Suasana kediaman Roy didatangi oleh pihak polisi. Beberapa orang polisi langsung mengamankan Ridho di kantor polisi. Tentunya Ridho dengan senang hati menyerahkan dirinya pada pihak polisi. Sebelum dibawa oleh pihak polisi, Ridho menitipkan putri kecilnya pada Roy. "Aku titip Arunika," ucap Ridho pada Roy. "Bagaimana bisa kau mempercayai Arunika padaku. Sedangkan aku sendiri adalah seorang penjahat," ucap Roy dengan suara pelan."Jika kau tidak bisa menjaganya, tolong antarkan pada Adinda." Ridho meminta Roy untuk mengantar Arunika, putrinya pada Adinda. "Hanya dialah yang akan menjaga Arunika dengan sepenuh hati," tambahnya. Setelah itu Ridho langsung ikut bersama polisi. Roy tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini dia pusing dengan kondisi jasad kakaknya yang akan dimakamkan, tetapi tidak ada satupun warga yang mau membantunya untuk memakamkan jenazah Mira. Roy duduk di sofa dengan kedua tangan yang diletakkan di atas kepalanya. Dia benar-benar bingung saat ini. Dia tidak tahu
Saat ini Adinda Ibnu sudah sampai di rumah. Kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh Ikshan. "Mama? Papa?" panggil Ikshan dan berlari ke dalam pelukan Ibnu. Ibnu sedikit membungkuk tubuhnya menyambut pelukan Ikshan. "Ayo, masuk dulu." ajak Marta. "Iya, Bu." Adinda, Ibnu dan Ikshan pun masuk ke dalam rumah. Ibnu langsung memberikan ponselnya membiarkan Ibnu untuk bermain game yang ada di ponselnya. Sedangkan Ibnu, Adinda dan kedua orang tua Ibnu mereka duduk di ruang keluarga. Adinda duduk bersebelahan dengan Marta, sedangkan Ibnu dia duduk didekat Ayahnya. "Nak Adinda sebelumnya saya selaku Ayah dari Ibnu meminta maaf kalau harus bicara sekarang sama kamu," ucap Rama dengan sangat hati-hati. Mendengar perkataan Ayah Ibnu, hati dan jantung Adinda berdebar sangat kencang. Tetapi dengan sebisa mungkin Adinda menenangkan hatinya. Ibnu melirik ke arah Adinda dan menganggukkan kepalanya seakan memberi kode pada Adinda untuk kuat. "Ayah harus bicarakan ini karena ada tetan
"Ayah?" "Iya, ini Ayah. Ayah yang kamu sekap di dalam gudang dalam keadaan kaki dan tangan kalian ikat," ucap Ferri. Mendengar perkataan sang Ayah, Roy tertunduk malu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia menyesal karena telah melukai hati Ayahnya."Ayah? Roy, Roy minta maaf. Roy, salah Ayah." Dengan suara bergetar, Roy meminta maaf pada Ferri. Ferri melangkah lebih dekat dengan putranya itu dan duduk didekat Roy. Kini jarak Ayah dan anak itu sangat dekat. Ferri menepuk pundak Roy dan matanya menatap putranya. "Bagaimana kabar ibu kalian?" Ferri menanyakan kabar istrinya pada Roy, putranya. "Ibu, ibu sakit, Ayah. Ibu stroke," jawab Roy nasih dengan kepala yang menunduk dan masih dengan rasa bersalah. "Bagaimana dengan kakakmu dan keluarganya?" Ferri kembali bertanya dan kali ini beliau menanyakan kabar putri pertamanya. Mira. Roy yang tadinya hanya mengetes air mata secara diam-diam, kini dia tidak bisa bendung lagi air matanya dan isak tangisnya pecah. "Kak Mira sudah meninggal
Hari ini adalah hari bahagia Adinda dan Ibnu. Di mana saat ini dua pasangan itu tengah merayakan pernikahan mereka. Adinda sangat anggun dengan gaun pernikahan warna putih dan wajahnya terlihat sangat cantik dengan polesan make tipis. Sedangkan Ibnu, terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam yang sama dengan putra sambungnya. Kedua orang tua Ibnu sendiri memakai pakaian hitam putih sama seperti yang dikenakan oleh kedua mempelai. Sedangkan para undangan diwajibkan untuk memakai baju warna sage. Pernikahan Ibnu dan Adinda sangat meriah dengan dekorasi yang sangat bagus. Setelah bersalaman dengan kedua mempelai para tamu undangan langsung di arahkan untuk mengambil makanan yang sudah terhidang di atas meja makan. Selain para tamu undangan yang diundang oleh keluarga Ibnu, ada juga Ferri yang hadir di sana. Dia juga mengucapkan selamat pada Adinda dan Ibnu. Setelah itu pria paruh tua itu menyantap makanan bersama para tamu undangan yang lain. Ikshan duduk dan makan bersa
ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW S216 TAHUN KEMUDIANPART 1“Ibu, Ayah, Ikhsan berangkat dulu, ya?” pamit Ikshan pada kedua orang tuanya. “Iya, sayang. Hati-hati di jalan,” jawab Ibnu pada putra smabungnya. “Tunggu adik kamu, Ikshan.” Adinda meminta putranya untuk tunggu putrinya. “Iya, Bu. Ikhsan tunggu di mobil,” jawab Ikhsan dan melangkah menuju mobilnya. Pernikahan Adinda dan Ibnu dikarunia seorang putri cantik yang sekarang mas duduk kelas satu SMA. Putri Ibnu dan Adinda bernama Jelita Mukaira. Sedangkan Ikshan sendiri adalah seorang dokter spesialis kejiwaan. Ikshan mengikuti jejak Ayah sambungan dan sekarang dia ditugaskan di rumah sakit yang dulu Ayahnya bertugas. “Sayang, buruan kakak sudah nungguin di mobil.” Adinda meminta putrinya untuk cepat-cepat ke mobil karena sudah di tungguin oleh Ikhsan. “Iya, Bu.” Jelita keluar dari kamarnya dengan sedikit berlari sambil menggendong tas di pundaknya. “Arunika? Aru?” panggil Adinda. Putri dari mantan suaminya itu belum juga k
ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKWBAB 1"Ikshan, Ibu kembali Nak. Kamu pasti sudah tumbuh dewasa dan kamu pasti bahagia." Wanita bernama Adinda Kumala. Wanita berusia 29 tahun itu baru pulang dari luar negeri dan saat ini dia sedang dalam perjalanan ke rumahnya dengan taksi. Dengan kaca mobil yang turunkan wanita yang biasa dipanggil Adinda itu melihat ke luar. Melihat kota yang sudah tiga tahun dia tinggalkan. Saat tengah melihat-lihat perubahan kota yang luar biasa, mata Adinda tidak sengaja melihat seorang anak kecil yang duduk di pinggir jalan, tepat di bawah lampu merah. Sambil tertawa. "Ikshan?" Adinda menajamkan penglihatannya ke arah bocah itu. "Apa itu, Ikshan? Tapi kenapa di sini? Dan kenapa dia sangat kotor dan tertawa sendiri?" Beberapa pertanyaan muncul dalam benak Adinda. "Kenapa, Bu? Apa Ibu kenal dengan bocah gila itu?" tanya sopir taksi.Adinda tidak menjawab, tetapi matanya masih melihat ke arah bocah yang tengah duduk dan tertawa sendiri. Penampilannya sangat-sanga
Bab 2"Adinda minta foto Ikshan. Jika aku tidak mengirim foto bocah gila itu, dia tidak akan mengirimkan kita uang." Roy terlihat sangat kebingungan karena Adinda meminta foto putra mereka. "Tadi Ibu juga sudah mengirimnya pesan dan istrimu itu juga meminta Ibu untuk mengirimkan foto Ikshan," kata Lina. "Argh! Dimana kita harus cari bocah gila itu?" Roy frustasi karena dia tidak tahu keberadaan putranya saat ini. "Kamu harus cari Ikshan dan bawa dia kembali ke rumah. Dia adalah aset untuk kita semua, tanpa bocah gila itu kita akan kesusahan dan kelaparan, Roy." Lina memaksa Roy untuk mencari keberadaan Ikshan. "Tapi Roy mau cari Ikshan dimana, Bu? Roy tidak pernah lihat anak itu lagi selama ini." "Tenang, Mas. Tiga hari lalu Ita melihatnya di lampu merah. Putramu yang gila itu duduk di sana dengan penampilan yang sangat berantakan." Ita, istri kedua Roy ikut berbicara. Dia memberitahu keberadaan Ikshan yang dia lihat di lampu mereka tiga hari lalu. Tidak banyak bicara lagi, Roy
Bab 3“Puas kamu, Nda? Anak kita sudah meninggal!” Roy berucap dengan suara lantang. Saat ini dia berbicara dengan Adinda lewat panggilan suara. Tentunya masih lewat nomor luar negeri karena saat ini Adinda belum ganti nomor whatsapp-nya. Adinda senjaga tidak mengganti kontak whatsapp-nya, karena dia masih ingin membongkar kebusukan suami dan keluarga suaminya itu“Apa, Ikhsan meninggal? Yang benar saja kamu, Mas?” Adinda ikut bersandiwara sama seperti suaminya yang licik itu.“Aku akan pulang sekarang, aku akan melihat langsung putra kita.” “Tidak usah kamu pulang, karena kamu tidak akan bisa lihat Ikshan lagi. Sebentar lagi dia akan dimakamkan.” “Kamu adalah Ibu yang jahat. Kamu ibu yang jahat, Adinda! Ikshan pasti sangat benci dengan kamu!” Roy terus saja mengatai Adinda jahat.“Aku pulang sekarang, Mas. Aku sudah ada di depan rumah.” Saat ini Adinda sudah di depan rumah megah dua lantai itu. Rumah itu adalah hasil jerih payanya selama ini. Rumah yang dia beli dengan hasil kering