Tamu undangan tak hanya terkesima dengan menu yang nikmat, tapi juga dengan dekorasi yang mewah melebihin acara pernikahan di tempat itu, dimana di dalamnya tersedia arena bermain untuk Issabella dan teman - temannya.
Tak cukup dengan kemewahan acara, para tamu undangan juga di kejutkan dengan sovenir yang diberikan keluarga itu. Selain perlengkapan sholat, didalamnya terdapat logam mulia. Dan sontak saja acara yang di adakan oleh Verrel menggemparkan seluruh warga setempat, hingga timbul penyesalan bagi warga yang sempat menyepelekan acara tersebut fan memilih tidak hadir. Tak hanya warga sekitar yang terkejut, bahkan orang tua Vania juga dibuat terkejut dengan jalannya acara. Kehadiran Verrel yang sejak pertama kali datang ke rumah orang tua Vania, telah membuat kedua orang tua Vania terkejut akan keseriusan pria tampan itu dalam memikat hati putri mereka. Maklum*** Sore itu ketika Vania menunggu Issabella.Ia iseng membuka media sosial instagram yang sudah lama tak ia gunakan, karena ia sedang ingin mengistirahatkan diri dan pikiran. Mungkin ini pertama kalinya ia memainkan Iphone terbaru yang diberikan oleh Verrel padanya untuk kesenangan pribadi, karena biasanya ponsel itu ia sentuh ketika rmmbalas pesan masuk dari Verrel atau panggilan video dari pria itu. Setelah selesai ia akan menaruh kembali ponsel tersebut ke dalam dompetnya. Selama ini tak ada sedikitpun keinginan di hatinya untuk berkomunikasi dengan siapapun kecuali Verrel yang memang rutin berkomunikasi dengan putrinya dan kedua orang tuanya melalui video call. Banyak hal yang mereka lakukan seperti bertukar informasi seputar kabar Verrel atau kabar nenek Kakek Issabella atau seputar sekolah dan teman teman, Issabella yang saat ini populer di kalangan guru dan teman - teman nya karena ulah sang calon
karena ia tak ingin ada seorang pun mengganggu kesendiriannya, Kecuali sekretarisnya yang mengurus segala kebutuhannya dan para karyawan rumah sakit. Sang sekretaris yang telah mengetahui tingkah aneh Dendi belakangan, di ruangan gelap itu hanya memandangi foto Vania dan Issabella melalui layar ponsel milik Vania yang selalu dibawanya kemanapun. Saat ini Dendi kembali tak merawat dirinya, terlihat wajahnya kini sudah kembali di tumbuhi rambut - rambut halus. Jangankan untuk merawat diri, bahkan untuk pulang mandipun sudah jarang ia lakukan. Ia lebih senang berada di ruang kerjanya yang gelap memandangi foto Vania. Lalu tertidur di kamar rahasia di ruangan itu, dan keesokan harinya ia masih menggunakan baju yang sama, hanya saja di tambah ia memakai jas snelli panjang yang hanya ia gunakan saat praktek dan menerima pasien. Sebagai seorang Dokter spesialis Dendi tak
Sedangkan Dendi yang saat ini sudah berada di mobilnya segera menghubungi nomor yang telah mengirim pesan ke ponsel milik Vania, Ternyata pemilik nomor yang mengirim pesan itu tak menjawab hingga puluhan kali, Lalu kemudian terdengar sahutan di seberang sana. Dendi menanyakan Keberadaan Vania, tapi penelpon yang di seberang justru kebingungan karena ia mengirim sms ke nomor Vania, mengapa yang menerima justru pria dan sedang mencari Vania. Lawan Bicara Dendi di sebarang tak mengetahui bahwa nomor Vania telah diganti, karena ponsel milik Vania, masih tertinggal kala itu di rumah Dendi dan akhirnya di penghujung pembicaraan Dendi mendapat pencerahan bahwa Vania berangkat ke jakarta untuk bekerja. Tak lupa dengan sopan Dendi memperkenalkan diri, dan mengucapkan terimakasih atas informasi yang sudah di berikan, lalu menutup sambungan telpon tersebut dan menginjak gas mobilnya untuk melaju meninggalkan parkiran rumah
" Njirr, jangan diem aja lu ayoo ceritaen hubungan kalian ke gue! masalahnya gue yang jadi tumbal si bapak satu itu. Kebayang kaga lu pas gue lagi seru - serunya berantem ama cowok gue, eeehh tiba - tiba dia nelpon gue nanyain lu, Kan ambyarr jadinya.." Jessica menyetir mobilnya dengan terus menyerocos ke Vania yang masih terdiam. " Tar malem aku ceritain, lagiaan aku mo fokus dulu ke persiapan interview neeeng geulissss..." Jawab Vania sembari memalingkan pandangannnya ke samping menatap Jalanan yang telah lama tak ia lewati. Vania menghela nafas berat. " Iye dah iyeee, lagian paen juga lu kerja segala, kalo laki tajir uda ada di genggaman. Gilingan lu udah nyobain jet pribadi aja, nah gueee.!? Btw tar kalo mas Dendi nelpon gue lagi, trus gue mesti jawab gimana nih.." Jessica bertanya kepada Vania serius. “ Intinya, aku mohon. Jangan bilang ke dia kalau aku lagi di Jaka
Atau pernah juga ulah usilnya yang membuat calon istri yang akan di perkenalkan untuknya itu menyerah, lantaran ketika obrolannya nomal, tapi saat ia membuka kacamata hitam nya ternyata mata itu tak berhenti berkedip - kedip dan itu juga menyurutkan niat sang calon istri yang akan di jodohkan dengannya dan tak menunggu berhari sang wanita langsung memutuskan untuk tidak dapat melangsung kan perjodohan karena kekurangannya. Tentu saja kita ingin jodoh kita itu berpenampilan sempurna terkecuali ada satu alasan tapi untuk anak seorang jutawan mereka otomatis menjadikan fisik menjadi salah satu syarat wajib jika pasangan mereka mempunyai ciri fisik dan mental yang sama dengan mereka. Begitulah tingkah Edward Mahaputra dengan sifat usil yang selalu di sajikan khusus kepada para calon wanita yang akan di jodoh kan dengan nya dan masih banyak tingah usil nya yang membuat para calon istri nya itu ilfil dan mundur dari perjod
Sementara itu Vania yang baru selesai melakukan test interview, menuruni gedung itu dengan perasaan yang tak karuan karena harus menunggu esok hari untuk keputusan hasil interview hari ini, yang ternyata untuk satu posisi di ikuti oleh tiga puluh orang peserta interview. Ia tersenyum getir melihat dua puluh sembilang orang saingannya, yang terlihat masih muda dan berpenampilan menarik sangat berbeda dengan dirinya yang sudah kepala tiga dan merupakan single parent, ia telah memasrahkan semuanya di ruangan itu, ia hanya berusaha dengan sebaik yang ia mampu, tak berani berharap banyak. Sesampainya di bawah Vania segera menyetop taxi untuk menuju rumah milik Jessica, dimana ia menitipkan barang - barang bawaannya. Di dalam taxi ia mengabari Verrel bahwa Interviewnya sudah berjalan mulus, Meski begitu Verrel tetap menyemangatinya dengan suka cita. Verrel me
Dan si ibu berjanji akan memberitahukannya jika sudah bertanya kepada ibu Vania, karena saat ini sang ibu di seberang itu sudah pulang dari rumah Vania. Dendi menyetujui dan merasa berterima kasih kepada ibu tersebut dan berjanji suatu hari nanti akan pergi mengunjungi keluarga Vania di sana dan akhir nya Dendi mengakhiri panggilan telponnya dan kembali melajukan mobil menuju jalan raya. Dalam hati Dendi berfikir dimana gerangan Vania berada. Ia terus memandangi jalanan yang masih tampak ramai hanya saja sudah tidak macet. Angannya melayang jauh seolah ingin membelah gelapnya malam yang dingin, kemudian lamunannya di kejutkan dengan panggilan telpon masuk di layar ponsel miliknya. Dddrrrrrttt.....Drrrrtttttttt......... " Della Calling" Lalu dengan berat hati Dendi menjawab panggilan dari wanita yang menjadi tuna
" Ehh Bego'... !! Itu namanya Cinta.. keliatan amat lu udah tuwir ye, udah beku hati lu ngebedain mana cinta mana kaga. Makanya jangan burung lu doank yang di kasih makan ma cewek - cewek kaga jelas, sekali - kali makan lu gizian dikit kek..." Balas Sarah sambil meninju lengan sahabat nya itu dan di sambut gelak tawa kedua nya. Dan akhirnya kedua nya memutuskan untuk berpisah karena sudah larut malam dan Sarah harus shooting pagi harinya. Mereka bercipika cipiki mengakhiri pertemuan mereka yang sangat berkualias bagi Dendi. Dan Dendi berjalan menuju mobil lalu menginjak gas dan menuju jalanan yang mengarah ke alamat Rumah Megah milik orang tua nya. Dua puluh menit kemudian Dendi sudah sampai di rumah orang tuanya dan memasuki kamar milik mya yang berada di Lantai 4 Rumah milik orang tuanya. Dendi berganti
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses