" Ehh Bego'... !! Itu namanya Cinta.. keliatan amat lu udah tuwir ye, udah beku hati lu ngebedain mana cinta mana kaga. Makanya jangan burung lu doank yang di kasih makan ma cewek - cewek kaga jelas, sekali - kali makan lu gizian dikit kek..."
Balas Sarah sambil meninju lengan sahabat nya itu dan di sambut gelak tawa kedua nya. Dan akhirnya kedua nya memutuskan untuk berpisah karena sudah larut malam dan Sarah harus shooting pagi harinya. Mereka bercipika cipiki mengakhiri pertemuan mereka yang sangat berkualias bagi Dendi. Dan Dendi berjalan menuju mobil lalu menginjak gas dan menuju jalanan yang mengarah ke alamat Rumah Megah milik orang tua nya. Dua puluh menit kemudian Dendi sudah sampai di rumah orang tuanya dan memasuki kamar milik mya yang berada di Lantai 4 Rumah milik orang tuanya. Dendi berganti*** Sementara itu, di tempat yang berbeda, tampak Dendi telah menyelesaikan mandinya dan bersiap hendak menuju meja makan, dimana Della dan kedua orang tuanya sudah menunggunya untuk sekedar menikmati santap siang bersama yang memang jarang mereka lakuakan bersama, memgingat kesibukan yang di lakukan masing - masing. Ayah Dendi hampir tak memiliki waktu hanya sekedar untuk makan siang bersama keluarganya, karena banyaknya bisnis yang di jalaninya. Tapi siang itu ia menerimanya karena merasa tak enak dengan calon menantu mereka yang sudah menghubunginya langsung. Dendi menyapa semua yang ada di meja makan itu dengan wajah yang di penuhi keringat, mengingat reputasinya yang terkenal patuh sedari kecil dan hampir tidak pernah mencoreng nama keluarga besarnya. Ia selalu mematuhi setiap keinginan orang tuanya. Untuk seukuran anak lelaki Dendi di katego
" Paah...Maahh. Maaf dengan terpaksa Dendi akan membatalkan pertunangan yang sudah terjalin dengan Della. Esok Dendi akan konfrensi pers, menyatakan batalnya pertunangan karena urusan karier. Dendi akan berusaha untuk tidak merugikan perusahaan papa..Karena setelah Dendi paksakan, Dendi tetap tak dapat memaksa mencintai Della, dan hingga detik ini, hanya menganggap Della sebagai sahabat Dendi. Dendi sangat mencintai Vania, dan tak mampu lagi untuk kehilangan dirinya. Maaf sudah mengecewakan semuanya. Dendi Siap menerima Resiko terburuk apapun yang papa dan mama berikan..Dan Della, aku mohon perhari ini berhenti menggunakan segala fasilitas dariku, karena aku telah memproses pemblokiran semua kartu kredit yang kau gunanakan dan tidak akan bisa kau gunakan per detik ini..Kamu berhak bahagia dengan pria yang mencintaimu dengan tulus, Begitu juga dengan ku..." PLAKKK.!! PLAAAK.!! " Jahanam!! kamu y
Della melajukan mobilnya kencang, ia membuka kaca mobil sembari merokok. Lalu dengan lincah tangannya memutar stir mobil ketika melewati menara Twin Sanjaya yang ada di hadapannya. Satu - satunya jalan adalah ia menemui ayah Dendi pikirnya, dengan senyum miring dan otak liciknya. Della menambah make upnya lalu memoleskan lipstick merah merona, lalu berjalan keluar mobil menuju gedung kembar pencakar langit milik orang tua Dendi. Semua mata memandang kearahnya. mereka semua mengenal Della sebagai tunangan putra pemilik gedung ini. Tentu saja mereka membiarkan Della, bahkan ketika ia berjalan menuju aAkses VVIP milik ayah Dendi yang akan langsung membawa ke depan pintu ruangan ayah Dendi. Sesampainya di depan ruangan yang di jaga pria berbadan kekar dan seorang sekretaris, Della terus melangkah denga
Sosok yang belum lama ia temui dan menyingkirkannya begitu saja. Iriana Sanjaya istri dari Indra Sanjaya, pria yang baru saja berbagi kenikmatan bersamanya. Wanita itu mengerutkan dahi, lalu bertanya mengapa ia dari dalam, ada apa.?Tapi Della yang selalu mampu bersilat lidah, akan membuat siapa saja yang berhadapan dengannya selalu terpedaya. Dengan santai Della berkata, " Mo ngucapin makasih ma oom Indra, tante. Karena kan om Indra udah balesin sakit hati aku.. oke deh tante, Della pamit yah mo ada perlu.." Pamit Della yang dapat membaca situsi bahwa sang Istri memasang ekspresi curiga, terhadapnya yang menatap kostum yang di gunakan dengan mata melotot seperti hendak keluar biji matanya. Della meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Di bibirnya mengembang senyum karena sudah berhasi menggaet sumber uang terbaru setelah lep
Setelah menghubungi seluruh peserta meeting, Vania segera kembali berfokus untuk melanjutkan membuat planning meeting seperti yang di inginkan sang CEO. Termasuk meminta bantuan untuk reservasi villa tempat mereka melakukan meeting dengan berkoordinasi bersama team HR & GA, sekaligus mengingatkan team untuk melakukan games pengisi acara di sela - sela break meeting. Vania memastikan untuk membuat games kepada seluruh peserta sekreative mungkin. Vania telah menyerahkan beberapa list games yang akan di permainkan di acara meeting, agar tidak merasa jenuh dan tegang selama meeting. Meski terasa berat bekerja di perusahaan itu, karena memiliki pemimpin yang jauh berbeda, bak langit dan bumi dengan perusahaan lamanya, dimana pimpinan di tempat lamanya sangat peduli dengannya termasuk keluarga sang pemimpin, sehingga membuatnya nyaman bekerja. Sedangkan pimpinan barunya ini, hampir tidak pe
“ Baru selesai makan, duduklah terlebih dahulu, sampai terasa nasi sudah turun keperut, kamu pasti udah keburu mo tidur kan?” Tanya Verrel lagi menatap Vania yang terlihat tampak lelah. Ia menghela nafas panjang, tak tega menatap wajah lelah itu. “ Yaelahh bawel amat si bapak satu ini, usir juga tar baru tahu..” Gerutunya langsung memasuki kamar mandi dan menguncinya dari dalam, lalu menyiram tubuhnya sembari bernyanyi kecil, dan tersenyum teringat akan Verrel. Setelah selesai mandi, ia langsung mengganti baju dan hendak tidur karena ia harus tidur cepat untuk bekerja pagi - pagi buta demi menyiapkan semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Ia tak mau bergadang malam ini takut esok kesiangan. Dan akhirnya Vania selesai mandi dan beranjak ke tempat tidur dimana Verrel sudah berada disana menunggunya. Verrel menatapnya dan mengecup dahi Vani
Seperti saat ini, ia lebih memilih bermalam di kantor, meskipun di kantor itu memiliki ruang istirahat yang nyaman, tapi setidaknya otak tidak bisa istirahat dengan nyaman. Karena masih berbau - bau pekerjaan, alih - alih memikirkan untuk mencari istri atau memperdulikan kesehatannya, ia justru berfokus pada pekerjaannya dan memaksakan diri mengadakan meeting ke seluruh cabang perusahaan hanya karena ia ingin segera menyelesaikan permasalahan penyakit di perusahaan ini, dan hal itu membuat dirinya kembali memforsir diri. Tak seperti para boss pada umumnya yang lebih suka mencuri waktu untuk dapat bermain dengan sekretarisnya atau wanita - wanita nakal lainnya demi menyegarkan otak mereka, Aaron justru lebih suka mengurung diri di ruang kantornya dan bekerja dengan lebih giat. Alih - alih menggunakan waktu senggan dengan sekretaris cantik di sebuah hotel, Aaron justru memilih menggunakan waktu sengganya untuk berolah raga at
“ Maaf mengganggu pak, semua report sudah saya kerjakan silahkan bapak koreksi, jika terdapat kekurangan bisa kembalikan ke saya pak..” Ujar Vania sembari memberikan flash disk berisi notulen meeting yang di butuhkan sang pimpinan, yang telah ia buat dalam berbagai versi. Aaron melirik flash disk itu sekilas, lalu mengambilnya tanpa menatap Vania sembari menjawab. " Oke, akan saya periksa terlebih dahulu, jangan lupa persiapan yang lainnya juga, jangan sampai terjadi kesalahan, terlebih dalam hal reservasi tempat..” Ujarya sembari terus menatap layar monitornya dengan tangan menari diatas keyboard, tanpa menoleh sedikitpun kearahnya. Mendengar instruksi sang pimpinan, Vania hanya mengangguk tanda mengerti " Baik pak, saya akan persiapkan semuanya dengan semaksimal mungkin, kalau tidak ada yang di bahas lebih lanjut, saya permisi pak..” Ucap
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses