“ Tidurlah sejenak agar matamu tidak menghitam, aku janji akan membangunkanmu sebelum jam kerjamu, minimal kau tertidur satu jam..” Bisik Verrel.
“ Aku tak ingin bajuku kusut nanti Rel, aku lelah dan tak ingin melakukan apapun...” Jawabnya dengan mata yang berat. “ Kalau begitu, ayo kita tidur di mobil, bilang saja kau sebenarnya takut terlambat bukan? Sekejam itukah pimpinanmu?“ Tanya Verrel penasaran. “ Bukan galak sih, cuma punya masalah di pita suara, jadi dia lebih suka ngancem daripada ngomong baek - baek..” Jawab Vania sekenanya. Mereka akhirnya berjalan menuju keluar apartement menuju parkiran mobil. Verrel menggandeng Vania dengan di iringi dua orang bodyguard. Verrel dan Vania duduk di kursi belakang supir, lalu Verrel merebahkan kepala Vania di bahunya.Sementara di tempat yang berbeda, di sebuah hotel berbintang lima, tampak Dendi yang di dampingi oleh team pengacara yang telah ia sewa duduk di barisan depan ballroom hotel yang mereka sewa. Dimana di tempat itu telah ramai wartawan yang menerima undangan darinya untuk pers conference. Dendi terpaksa melakukan itu, karena di awal orang tua nya sengaja memblow up acara pertunangannya ke publik, dengan harapan agar Vania mundur dan tidak mengganggu Dendi lagi. Sang ibu mendapat informasi dari salah seorang pekerja di rumah Dendi jika Vania sering datang dan bahkan sangat dekat dengan anak anak Dendi. Bahkan salah seorang asisten rumah tangga yang memberi info tersebut mengatakan jika Dendi sangat perduli dengan Vania dan banyak perubahan yang terjadi karena Vania. Hal itu membuat sang ibu murka dan malu karena mengetahui sang Putra kebanggaan Keluarga nya yang
Di sisi lain, rombongan peserta meeting darurat yang di selenggarakan di puncak atas perintah Aaron Smith sang CEO muda berbakat itu akhirnya sampai di lokasi. Seperti sebuah feeling yang kuat. Begitu memasuki halaman villa, tempat mereka akan menginap dan mengadakan acara. Aaron Smith terbangun, tak lama berselang di iringi oleh Vania yang terbangun. Tampak ia terkejut menyadari ia tertidur di pundak sang CEO karena lelah semalaman berduel dengan Verrel di ranjang, nyalinya ciut. Membayangkan apa yang terjadi, bagaiamana menanggapi kemarahan sang CEO, tapi ia pasrah. Meski begitu ia spontan menarik diri, lalu duduk dengan posisi badan yang tegak lurus, dengan ekspresi wajah tegang dan salah tingkah. Keringat dingin langsung mengucur di tubuhnya, meski mobil itu sangat dingin, di dukung suasana puncak yang sejuk. Tubuhnya menggigil ketakutan. Ia menyumpahi dirinya yang tertidur sepanjang perjalanan dan tak sadarkan di
Seluruh peserta meeting, tampak sumringah begitu beranjak dari area meeting. Tampak mereka semua berkumpul di sebuah restaurant untuk menikmati makan malam yang memang telah di sediakan panitia. Terlihat para branch manager berkumpul di satu meja, mereka bercengkrama dan berbagi kisah tentang pengalaman pertama meeting di hadapan CEO baru. Sedangkan di meja sebelah tampak rombongan direksi mendampingi bapak komisaris dan sang CEO yang memilih ikut bergabung di restaurant untuk menikmati makan malam bersama. Berkali - kali terlihat Jasson Smith mencolek Aaron yang duduk di sebelahnya agar bersikap ramah terhadap semua keluarga perusahaan. Aaron sesekali tersenyum tanpa menghiraukan permintaan sang ayah. Hingga akhirnya sang ayah berbisik sedikit mengancam dan membuatnya berubah mimik muka, lalu setelahnya ia bertanya sepatah dua patah kata sebagai jawaban permintaan sang ayah, yang menginginkan
Vania berusaha berdiri tegak dengan sisa - sisa tenaga yang di miliki, demi berusaha tidak membuat kesalahan, meski kepalanya berat dan pandangannya memutar - mutar, ia berusaha berjalan tertatih menuju kamar sang pimpinan. Hingga akhirnya ia mengetuk pintu kamar sang CEO, karena terburu - buru, hingga ia lupa bahwa belum sempat mengganti pakaiannya. Mungkin pengaruh sifat pria itu jadi siapapun yang berada di dekatnya takut untuk melakukan kesalahan, begitu juga dengan Vania yang begitu menerima panggilan langsung bergegas menuju kamar sang CEO Perusahaan tempatnya bekerja. Vania tak berfikir panjang dan secara rasional, yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia cepat melayani permintaan sang pimpinan. Aaron mengetahui bahwa yang mengetuk pintu itu adalah Vania ia tersenyum menunggu wanita yang kerap membuatnya tersenyum akhir - akhir ini. 
Aaron duduk dan melanjutkan apa yang ingin di kerjakan Vania, toh data telah di download oleh Vania melalui email, sehingga ia dengan mudah dapat melanjutkan pekerjaan. Dengan penuh konsentrasi hingga tanpa sadar waktu terus berlalu, hingga Aaron tak kuasa menahan kantuk yang menyerangnya, lalu ia memilih tertidur di sofa karena kepalanya semakin terasa berat, tak ingin melewatkan moment penting yang memang ia ciptakan untuk merombak personel management yang mulai menebarkan penyakit. Ia tak ingin perusahaan itu menjadi sarang empuk bagi penjahat kecil yang ingin mengambil keuntungan demi kepentingan pribadi. Ia harus memastikan bahwa keputusan untuk mengumpulkan orang - orang penting di seluruh anak perusahaan agar ia bisa menelaah lebih jauh, dimana sebenarnya letak permasalahan itu. Tak ingin analisanya nanti merasa terganggu, hingga akhirnya ia memilih tidur diatas sofa. Hingga keesokan har
Drrrttttt....Drrrrtttttt.... Ponsel Dendi bergetar di saku celana mnya ia merogoh kantong celana dimana ponselnya terkantongi Ia melihat di layar siapa yang menghubungi nya lalu ia mengangkat dengan segera seraya senyum mengembang di bibir nya yang akhir akhir ini lebih sering datar daripada tersenyum " Heii Teem tumben nelpon gua lu..." Dendi dengan wajah sumringah mendapat telpon sahabatnya yang kini menjadi artis beken. " Lu ada waktu kaga tar malem..." Jawab suara di seberang yang terdengar baru bangun tidur " Enak idup lu ya jam segini baru bangun tidur teem. Gua kaga ada acara sih, maklum gua sampah sekarang tem...syukur aja lu masih nganggep gua..." Jawab Dendi getir mengingat dirinya yang sudah terusir dari keluarga nya bahkan kartu kredit yang sejak SMA ia gunakan saat ini sudah di Blokir o
Mereka kini duduk di kursi yang tersedia dengan posisi Sarah di samping Verrel. Wanita itu menempel kepada Verrel seperti perangko, meski merasa risih, tapi Verrel mencoba menghargai Sarah yang telah merelakan image nya untuk menjadi pengisi acara di club malam miliknya. Mereka menikmati alkohol sembari bercerita dan saling meledek terlebih Sarah yang menghina Dendi sebagai anak buangan. Karena Sarah, kini mereka menjadi lebih akrab. Bahkan terlihat Verrel dan Dendi membahas bisnis dan mereka saling bertukar kartu nama satu sama lain. Verrel akan membuka peluang untuk siapapun berbisnis dengannya, meski sebelum memutuskan untuk bekerja sama ia akan mencari tahu tentang rekan bisnisnya terlebih dahulu melalui informannya. *** Malam semakin larut, terlihat di tempat yang jauh di puncak, dimana perusahaan Vania melaksanakan meeting, terlihat Aaron berjalan menuju kearah kamarnya.
Tak tega melihat Vania yang tersiksa, akhirnya Aaron melepaskan pelukan dan ciumannya. Vania bangkit berdiri. “ Bapak sepertinya harus istrahat, bapak sedang mabuk berat. Saya akan anggap kejadian yang barusan, tidak pernah terjadi..” Ucap Vania ketus, ingin rasanya ia menampar pria yang telah mencuri bibirnya. “ Jadi aku harus bagaimana Van. Agar kamu melihatku sedikit saja?! “ Tanya Aaron menggenggam jemari Vania dengan suara parau, sedih terdengar. Vania memejamkan mata sejenak, lalu menghela nafas panjang. “ Pak. Bapak sadar gak sih, siapa bapak dan siapa saya? Ada hal yang membuat saya tidak boleh melewati batas hubungan ini..” Ucap Vania lirih. Aaron mengerutkan dahi, berfikir keras apa maksud Vania. “ Maksud kamu Van? Hanya karena kamu seorang janda, lantas kamu tak berhak dekat denganku
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses