Sementara itu Verrel yang telah berada di Batam sangat kawatir karena tidak dapat menghubungi Vania, meski panggilan masuk tapi Vania yang tak kunjung mengangkat ponselnya.
Sedangkan laporan yang ia dapat anak buahnya, bahwa Vania pergi pagi - pagi dan belum pulang sampai saat ini. Tak lupa Verrel juga mendapat informasi mengenai Vania yang telah di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, karena skandal foto Vania bersama Verrel menghiasi web portal perusahaan tempat Vania bekerja dengan tulisan yang mengatakan Vania tengah melacurkan diri, dan dengan adanya berita itu, Vania merasa sangat terpukul atas ulah orang yang dengan sengaja menyebar foto itu, tak lupa ia juga memberi informasi mengenai perlakuan semua orang terhadap Vania paska foto itu tersebar cepat dan menjadi konsumsi publik penghuni gedung tempat Vania bekerja. Verrel mengkawatirkan keadaan Vania, ia merasa Vania saat ini tengahSang penodong pistol itu semakin menekan moncong pistolnya ke kepala Verrel, lalu perlahan menarik pelatuknya, baru saja Verrel hendak bergerak, sedetik kemudian penodong pistol itu sudah melumat bibir Verrel dengan penuh gairah. Ya. Wanita penodong pistol itu saat ini mencium bibir Verrel dengan hangat dan penuh nafsu, Verrel yang baru pertama kali mendapat perlakuan lawannya seperti itu ia terkejut dan menepis wanita yang sempat beberapa saat menikmati bibir merahnya sembari meraba dadanya yang Bidang dan di penuhi bulu halus. Wanita itu tertawa terbahak - bahak menahan kegetiran hatinya, mengetahui dirinya di tolak oleh Verrel. Tampak wanita cantik nan sexy dengan tubuh mungil sesuai selera Verrel, berada telat di hadapannya, dengan gaya siap bertempur, Awalnya ia sangat percaya diri bahwa Verrel akan bertekuk lutut padanya seperti yang ia lakukan terhadap lawan - lawannya selama ini yang se
Dan Verrel yang sudah sedari tadi menahan diri untuk tidak meluapkan emosi, kini meradang karena merasa di permainkan, dan tak menghargai keputusannya. Secara reflex ia meletuskan tembakan ke sembarang tempat sehingga memancing anak buah Daniar mendatangi mereka dan mereka terkejut melihat Daniar ada dalam sanderaan Verrel. Mereka otomatis bergerak mengangkat senjata dan bersiap menembak Verrel, hingga Daniar mengintruksikan mereka untuk menurunkan senjata agar tak membuat keributan, mereka pun mematuhinya. Daniar yang sudah mencium aura kemarahan Verrel hanya menelan ludah getir, karena ternyata Verrel tidak mudah terpengaruh olehnya, hal itu membuat hati nya terluka dab malu karena secara tidak langsung telah mengaku kalah kepada pria yang sangat ia inginkan di hadapannya ini. Daniar berfikir keras bagaimana nanti menyusun scenario yang lebih matang dalam menjerat Verrel agar jatuh ke pelukannya. Setelah percobaan pertama yang ga
Vania hanya melirik adegan keluarga bahagia itu dengan hati yang kacau, tapi ketika Dendi hendak duduk di ruang tamu bergabung bersama ibu kesayangannya, secara tanpa sengaja matanya tertuju pada wanita yang amat sangat ia cintai, wanita yang selalu berhasil mengubah moodnya dalam waktu sedetik, tampak dengan jelas dari raut wajahnya, wanita itu sangat kelelahan dengan baju yang sudah basah bermandikan keringat. " Vaniaaaa..!!Apa yang kau lakukan?!Hentikan itu! atau ku pecah kan semua itu.!" Teriak Dendi mengejutkan seluruh penghuni rumah, dengan suaranya yang menggelegar lalu Dendi berjalan mendekati Vania dan melempar Lap serta menendang ember berisi air untuk mengelap. Brraaakkkkkkkkkk..!!!!!!! Suara Ember yang sudah terpelanting mengenai lemari hias berisi miniatur koleksi kesayangannya, tampak beberapa barang terjatuh ke lantai.
" Hmm, kamu tega gak nyuruh aku masuk..??" Goda pria itu sembari berdiri kaku tepat di depan pintu yang sudah terang karena lampu sudah di nyalakan oleh Vania dari dalam. " Yaudah masuk aja sih, toh ga di suruh masuk pun, kamu juga bakal maksain diri buat masuk kan? Jadi ngapain basa - basi! mau minum apa, aku gak punya banyak stock menu dirumah..” Ujar Vania berjalan menuju kulkas untuk melihat minuman apa yang masih tersedia di kulkasnya, dengan sedikit membungkuk melihat stock makanan di dalam kulkas, tiba - tiba seseorang memeluknya dari belakang, Ya, Pria itu sudah mendekap erat Vania hingga hembusan nafasnya terasa di tengkuk Vania. Merasakan itu Vania menelan ludah dan mencoba melepas tangan pria itu, tapi ketika ia hendak melepas tangan itu tiba tiba tangan pria itu sudah memutar tubuhnya dan mengubah posisi pelukannya dari belakang kedepan. Van
Verrel berjalan mendekat kearah ranjang Vania tidur, ia duduk di tepi ranjang sembari memandangi wajah lelah wanita yang telah mengusik hatinya. Ingin sekali ia bertanya mengapa ia menangis, apa yang membuatnya sesedih itu? tapi Verrel tak ingin ikut campur masalah pribadi Vania sebelum wanita itu bercerita langsung kepadanya. Ia tak ingin Vania merasa tidak nyaman bersamanya. Yang terpenting baginya saat ini adalah Vania aman berada di dekatnya. Verrel terkejut ketika tiba - tiba mata Vania terbuka lebar, hingga membuat mata mereka saling menatap, desir - desir lembut mengisi relung hatinya, terasa menggetarkan seluruh jantungnya, hingga membuatnya merasa berada di kehidupan yang berbeda. Kehidupan yang di dalamnya berisi harapan cinta dan kebahagiaan. " Heii kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Vania seraya jemarinya menutup mata Verrel yang masih terus menatapnya.Tak ingin terbawa suasana Va
Dalam pikiran yang damai, karena aroma teraphy yang semerbak, di tambah tubuh yang mulai dingin karena telah lama berendam, tentu saja yang dibutuhkan saat ini adalah kehangatan. Dan Vania mendapatkannya dari Verrel. Ciuman yang di berikan Verrel kali ini kepadanya, begitu hangat dan dalam hingga mampu merasuk kedalam ketulangnya. Ciuman memabukkan yang membuat siapapun tak akan sanggup menolaknya, meski ia ingin. Vania tetap berusaha untuk tidak melanjutkan menikmati ciuman itu. Ia menyudahinya dan kembali mengendalikan diri. “ Verrel! Apa - apaan ini? “ Teriaknya memukul dada bidang pria itu yang telah basah. Verrel tersenyum, tangannya memegang kedua pipi wanita yang telah merebut dan mengisi seluruh relung sanubarinya. “ Itu hukuman bagimu, karena mandi terlalu lama..” Bisik Verrel lalu mengecup pipi
Lalu Issabella berjalan mendekat ke arah Verrel dan mencium tangan pria tampan sahabat mamanya itu sambil berkata " Hallo oom, nama saya Issabella, akhirnya kita bertemu secara langsung ya, tidak cuma video call, aslinya oom ternyata jauh lebih tampan serasi dengan mama yang cantik, terimakasih ya oom sudah mau jadi temen mama Issabell.." Verrel tersenyum mendapat perlakuan lembut dari putri wanita yang sudah merebut hatinya, ia memeluk gadis kecil itu dan menggendongnya sambil berjalan " Oom yang berterima kasih ke Issabella karena sudah jadi anak hebat buat mama.." “ Tunggu. Tunggu! Kenapa aku ngerasa kalian ini akrab ya, trus kalian pernah video call? Kapan? Kok aku gak tau?” Pangkas Vania merasa tidak tahu dengan perkembangan yang terjadi dengan anaknya saat ini, sejak jauh darinya. Mereka berjalan di depan denga
Video dimana Putrinya hampir saja tertembak oleh penjahat dan akhirnya terlindungi oleh pria yang menggantikan sang putri tertembak, lalu di Video itu terlihat beberapa orang menolongnya, dan melarikan ke mobil, sementara beberapa orang lagi mengejar sang penembak jitu. Sementara Issabella yang tak berdosa, terus bermain dan tengah berlari bersama teman - temannya di lapangan pasar malam yang di penuhi hiruk pikuk arena permainan. Bising yang berasal dari arena pasar malam hingga tak seorangpun menyadari adanya tragedi mematikan. Sedangkan putrinya bersama sang nenek tetap asyik bermain permainan yang ada di pasar malam itu, yang juga tidak menyadari jika nyawanya sedang terancam. Vania lemas dan menaruh iPad milik Verrel diatas pangkuannya, ia terdiam seribu bahasa, tidak ada lagi kata yang sanggup ia ucapkan setelah mengetahui kejadian yng tengah menimpa putri semata wayangnya, ia tak tahu harus berkata apa, karena sesungguhnya Vania tak tau apa yang