Dendi meraih ponselnya lalu menekan tombol panggilan cepat,yng tersimpan di ponselnya, lalu menghubunginya.
" Bro... lu lacak Vania dimana dia sekarang dan rutenya kemana saja hari ini. Aku ingin tahu apa saja yang di lakukannya, Sekarang ya, gua butuh itu cepat.!" Belum lagi dendi mendengar jawaban dari seberang, ia sudah mematikan ponselnya lalu melempar sekenanya di kursi sebelah dan jatuh berserakan di lantai mobil. " Awas saja kalau sampai aku tau keberadaanmu dengan pria laknat itu, akan aku seret kau dalam keadaan telanjang sekalipun! Kau itu milik ku, dan kau sudah aku beli dengan nominal 5 Miliar, jadi kau harus ikuti apapun keinginanku dan kemana pun aku pergi, jangan coba - coba menghilang seperti ini, Kau milik ku wanita Jalaaaangg....milikku.!!” Teriak Dendi yang sudah menutup kaca mobilnya, dan melaju dengan sedikit pelan, Karena ia bingung haruSementara itu Verrel yang telah berada di Batam sangat kawatir karena tidak dapat menghubungi Vania, meski panggilan masuk tapi Vania yang tak kunjung mengangkat ponselnya. Sedangkan laporan yang ia dapat anak buahnya, bahwa Vania pergi pagi - pagi dan belum pulang sampai saat ini. Tak lupa Verrel juga mendapat informasi mengenai Vania yang telah di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, karena skandal foto Vania bersama Verrel menghiasi web portal perusahaan tempat Vania bekerja dengan tulisan yang mengatakan Vania tengah melacurkan diri, dan dengan adanya berita itu, Vania merasa sangat terpukul atas ulah orang yang dengan sengaja menyebar foto itu, tak lupa ia juga memberi informasi mengenai perlakuan semua orang terhadap Vania paska foto itu tersebar cepat dan menjadi konsumsi publik penghuni gedung tempat Vania bekerja. Verrel mengkawatirkan keadaan Vania, ia merasa Vania saat ini tengah
Sang penodong pistol itu semakin menekan moncong pistolnya ke kepala Verrel, lalu perlahan menarik pelatuknya, baru saja Verrel hendak bergerak, sedetik kemudian penodong pistol itu sudah melumat bibir Verrel dengan penuh gairah. Ya. Wanita penodong pistol itu saat ini mencium bibir Verrel dengan hangat dan penuh nafsu, Verrel yang baru pertama kali mendapat perlakuan lawannya seperti itu ia terkejut dan menepis wanita yang sempat beberapa saat menikmati bibir merahnya sembari meraba dadanya yang Bidang dan di penuhi bulu halus. Wanita itu tertawa terbahak - bahak menahan kegetiran hatinya, mengetahui dirinya di tolak oleh Verrel. Tampak wanita cantik nan sexy dengan tubuh mungil sesuai selera Verrel, berada telat di hadapannya, dengan gaya siap bertempur, Awalnya ia sangat percaya diri bahwa Verrel akan bertekuk lutut padanya seperti yang ia lakukan terhadap lawan - lawannya selama ini yang se
Dan Verrel yang sudah sedari tadi menahan diri untuk tidak meluapkan emosi, kini meradang karena merasa di permainkan, dan tak menghargai keputusannya. Secara reflex ia meletuskan tembakan ke sembarang tempat sehingga memancing anak buah Daniar mendatangi mereka dan mereka terkejut melihat Daniar ada dalam sanderaan Verrel. Mereka otomatis bergerak mengangkat senjata dan bersiap menembak Verrel, hingga Daniar mengintruksikan mereka untuk menurunkan senjata agar tak membuat keributan, mereka pun mematuhinya. Daniar yang sudah mencium aura kemarahan Verrel hanya menelan ludah getir, karena ternyata Verrel tidak mudah terpengaruh olehnya, hal itu membuat hati nya terluka dab malu karena secara tidak langsung telah mengaku kalah kepada pria yang sangat ia inginkan di hadapannya ini. Daniar berfikir keras bagaimana nanti menyusun scenario yang lebih matang dalam menjerat Verrel agar jatuh ke pelukannya. Setelah percobaan pertama yang ga
Vania hanya melirik adegan keluarga bahagia itu dengan hati yang kacau, tapi ketika Dendi hendak duduk di ruang tamu bergabung bersama ibu kesayangannya, secara tanpa sengaja matanya tertuju pada wanita yang amat sangat ia cintai, wanita yang selalu berhasil mengubah moodnya dalam waktu sedetik, tampak dengan jelas dari raut wajahnya, wanita itu sangat kelelahan dengan baju yang sudah basah bermandikan keringat. " Vaniaaaa..!!Apa yang kau lakukan?!Hentikan itu! atau ku pecah kan semua itu.!" Teriak Dendi mengejutkan seluruh penghuni rumah, dengan suaranya yang menggelegar lalu Dendi berjalan mendekati Vania dan melempar Lap serta menendang ember berisi air untuk mengelap. Brraaakkkkkkkkkk..!!!!!!! Suara Ember yang sudah terpelanting mengenai lemari hias berisi miniatur koleksi kesayangannya, tampak beberapa barang terjatuh ke lantai.
" Hmm, kamu tega gak nyuruh aku masuk..??" Goda pria itu sembari berdiri kaku tepat di depan pintu yang sudah terang karena lampu sudah di nyalakan oleh Vania dari dalam. " Yaudah masuk aja sih, toh ga di suruh masuk pun, kamu juga bakal maksain diri buat masuk kan? Jadi ngapain basa - basi! mau minum apa, aku gak punya banyak stock menu dirumah..” Ujar Vania berjalan menuju kulkas untuk melihat minuman apa yang masih tersedia di kulkasnya, dengan sedikit membungkuk melihat stock makanan di dalam kulkas, tiba - tiba seseorang memeluknya dari belakang, Ya, Pria itu sudah mendekap erat Vania hingga hembusan nafasnya terasa di tengkuk Vania. Merasakan itu Vania menelan ludah dan mencoba melepas tangan pria itu, tapi ketika ia hendak melepas tangan itu tiba tiba tangan pria itu sudah memutar tubuhnya dan mengubah posisi pelukannya dari belakang kedepan. Van
Verrel berjalan mendekat kearah ranjang Vania tidur, ia duduk di tepi ranjang sembari memandangi wajah lelah wanita yang telah mengusik hatinya. Ingin sekali ia bertanya mengapa ia menangis, apa yang membuatnya sesedih itu? tapi Verrel tak ingin ikut campur masalah pribadi Vania sebelum wanita itu bercerita langsung kepadanya. Ia tak ingin Vania merasa tidak nyaman bersamanya. Yang terpenting baginya saat ini adalah Vania aman berada di dekatnya. Verrel terkejut ketika tiba - tiba mata Vania terbuka lebar, hingga membuat mata mereka saling menatap, desir - desir lembut mengisi relung hatinya, terasa menggetarkan seluruh jantungnya, hingga membuatnya merasa berada di kehidupan yang berbeda. Kehidupan yang di dalamnya berisi harapan cinta dan kebahagiaan. " Heii kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Vania seraya jemarinya menutup mata Verrel yang masih terus menatapnya.Tak ingin terbawa suasana Va
Dalam pikiran yang damai, karena aroma teraphy yang semerbak, di tambah tubuh yang mulai dingin karena telah lama berendam, tentu saja yang dibutuhkan saat ini adalah kehangatan. Dan Vania mendapatkannya dari Verrel. Ciuman yang di berikan Verrel kali ini kepadanya, begitu hangat dan dalam hingga mampu merasuk kedalam ketulangnya. Ciuman memabukkan yang membuat siapapun tak akan sanggup menolaknya, meski ia ingin. Vania tetap berusaha untuk tidak melanjutkan menikmati ciuman itu. Ia menyudahinya dan kembali mengendalikan diri. “ Verrel! Apa - apaan ini? “ Teriaknya memukul dada bidang pria itu yang telah basah. Verrel tersenyum, tangannya memegang kedua pipi wanita yang telah merebut dan mengisi seluruh relung sanubarinya. “ Itu hukuman bagimu, karena mandi terlalu lama..” Bisik Verrel lalu mengecup pipi
Lalu Issabella berjalan mendekat ke arah Verrel dan mencium tangan pria tampan sahabat mamanya itu sambil berkata " Hallo oom, nama saya Issabella, akhirnya kita bertemu secara langsung ya, tidak cuma video call, aslinya oom ternyata jauh lebih tampan serasi dengan mama yang cantik, terimakasih ya oom sudah mau jadi temen mama Issabell.." Verrel tersenyum mendapat perlakuan lembut dari putri wanita yang sudah merebut hatinya, ia memeluk gadis kecil itu dan menggendongnya sambil berjalan " Oom yang berterima kasih ke Issabella karena sudah jadi anak hebat buat mama.." “ Tunggu. Tunggu! Kenapa aku ngerasa kalian ini akrab ya, trus kalian pernah video call? Kapan? Kok aku gak tau?” Pangkas Vania merasa tidak tahu dengan perkembangan yang terjadi dengan anaknya saat ini, sejak jauh darinya. Mereka berjalan di depan denga
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses