Hari ini adalah hari bahagia Adinda dan Ibnu. Di mana saat ini dua pasangan itu tengah merayakan pernikahan mereka. Adinda sangat anggun dengan gaun pernikahan warna putih dan wajahnya terlihat sangat cantik dengan polesan make tipis. Sedangkan Ibnu, terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam yang sama dengan putra sambungnya. Kedua orang tua Ibnu sendiri memakai pakaian hitam putih sama seperti yang dikenakan oleh kedua mempelai. Sedangkan para undangan diwajibkan untuk memakai baju warna sage. Pernikahan Ibnu dan Adinda sangat meriah dengan dekorasi yang sangat bagus. Setelah bersalaman dengan kedua mempelai para tamu undangan langsung di arahkan untuk mengambil makanan yang sudah terhidang di atas meja makan. Selain para tamu undangan yang diundang oleh keluarga Ibnu, ada juga Ferri yang hadir di sana. Dia juga mengucapkan selamat pada Adinda dan Ibnu. Setelah itu pria paruh tua itu menyantap makanan bersama para tamu undangan yang lain. Ikshan duduk dan makan bersa
ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW S216 TAHUN KEMUDIANPART 1“Ibu, Ayah, Ikhsan berangkat dulu, ya?” pamit Ikshan pada kedua orang tuanya. “Iya, sayang. Hati-hati di jalan,” jawab Ibnu pada putra smabungnya. “Tunggu adik kamu, Ikshan.” Adinda meminta putranya untuk tunggu putrinya. “Iya, Bu. Ikhsan tunggu di mobil,” jawab Ikhsan dan melangkah menuju mobilnya. Pernikahan Adinda dan Ibnu dikarunia seorang putri cantik yang sekarang mas duduk kelas satu SMA. Putri Ibnu dan Adinda bernama Jelita Mukaira. Sedangkan Ikshan sendiri adalah seorang dokter spesialis kejiwaan. Ikshan mengikuti jejak Ayah sambungan dan sekarang dia ditugaskan di rumah sakit yang dulu Ayahnya bertugas. “Sayang, buruan kakak sudah nungguin di mobil.” Adinda meminta putrinya untuk cepat-cepat ke mobil karena sudah di tungguin oleh Ikhsan. “Iya, Bu.” Jelita keluar dari kamarnya dengan sedikit berlari sambil menggendong tas di pundaknya. “Arunika? Aru?” panggil Adinda. Putri dari mantan suaminya itu belum juga k
ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKWBAB 1"Ikshan, Ibu kembali Nak. Kamu pasti sudah tumbuh dewasa dan kamu pasti bahagia." Wanita bernama Adinda Kumala. Wanita berusia 29 tahun itu baru pulang dari luar negeri dan saat ini dia sedang dalam perjalanan ke rumahnya dengan taksi. Dengan kaca mobil yang turunkan wanita yang biasa dipanggil Adinda itu melihat ke luar. Melihat kota yang sudah tiga tahun dia tinggalkan. Saat tengah melihat-lihat perubahan kota yang luar biasa, mata Adinda tidak sengaja melihat seorang anak kecil yang duduk di pinggir jalan, tepat di bawah lampu merah. Sambil tertawa. "Ikshan?" Adinda menajamkan penglihatannya ke arah bocah itu. "Apa itu, Ikshan? Tapi kenapa di sini? Dan kenapa dia sangat kotor dan tertawa sendiri?" Beberapa pertanyaan muncul dalam benak Adinda. "Kenapa, Bu? Apa Ibu kenal dengan bocah gila itu?" tanya sopir taksi.Adinda tidak menjawab, tetapi matanya masih melihat ke arah bocah yang tengah duduk dan tertawa sendiri. Penampilannya sangat-sanga
Bab 2"Adinda minta foto Ikshan. Jika aku tidak mengirim foto bocah gila itu, dia tidak akan mengirimkan kita uang." Roy terlihat sangat kebingungan karena Adinda meminta foto putra mereka. "Tadi Ibu juga sudah mengirimnya pesan dan istrimu itu juga meminta Ibu untuk mengirimkan foto Ikshan," kata Lina. "Argh! Dimana kita harus cari bocah gila itu?" Roy frustasi karena dia tidak tahu keberadaan putranya saat ini. "Kamu harus cari Ikshan dan bawa dia kembali ke rumah. Dia adalah aset untuk kita semua, tanpa bocah gila itu kita akan kesusahan dan kelaparan, Roy." Lina memaksa Roy untuk mencari keberadaan Ikshan. "Tapi Roy mau cari Ikshan dimana, Bu? Roy tidak pernah lihat anak itu lagi selama ini." "Tenang, Mas. Tiga hari lalu Ita melihatnya di lampu merah. Putramu yang gila itu duduk di sana dengan penampilan yang sangat berantakan." Ita, istri kedua Roy ikut berbicara. Dia memberitahu keberadaan Ikshan yang dia lihat di lampu mereka tiga hari lalu. Tidak banyak bicara lagi, Roy
Bab 3“Puas kamu, Nda? Anak kita sudah meninggal!” Roy berucap dengan suara lantang. Saat ini dia berbicara dengan Adinda lewat panggilan suara. Tentunya masih lewat nomor luar negeri karena saat ini Adinda belum ganti nomor whatsapp-nya. Adinda senjaga tidak mengganti kontak whatsapp-nya, karena dia masih ingin membongkar kebusukan suami dan keluarga suaminya itu“Apa, Ikhsan meninggal? Yang benar saja kamu, Mas?” Adinda ikut bersandiwara sama seperti suaminya yang licik itu.“Aku akan pulang sekarang, aku akan melihat langsung putra kita.” “Tidak usah kamu pulang, karena kamu tidak akan bisa lihat Ikshan lagi. Sebentar lagi dia akan dimakamkan.” “Kamu adalah Ibu yang jahat. Kamu ibu yang jahat, Adinda! Ikshan pasti sangat benci dengan kamu!” Roy terus saja mengatai Adinda jahat.“Aku pulang sekarang, Mas. Aku sudah ada di depan rumah.” Saat ini Adinda sudah di depan rumah megah dua lantai itu. Rumah itu adalah hasil jerih payanya selama ini. Rumah yang dia beli dengan hasil kering
Bab 4"Nda, tolong cepat ke rumah sakit. Ikshan terus saja berontak dan memanggil kamu," ujar dokter Ibnu dari seberang sana. "Baik, Dok. Saya akan segera ke sana," jawab Adinda. Adinda keluar dari kamarnya dan mengunci pintu kamar. Dengan langkah panjang Adinda melangkah keluar. Adinda berjalan ke arah jalan raya mencari taksi untuk mengantarnya ke rumah sakit jiwa. Ponsel Adinda terus saja berdering ada panggilan masuk dari dokter Ibnu. Adinda mengabaikan panggilan itu karena perasaannya saat ini tidak tenang dan pikirannya sudah jauh melayang tentang putranya tercinta. [Kamu ada di mana? Bisa lebih cepat] pesan masuk dari dokter Ibnu. [Saya masih dalam perjalanan.] Adinda akhirnya membalas pesan dokter Ibnu. Karena sudah tiga hari dokter Ibnu merawat Ikshan di rumah sakit membuat Adinda akrab dengan dokter berjenis kelamin laki-laki itu. Setibanya di rumah sakit, Adinda bergegas keluar dari mobil dan membayar ongkos taksi pada pak sopir. Sesudah itu Adinda berlari kecil mas
Bab 5Adinda baru saja pulang dari rumah sakit. Wanita itu melangkah masuk ke dalam rumah. Rumah itu sangat sepi karena para penghuni lain sudah pada tidur. Adinda melangkah menuju kamarnya, dia membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Karena seharian jagain putranya di rumah sakit. Adinda menjatuhkan bokongnya di samping tepat tidur. dia memejamkan matanya dan seketika itu juga bayangan tentang Ikshan muncul dalam benaknya. 'Ikshan, maaf Ibu belum bisa tidur berdua denganmu,' gumam Adinda lirih. Tidak terasa air matanya mengalir dari pelupuk matanya. Akhir-akhir ini air mata itu terus saja mengalir tak henti saat mengetahui sang buah hati gilaAdinda menyeka air matanya dan dia bergegas bangkit berdiri dan merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa remuk redam. Sesudah itu Adinda melangkah menuju kamar mandi, dia akan mengguyur tubuhnya guna melepaskan rasa penat dan juga rasa stres yang tengah melandanya. Tanpa diketahui oleh Adinda jika ada seseorang yan
Bab 6 anakku disiksa mertua dan ipar sampai gila.Suasana duka menelimuti keluarga Roy. Di mana saat ini, keluarga itu tengah di landa duka yang mandalam atas meninggalnya Ita, istri kedua Roy. Semua orang yang datang di rumah itu memakai pakaian warna hitam sebagai lambang duka.Roy, Lina, Mira dan Ridho. Mereka terus saja menangis sesenggukkan merasa kehilangan orang yang mereka cinta dan juga orang yang selama ini mereka anggap sebagai ladang uang. Jika saat ini Roy dan keluarga menangis sesenggukan berbeda dengan Adinda, wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun warna merah.Penampilan Adinda berbeda dari yang lainya. Wanita itu merias wajahnya dengan sangat cantik dan juga memeloskan lipstik berwarna merah senada dengan gaun yang dipakainya. Semua parah melayat yang ada di rumah itu menatap Adinda dengan tatapan sinis. Tetapi tatapan mereka tidak membuat nyali Ibu satu anak itu menciut, justru tatapan sinis itu membuat Adinda semakin percaya diri dan berani.Adinda melangkah