"Kamu tuh anak laki-laki! Enggak usah lembek macam cewek!"Bukannya merasa kasihan terhadap anak ,sambungnya a, Sapto menarik tubuh Brian dengan kasar lalu menghempaskannya. Anak laki-laki tersebut jatuh terjengkang di atas rerumputan."Apa-apaan kamu, Bang?!"teriak Ambar dengan intonasi tinggi.Ia gegas menghampiri putranya dan langsung membantunya berdiri. Tanpa disangka-sangka, Sapto mengayunkan sebongkah kayu ke arah Brian. Anak tersebut pun langsung tersungkur. Ambar yang kaget langsung mengalami kram di perut. Ia jatuh tak sadarkan diri.***"Ambar, masih pusing?"tanya Sabrina saat wanita berkaki jenjang tersebut membuat mata. Ada rasa perih di perut dan juga lemas di sekujur badan."Kenapa gua di sini?" Ambar memandangi seluruh ruangan. Ia paham sedang berada dalam ruang perawatan. Di lengan tertancap jarum infus. Dari kedua pelupuk mata merembes buliran-buliran bening. "Brian? Bang Rafael?"Sabrina membetulkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Ambar."Mereka dirawat di
"Aku enggak bisa jamin itu terjadi. Tapi, akan aku sampaikan. Gak usah terlalu berharap. Kamu sadar enggak? Brian itu mati hidupnya Mbak Ambar. Kau udah mau bunuh anak itu dan sekarang mau ketemu ibunya. Masuk akal gak?" Bang Reno menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap tajam ke arah Sapto."Aku cinta berat sama Ambar. Aku akan kasih semua hartaku, asal dia mau bertemu denganku. Reno, help me, please!""Ini benar-benar gila, Sapto. Aku gak bisa janji. Sekarang jalani saja proses kasus kamu," ucap Bang Reno lalu segera beranjak pergi meninggalkan ruang tahanan.Sapto yang sedang dalam sel tahanan memandang kepergian Bang Reno dengan perasaan hampa. Pria ini meneteskan air mata.••••~••••Langkah kaki Bang Reno sedikit berat dari pelataran parkir menuju ruang perawatan. Dalam otaknya sedang berputar-putar berbagai persoalan. Pria ini sedang memikirkan mana yang harus dibahas terlebih dulu. Sementara ia tahu betul bahwa Sapto kemungkinan besar akan kena pasal berlapis dan minimal huku
"Saya dapat telepon dari langganan katering. Mau ambil daftar pesanan. Kebetulan Mbak Ambar sudah setuju.""Bisa antar, Mbak. Sekalian saya ada keperluan keluar juga," balas Sabrina sambil melihat ada dua orang transgender sedang masuk lobby. "Mau diantar sekarang, Mbak?""Saya mungkin bareng dengan Bang Reno, Miss," balas Mbak Lastri sambil menatap layar ponsel. Wanita ini berencana menghubungi kekasihnya."Ya, udah. Kita masuk, yuk. Kebetulan ada yang mencurigakan, Mbak. Biar bisa ditangani Bang Reno.""Apa itu, Miss?""Nanti saya beritahu, saat sudah ada tanda-tanda ke arah jahat," ucap Sabrina.Kedua wanita berjalan berdampingan memasuki lobby. Sabrina meneruskan langkah sendiri, setelah Mbak Lastri belok ke arah ruang Anyelir. Tak lupa, Sabrina berpesan kepada kekasih Bang Reno, untuk menunggu kabar darinya.Sabrina berjalan menyusuri lorong dan akhirnya dia mencurigai seseorang yang keluar dari toilet. Dua orang perawat dengan gesture jalan sedikit ganjil.Wah, ini pasti wanita
Mereka tak tahu bahwa berjarak setengah jam perjalanan ada seseorang sedang menunggu misi dua transgender berhasil. Misi untuk menghabisi Rafael dan Brian. Ia inginkan Ambar saja. Ada rencana besar yang akan dijalankan dengan keberadaan Ambar bersamanya."Aku harus bisa memiliki Ambar dan membawa ke luar negeri. Dia wanita terbaik untuk misi rahasiaku," ucap sosok misterius lewat sambungan telepon."Kami akan lakukan yang terbaik untuk misi Anda," balas wanita cantik dengan hidung bangir hasil tanam silikon. Bodi wanita ini adalah sempurna karena hasil olah kecanggihan tehnologi. Dia adalah big bos untuk para transgender kelas high class.••••©••••Kantor Polisi Resort KotaSekuriti rumah sakit mendampingi para transgender dalam ruang pemeriksaan. Tampak Bang Reno yang sedang marah-marah terhadap para transgender karena keterangan mereka yang berbelit-belit. Padahal salah satunya telah tertangkap tangan membawa botol obat bius dan alat suntik. Sementara Sabrina dan Mbak Lastri berada d
"Untuk racun dalam darah saya punya obatnya. Sebentar lagi diantar kemari," balas Bang Reno sembari memperhatikan keadaan Rafael.Seperti yang dibilang oleh dokter, dalam waktu lima menit obat telah ber-reaksi. Rafael merasakan pening dan mual. Bang Reno membantu Rafael menuju toilet. Begitu pria Latin menginjak lantai dalam, ia pun muntah-muntah hebat. Bang Reno menunggu di luar pintu.Setelah beberapa kali mengeluarkan isi lambung, Rafael keluar dari kamar mandi dalam keadaan pucat pasi. Bang Reno dengan sigap menuntun pria Latin menuju ranjang kembali. Ia membantu Rafael untuk duduk bersandar lalu meminum jahe hangat. Beberapa menit kemudian datang seorang pria berpenampilan sangar ke ruang perawatan."Hei, Hendrik! Mana?"tanya Bang Reno."Ini, Bang." Pria sangar tersebut mengulurkan kotak obat ke Bang Reno. "Aku balik ke markas dulu.""Gak usah buru-buru. Itu tangani dua makhluk kelamin ganda di ruang depan.""Baik, Bang. Selamat sore semua. Selamat bekerja," pamit Hendrik yang se
Wanita cantik khas Jawa ini sangat merindukan bapaknya. Pria yang terpaksa pergi meninggalkannya karena perceraian. Harapan besar kini tumbuh dalam hati Ambar. Bapak yang telah lama dirindukan ada kabar sekarang."Maaf, saya harus sampaikan bahwa Bapak Gerry telah meninggal lima tahun yang lalu. Sejak itu saya mencari keberadaan keluarga beliau. Saya turut berdukacita, Miss. Ambar."Ambar tidak bisa berucap sepatah kata pun. Air mata deras mengalir dari kedua sudut mata. Musnah sudah harapannya untuk bertemu langsung dengan bapaknya. "Terima kasih, Miss. Clarisa."Saat mereka sedang berbincang, Sabrina mendekat ke arah pintu lalu memberi kode dengan menyilangkan dua lengan. Tak cukup itu saja, bahkan wanita bermata sipit tersebut mengucapkan kata tanpa bersuara."Hati-hati!"Beruntung Clarisa sedang membelakangi pintu, sedangkan Ambar tepat menghadap ke luar. Setelah mendapat kode dari Sabrina, sikap Ambar lebih berhati-hati. Sabrina yang khawatir akan keselamatan Ambar dan Brian sege
Tampak dua orang perwira tinggi turun dari mobil polisi lalu menghampiri sebuah mobil mewah berplat khusus tersebut. Kedua perwira melakukan sikap hormat saat pintu penumpang terbuka.Seorang pria berusia tujuh puluh tahunan bangkit lalu berjalan menghampiri kedua perwira."Terima kasih atas bantuannya. Akhirnya keluarga kami bebas dari bayang-bayang mafia black market," ucap pria berpenampilan rapi layaknya seorang pengusaha."Terima kasih kembali. Semoga kerja sama di antara kita semakin terjalin erat," balas salah satu perwira sambil menerima uluran tangan pria pengusaha.Pria pengusaha yang tak lain adalah Rahardian Wisanggeni alias Tuan Gerry melangkahkan kaki menuju ruang rontgen. Semua area yang berisi anggota keluarga Ambar dan para kerabat disterilkankan dari para nakes serta pengunjung yang tidak berkepentingan. Setiap lorong dijaga ketat oleh sekuriti dibantu polisi. Situasi rumah sakit menjadi berubah tegang mirip dengan penyergapan teroris. Tuan Gerry berjalan cepat diik
Kewajiban Tuan Gerry telah ditunaikan termasuk pemberian sebuah rumah mewah di kawasan elit di Singapura. Pria ini segera membuka pesan yang masuk. Ada pesan dari sekretaris dan pimpinan bodyguard serta sekali lagi dari Clarisa. Tuan Gerry membuka pesan dari wanita berprofesi sebagai spionase tersebut.Selamat sore, Tuan GerryIni mungkin adalah pesan terakhir dari saya. Telah sekian tahun saya mengabdi pada Anda. Terus terang, beberapa tahun terakhir, saya tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mengharap cinta dari Anda. Saya tahu persis bahwa Anda telah menemukan keluarga yang selama ini terpisah. Cinta Anda hanya ada untuk mereka dan hal itu tidak bisa saya terima. Lebih baik Anda tidak bersamanya dan saya terpaksa kalah oleh cinta. Selamat tinggal, my beloved. ~Clarisa Peron~Tuan Gerry seketika terpaku lalu menitikkan air mata. Dirinya sungguh tidak menyangka bahwa selama ini Clarisa menaruh hati padanya. Pria yang masih gagah di usia senja tersebut mengusap air mata dengan uj