Ucapan Verrel sepertinya telah membuat Vania merasa tidak tega jika mengabaikannya begitu saja, ia menghela nafas panjang dan mempertimbangkan segalanya.
Verrel tersenyum dalam hati melihat ekspresi wanita di hadapannya. Meskipun ia memang jujur akan pergi malam ini menggunakan jet pribadinya ke luar kota, tapi mengenai kematiannya, itu hanyalah sebagian cara untuk meluluhkan hati wanita yang telah mengusik ketenangan jiwanya, agar bersedia meluangkan waktu untuknya. Meski begitu, ia tak memiliki niat buruk terhadap Vania, ia berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan Vania dengan cara yang normal selayaknya pasangan bahagia lainnya, ia tak ingin mengulang keegoisannya menikmati malam yang penuh dengan desahan nafsu dengan cara kotor seperti yang telah ia lakukan sebelumnya. Itu sebabnya Verrel berusaha keras untuk selalu bersikap selembut mungkin terhadap Vania, ia ingin Vania membuMendapati Vania tersipu malu, membuat Verrel tertawa, betapa menggemaskannya wajah wanita itu saat ini, Verrel meraih tangan Vania dan menggenggamnya. " Van...maukah kamu menunggu kepulanganku, aku janji tak akan lama.." Suara Verrel berbisik seraya memainkan jemari Vania yang berada di genggamannya. " Paan sih kamu bahas tu mulu " Ujar Vania seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Verrel. Ia tak ingin terbawa suasana yang romantis, tapi semakin ia berusaha, semakin Verrel menahan sembari menatap wajah Vania. Hingga akhirnya terjadi tarik menarik yang menbuat Verrel terjatuh ke dalam air. Seketika Vania menutup bibirnya karena terkejut, sorot matanya ketakutan karena telah membuat bos mafia terjatuh ke dalam kolam renang karenanya. Kekawatiran terlukis jelas diwajah Vania, hingga membuat Verrel tersenyum karena terlintas id
Sementara disisi lain Vania yang terjaga karena sinar matahari yang menembus jendela kamarnya, dan menyapanya pagi itu, membuatnya bergegas mandi untuk pergi bekerja. Setelah nenyiapkan semuanya, ia berangkat menuju kantor dimana ia bernaung mengais rejeki selama ini. Sesampainya di gedung tempatnya bekerja, suasana hening seketika setelah melihat kedatangannya, semua mata tertuju padanya dan mereka berbisik - bisik sembari melirik kearahnya, begitu juga ketika di dalam lift terdengar sayup - sayup di telinganya mereka berbisik. " Ini loh janda gatal yang menggaet para laki laki kaya.. hati hati pasangan kita di jaga jangan sampe ketemu dia, kalau gak, bersiap buat gigit jari kitanya..” Begitulah percakapan terdengar jelas ke telinganya, ia menghela nafas panjang, dan tersenyum getir mendengar kata demi kata yang mengiris hatinya perlahan.&n
Ia hanya menelan ludahnya getir, bulir air mata tak henti terus mengalir, ia tak tau harus menyalahkan siapa atas takdirnya yang buruk ini. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya, agar tak lagi merasakan sakitnya terhina, andaipun bisa memilih ia memilih untuk mempertahankan pernikahan saat itu, jika mantan suaminya bisa sedikit lebih berbelas kasih kepadanya sebagai seorang istri. Tapi tiap kali rasa putus asanya hadir, tiap itu juga senyum sang putri semata wayangnya melintas, hingga akhirnya ia mengurungkan niatnya dan kembali menguatkan hatinya. Sesampainya dirumah, ia langsung mengunci pintu lalu berjalan menuju kamarnya. Ia terduduk di tepi ranjang sembari memandang sekitar, tangisnya tak lagi tertahan, ia menangis sesenggukan lalu mengambil ponselnya yang masih bergetar lalu ia mengangkatnya. " Kenapa lama sekali kamu mangangkat telponku hah.?! Sedang bercinta dengan pria itukah kamu
Dendi dengan nanar menatap tubuh mungil yang terlentang pasrah, tubuh itu tampak begitu menggairahkan, semua terlihat kencang dan terawat, Dendi tersenyum sinis menatap Vania memejamkan matanya. Ia membuka kemejanya dengan kecepatan tinggi, lalu melemparnya di lantai. Ia melangkahkan kaki menuju ranjang, tanpa basa - basi ia mencumbui Vania dengan kasar, meskipun hal yang ia lakukan saat ini tak pernah ia lakukan terhadap pelacur sekalipun. Sedangkan Vania hanya bisa pasrah, dengan mata terpejam rapat, menerima semua perlakukan Dendi tanpa perlawanan sedikitpun, hanya air mata yang menjadi jawaban atas semuanya, ia meratapi diri betapa buruk nasib hidupnya. Sampai tak seorangpun menghargainya sebagai wanita yang masih mempunyai kehormatan, dan tak mempercayai akan dirinya. Dendi dengan amarah yang memuncak memikirkan apa y
Vania menaiki tangga menuju kamar Cameella dan langkahnya tak luput dari pandangan Kevin yang bingung tak mengerti pola pikir sahabatnya kali ini, Jika memang menginginkan Vania ia seharusnya tegas, langsung saja menikahi Vania dan mengabaikan wanita lainnya, agar Vania menjadi miliknya seutuhnya. tapi ini seolah Dendi ingin memiliki semuanya dan tak ingin mengambil resiko. " Liat apa lu bro...” Suara Dendi mengejutkan dan membuyarkan pandangan Kevin dari Vania yang sudah menghilang masuk ke kamar Cameella, sehingga tidak terlihat dari bawah. Kevin hanya menjawab dengan tawa pertanyaan sahabatnya. Lalu mereka bertiga keluar meninggalkan rumah, Kevin bersama Della menuju mobil kevin untuk mengantar Della pulang sedangkan Dendi bersama sopir pribadinya menuju rumah sakit milik ayahnya. Di sisi Lain Van
Dendi meraih ponselnya lalu menekan tombol panggilan cepat,yng tersimpan di ponselnya, lalu menghubunginya. " Bro... lu lacak Vania dimana dia sekarang dan rutenya kemana saja hari ini. Aku ingin tahu apa saja yang di lakukannya, Sekarang ya, gua butuh itu cepat.!" Belum lagi dendi mendengar jawaban dari seberang, ia sudah mematikan ponselnya lalu melempar sekenanya di kursi sebelah dan jatuh berserakan di lantai mobil. " Awas saja kalau sampai aku tau keberadaanmu dengan pria laknat itu, akan aku seret kau dalam keadaan telanjang sekalipun! Kau itu milik ku, dan kau sudah aku beli dengan nominal 5 Miliar, jadi kau harus ikuti apapun keinginanku dan kemana pun aku pergi, jangan coba - coba menghilang seperti ini, Kau milik ku wanita Jalaaaangg....milikku.!!” Teriak Dendi yang sudah menutup kaca mobilnya, dan melaju dengan sedikit pelan, Karena ia bingung haru
Sementara itu Verrel yang telah berada di Batam sangat kawatir karena tidak dapat menghubungi Vania, meski panggilan masuk tapi Vania yang tak kunjung mengangkat ponselnya. Sedangkan laporan yang ia dapat anak buahnya, bahwa Vania pergi pagi - pagi dan belum pulang sampai saat ini. Tak lupa Verrel juga mendapat informasi mengenai Vania yang telah di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, karena skandal foto Vania bersama Verrel menghiasi web portal perusahaan tempat Vania bekerja dengan tulisan yang mengatakan Vania tengah melacurkan diri, dan dengan adanya berita itu, Vania merasa sangat terpukul atas ulah orang yang dengan sengaja menyebar foto itu, tak lupa ia juga memberi informasi mengenai perlakuan semua orang terhadap Vania paska foto itu tersebar cepat dan menjadi konsumsi publik penghuni gedung tempat Vania bekerja. Verrel mengkawatirkan keadaan Vania, ia merasa Vania saat ini tengah
Sang penodong pistol itu semakin menekan moncong pistolnya ke kepala Verrel, lalu perlahan menarik pelatuknya, baru saja Verrel hendak bergerak, sedetik kemudian penodong pistol itu sudah melumat bibir Verrel dengan penuh gairah. Ya. Wanita penodong pistol itu saat ini mencium bibir Verrel dengan hangat dan penuh nafsu, Verrel yang baru pertama kali mendapat perlakuan lawannya seperti itu ia terkejut dan menepis wanita yang sempat beberapa saat menikmati bibir merahnya sembari meraba dadanya yang Bidang dan di penuhi bulu halus. Wanita itu tertawa terbahak - bahak menahan kegetiran hatinya, mengetahui dirinya di tolak oleh Verrel. Tampak wanita cantik nan sexy dengan tubuh mungil sesuai selera Verrel, berada telat di hadapannya, dengan gaya siap bertempur, Awalnya ia sangat percaya diri bahwa Verrel akan bertekuk lutut padanya seperti yang ia lakukan terhadap lawan - lawannya selama ini yang se