari yang menembus jendela kamarnya, dan menyapanya pagi itu, membuatnya bergegas mandi untuk pergi bekerja. Setelah nenyiapkan semuanya, ia berangkat menuju kantor dimana ia bernaung mengais rejeki selama ini. Sesampainya di gedung tempatnya bekerja, suasana hening seketika setelah melihat kedatangannya, semua mata tertuju padanya dan mereka berbisik - bisik sembari melirik kearahnya, begitu juga ketika di dalam lift terdengar sayup - sayup di telinganya mereka berbisik. " Ini loh janda gatal yang menggaet para laki laki kaya.. hati hati pasangan kita di jaga jangan sampe ketemu dia, kalau gak, bersiap buat gigit jari kitanya..” Begitulah percakapan terdengar jelas ke telinganya, ia menghela nafas panjang, dan tersenyum getir mendengar kata demi kata yang mengiris hatinya perlahan.&n
Ia hanya menelan ludahnya getir, bulir air mata tak henti terus mengalir, ia tak tau harus menyalahkan siapa atas takdirnya yang buruk ini. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya, agar tak lagi merasakan sakitnya terhina, andaipun bisa memilih ia memilih untuk mempertahankan pernikahan saat itu, jika mantan suaminya bisa sedikit lebih berbelas kasih kepadanya sebagai seorang istri. Tapi tiap kali rasa putus asanya hadir, tiap itu juga senyum sang putri semata wayangnya melintas, hingga akhirnya ia mengurungkan niatnya dan kembali menguatkan hatinya. Sesampainya dirumah, ia langsung mengunci pintu lalu berjalan menuju kamarnya. Ia terduduk di tepi ranjang sembari memandang sekitar, tangisnya tak lagi tertahan, ia menangis sesenggukan lalu mengambil ponselnya yang masih bergetar lalu ia mengangkatnya. " Kenapa lama sekali kamu mangangkat telponku hah.?! Sedang bercinta dengan pria itukah kamu
Dendi dengan nanar menatap tubuh mungil yang terlentang pasrah, tubuh itu tampak begitu menggairahkan, semua terlihat kencang dan terawat, Dendi tersenyum sinis menatap Vania memejamkan matanya. Ia membuka kemejanya dengan kecepatan tinggi, lalu melemparnya di lantai. Ia melangkahkan kaki menuju ranjang, tanpa basa - basi ia mencumbui Vania dengan kasar, meskipun hal yang ia lakukan saat ini tak pernah ia lakukan terhadap pelacur sekalipun. Sedangkan Vania hanya bisa pasrah, dengan mata terpejam rapat, menerima semua perlakukan Dendi tanpa perlawanan sedikitpun, hanya air mata yang menjadi jawaban atas semuanya, ia meratapi diri betapa buruk nasib hidupnya. Sampai tak seorangpun menghargainya sebagai wanita yang masih mempunyai kehormatan, dan tak mempercayai akan dirinya. Dendi dengan amarah yang memuncak memikirkan apa y
Vania menaiki tangga menuju kamar Cameella dan langkahnya tak luput dari pandangan Kevin yang bingung tak mengerti pola pikir sahabatnya kali ini, Jika memang menginginkan Vania ia seharusnya tegas, langsung saja menikahi Vania dan mengabaikan wanita lainnya, agar Vania menjadi miliknya seutuhnya. tapi ini seolah Dendi ingin memiliki semuanya dan tak ingin mengambil resiko. " Liat apa lu bro...” Suara Dendi mengejutkan dan membuyarkan pandangan Kevin dari Vania yang sudah menghilang masuk ke kamar Cameella, sehingga tidak terlihat dari bawah. Kevin hanya menjawab dengan tawa pertanyaan sahabatnya. Lalu mereka bertiga keluar meninggalkan rumah, Kevin bersama Della menuju mobil kevin untuk mengantar Della pulang sedangkan Dendi bersama sopir pribadinya menuju rumah sakit milik ayahnya. Di sisi Lain Van
Dendi meraih ponselnya lalu menekan tombol panggilan cepat,yng tersimpan di ponselnya, lalu menghubunginya. " Bro... lu lacak Vania dimana dia sekarang dan rutenya kemana saja hari ini. Aku ingin tahu apa saja yang di lakukannya, Sekarang ya, gua butuh itu cepat.!" Belum lagi dendi mendengar jawaban dari seberang, ia sudah mematikan ponselnya lalu melempar sekenanya di kursi sebelah dan jatuh berserakan di lantai mobil. " Awas saja kalau sampai aku tau keberadaanmu dengan pria laknat itu, akan aku seret kau dalam keadaan telanjang sekalipun! Kau itu milik ku, dan kau sudah aku beli dengan nominal 5 Miliar, jadi kau harus ikuti apapun keinginanku dan kemana pun aku pergi, jangan coba - coba menghilang seperti ini, Kau milik ku wanita Jalaaaangg....milikku.!!” Teriak Dendi yang sudah menutup kaca mobilnya, dan melaju dengan sedikit pelan, Karena ia bingung haru
Sementara itu Verrel yang telah berada di Batam sangat kawatir karena tidak dapat menghubungi Vania, meski panggilan masuk tapi Vania yang tak kunjung mengangkat ponselnya. Sedangkan laporan yang ia dapat anak buahnya, bahwa Vania pergi pagi - pagi dan belum pulang sampai saat ini. Tak lupa Verrel juga mendapat informasi mengenai Vania yang telah di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, karena skandal foto Vania bersama Verrel menghiasi web portal perusahaan tempat Vania bekerja dengan tulisan yang mengatakan Vania tengah melacurkan diri, dan dengan adanya berita itu, Vania merasa sangat terpukul atas ulah orang yang dengan sengaja menyebar foto itu, tak lupa ia juga memberi informasi mengenai perlakuan semua orang terhadap Vania paska foto itu tersebar cepat dan menjadi konsumsi publik penghuni gedung tempat Vania bekerja. Verrel mengkawatirkan keadaan Vania, ia merasa Vania saat ini tengah
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses