Share

Hasil tes DNA

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-31 19:38:05

[Untung kamu lihat Karina, Yang. Kalau tidak bisa ketahuan kita. ]

[Aman, Yang.]

[Sampai kapan aku harus menunggu, Yang?]

[Secepatnya, kamu sabar.]

Tanganku mengepal tanpa diminta, amarah pun meledak bak bom yang dilempar, jatuh mengenai tanah. Mas Arif berniat meninggalkan aku dan Talita, dia lebih memilih perempuan itu dibanding aku, istrinya. Lalu untuk apa aku bertahan?

Bulir demi bulir jatuh tanpa permisi. Sesak menelusup dalam rongga dada. Inikah akhir dari perjuanganku? Jika kamu memilih dia, aku akan pergi tanpa kamu minta.

Perpisahan memang menyakitkan. Namun rasa sakit akan berlipat karena pengkhianatan. Apa susahnya jujur jika tak memiliki rasa, dari pada harus mendua dan membunuh mentalku secara perlahan.

"Mama kenapa?"

Cintya tiba-tiba duduk di sampingku. Anak itu pun menghapus jejak air mata yang menempel di pipi. Sejak kapan dia di sini?

Televisi masih menyala di tengah keheningan yang tercipta. Ruang keluarga terasa begitu asing karena pikiran terjebak dalam dimen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Meminta Penjelasan Arif

    "Kamu ada di mana, Mas?" tanyaku dari balik sambungan telepon. "Studio, Dek. Kenapa?""Aku ke sana, ya? Ada hal penting yang mau aku bicarakan.""Mas mau keluar, kita bicarakan di rumah saja, ya."Panggilan telepon ia matikan sepihak tanpa mendengar jawaban dariku. Kembali aku hubungin nomor Mas Arif. Namun lelaki itu justru menonaktifkan ponsel miliknya. Aku tahu kami di mana, Mas. Bersama Sasa, kan? Dadaku bergemuruh, amarah sudah berada di ubun-ubun. Mas Arif sudah keterlaluan. Kalau dia benar-benar ingin pergi, dengan senang hati aku akan melepasnya. Percuma tinggal satu atap tapi hati dan pikirannya untuk orang lain. Memasukkan hasil tes DNA dalam tas, aku pun beranjak meninggalkan kantin rumah sakit. Sesak, dadaku terasa malu meledak. Namun sekuat hati kutahan lara ini, aku tak ingin dikasihani orang lain. Mobil kulajukkan perlahan meninggalkan rumah sakit. Kendaraan roda empat berjalan lurus tanpa tahu tempat mana yang akan kutuju. Sejujurnya aku hancur, tak tahu harus mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Pergi Dari Rumah

    Mas Arif meminum kopi perlahan. Kemudian ia letakkan cangkir yang masih terisi kopi di atas meja. Helaan napas terdengar begitu berat. Aku diam, menanti setiap kata yang akan keluar dari mulutnya. Jawabannya kali ini menentukan hubungan kami. Aku akan menyerah jika dia memilih Sasa. Percuma berjuang jika nantinya tersiksa seorang diri. Hakikatnya pernikahan menyatukan dua hati, bukan memaksa untuk bertahan tinggal dengan satu hati. Jika nyatanya ada nama orang lain yang menelusup bahkan memenuhi seluruh hati dan pikirannya. Aku lelah berjuang seorang diri. Memaafkan sebuah kesalahan bisa aku lakukan. Namun jika berulang dan menggoreskan luka terlalu dalam, maaf aku tak sanggup. "Katakan, Mas!""Maafkan aku, Rin.""Aku butuh penjelasan, bukan sekedar kata maaf. Katakan kebenarannya, Mas!""Kamu benar, Rin. Cintya adalah anak Sasa, sahabat yang pernah kukenalkan padamu, dulu."Sesak, seolah tak ada pasokan oksigen yang ada di paru-paru. Sebenarnya aku tahu kenyataan akan seperti in

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Tinggal di Salon

    Seketika kami membisu, tanpa dikomando semua mata tertuju ke pintu. Seorang perempuan masuk tanpa mengucapkan salam. Dia melirikku kemudian tersenyum penuh kemenangan. Langkahnya pelan namun pasti. Postur tubuhnya menciptakan keangkuhan yang begitu besar. Senyum yang mengembang bak tarian kematian, bagiku dan Talita. "Mas udah sarapan belum?" tanyanya seraya mendekat ke arah suamiku. Tanpa rasa malu mereka pertontonkan hal yang tak pantas dilihat Talita atau pun Cintya. Berpelukan tepat di depan bola mataku. Mas Atif melakukan itu seolah tak memiliki rasa bersalah terhadapku. Mereka anggap apa aku ini? "Kenapa tante itu peluk papa, Ma?"Talita melepas genggaman tanganku. Anak itu menatap penuh tanda tanya pada dua insan yang tak memiliki urat malu. Tidak sadarkah mereka, ada hati yang terluka? "Ayo, Ta! Kita pergi sekarang!"Tangan mungil itu kembali kugenggam, menariknya pelan keluar rumah. Aku hiraukan teriakan Cintya yang terus memanggil namaku dan Talita. Aku ingin membutakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Menghibur Thalita

    "Aku tak salah dengar, Mas? Satu atap kamu bilang?"Tanpa rasa bersalah lelaki itu tersenyum ke arahku. Seolah ucapannya tak menyakiti hati. Egois, dia hanya mementingkan perasaannya sendiri. "Iya, Rin. Ayo pulang, kita mulai lagi dari awal.""Gak sudi aku, Mas. Mimpimu jangan terlalu tinggi, sampai kapan pun ... aku gak mau dimadu. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi. Aku tunggu surat perpisahan kita!"Kaca mobil aku naikkan. Lelaki itu tak henti-hentinya menggedor jendela seraya memanggil namaku. Lekas aku memacu kendaraan roda empat ini meninggalkan halaman sekolah. Stang mobil menjadi pelampiasan amarah yang meledak. Sesekali memaki lelaki bergelar suami. Sikapnya sudah keterlaluan, kukira dia akan mengiba dan memintaku kembali. Namun ternyata salah, dia hanya menginginkan Sasa, bukan aku dan Talita. Cukup aku memberinya kesempatan. Mulai hari ini aku berjanji, akan melepasnya pergi. Tak akan ada air mata yang jatuh untuknya. Aku relakan dia untuk Sasa dan Cintya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talak di Depan Salon

    "Karina.""Fajar.""Aduh maaf, ya. Kamu gak papa, Sayang?"Fajar jongkok memeriksa tangan dan kaki Talita. Memastikan tak ada yang terluka apalagi berdarah. Terlalu berlebihan jika mengira Talita bedarah karena jatuhnya tidak terlalu keras. "Gak papa, Jar. Talita yang salah lari gak lihat kanan kiri. Dia terobos saja sampai menabrak tubuh kamu dan jatuh.""Ini anak kamu, Rin?"Aku mengangguk, kemudian tersenyum pada lelaki itu. "Siapa namanya, Cantik?" tanya Fajar seraya mengulurkan tangan kanan. "Talita, Om.""Maaf, ya, Jar.""Gak papa."Lelaki itu menoleh kanan dan kiri, ekor matanya mencari sesuatu yang entah apa. Aku sendiri tak tahu, hanya menerka dia tengah mencari seseorang. Mungkin Mbak Salwa, tunangannya. "Suami kamu mana, Rin?""Kita udah gak tinggal satu rumah dengan papa, Om."Talita berbicara dengan polosnya. Seketika aku ingin berlari dan bersembunyi di dalam lemari. Sungguh aku seperti tak memiliki muka, malu sekali. "Talita mau es krim? Om traktir deh."Talita mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Aku Ingin Pulang Bersama Papa

    Aku mematung di depan salon, menatap mas Arif hingga hilang ditelan jalan. Entah kenapa tubuhku terpatri, mulut terkunci. Hanya cairan bening yang jatuh tanpa permisi. Bohong jika aku tak merasakan kecewa bahkan terluka. Nyatanya hatiku tercabik, meski berusaha baik-baik saja. Aku masih mencintainya meski dia menggoreskan luka berulang kali. Bahkan menusuk hingga aku nyaris mati. "Kamu gak papa, Rin?"Sentuhan di pundak menyentakku, menghilangkan lamunan yang menari di kepala. Segera aku hapus jejak air mata yang menempel di pipi. Memaksa bibir tersenyum hanya untuk menutupi luka yang menganga. "Aku baik-baik saja, Jar.""Serius?"Aku mengangguk lalu memilih kembali masuk. Aku tinggalkan Fajar dan beberapa orang yang menatapku penuh tanda tanya. Biarlah mereka menilaiku seperti apa. Lelah, aku butuh waktu menenangkan diri. Aku merebahkan tubuh di atas kasur, tepat di samping Talita. Memandangi wajah polos dengan linangan air mata yang menempel di pipiku. Entah kata apa yang bisa k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Pindahan

    "Masuk, Ta! Masuk!""Tapi, Ma ....""Tidak ada tapi! Masuk sekarang!" pekikku. Dengan gontai Talita berjalan dan masuk ke mobil. Baru saja mobil kunyalakan, gedoran di jendela tak terelakkan. Mas Arif berusaha membujuk Talita untuk memenuhi keinginannya. Kali ini tak akan kubiarkan dia menghancurkan kami lagi. "Karina! Talita!"Aku injak pedal gas, meninggalkan Mas Arif yang menjerit, memanggil namaku dan Talita berulang kali. "Kenapa tak boleh jenguk kak Cintya, Ma?""Kamu mau bertemu degan tante Sasa?"Seketika Talita menggeleng. "Turuti ucapan mama, kali ini saja."Talita mengangguk meski terlihat jelas kekecewaan dari sorot mata itu. Terkadang apa yang kita inginkan tak harus tercapai. Putri kecilku harus mulai belajar jika dunia kadang tak sejalan dengan angan dan ekspetasi. Sesampainya di salon, dia terus berlari menuju kamar di lantai atas. Sikapnya memancing tanda tanya Cantika, Nina dan Sisil. Ketiga orang itu kebingungan dengan sikap Talita. "Talita kenapa?" tanya Cant

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Siapa yang Mengirim Pesan?

    "Aku yang pesan, Rin."Seketika aku menoleh, menatap perempuan yang berdiri di teras rumah. Senyum tanpa dosa tergambar jelas di sana. "Ini berlebihan, Ca.""Jangan bawel! Siapa suruh gak mau tinggal di rumah aku."Cantika menyilangkan tangan di dada, menatap tajam padaku. Kalau sudah begini aku tak bisa berbuat apa pun. Menurut adalah jalan terbaik dari pada mendengar omelannya. Cantika memang sahabat terbaik. Beruntung Tuhan mengirimkannya untukku. Setidaknya aku tak sendiri dalam menghadapi kejamnya hidup ini. "Masukiin, Mas! Hati-hati!"Cantika memberikan arahan. Kanan, kiri, dua kata yang terus meluncur dari mulutnya. Dia sudah seperti mandor yang memerintah bawahannya. ***"Mama hari ini ke salon?" Aku meletakkan sendok di atas piring, menoleh ke arah Talita yang tengah asyik menikmati sarapan. Nasi goreng dengan telur mata sapi menjadi menu favoritnya. Dia begitu antusias memasukkan sedikit demi sedikit nasi goreng ke mulut. "Mama minta libur dua hari, Ta. Masih banyak y

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12

Bab terbaru

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Ekstra Part

    Pov Arif"Kenapa kamu bohongi aku, Rif? Katanya motret ... gak taunya mau kawin lagi. Apa aku kurang?"Aku diam, tak lagi menjawab ucapan Sasa. Pikiranku justru melayang, membayangkan wajah Karina.Bodoh, satu kata yang pantas menggambarkan diriku. Melepas berlian hanya untuk perak semata. Ingin kembali tapi nyatanya tak bisa. "Diem terus! Diem terus! Ngomong, Rif!" hardik Sasa. "Maaf, Sa ... maaf."Dari ribuan kata, hanya itu yang terlintas di kepala. Maaf ... maaf karena aku membuka pintu hingga kisah lama kembali berseru. Berharap rangakaiannya akan indah dan sempurna, tapi nyatanya berbeda. Sasa mendengus kesal, memiih diam sepanjang perjalanan Boyolali sampai Jakarta. Aku sendiri tenggelam dalam bayangan penyesalan yang tak bertepi. Sasa duduk di samping Cintya, tepat berhadapan denganku. Beruntung anak itu terlelap saat perdebatan terjadi di antara kami. Kini aku memilih memejamkan mata, menikmati jalannya kereta hingga sampai kota tujuan. ***"Aku berangkat dulu, Rin!" uca

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   ENDING

    "Sa--Sasa...," panggilnya terbata. Mas Arif gelagapan, wajahnya seketika menegang. Ada gurat ketakutan di sana. Entah ke mana tampang penuh percaya diri itu? Sasa mendekat, tanpa diminta dia duduk tepat di samping Mas Arif. Kedatangan Sasa membuat bapak dan ibu kebingungan. Sementara Talita meremas pakaianku dengan kencang. “Ini siapa, Nak Arif?”Bapak menatap tanda tanya pada perempuan yang duduk di samping mantan suamiku. Aku diam, memberi ruang dua orang itu untuk bicara. Saatnya menyaksikan pertunjukan.“Jelaskan, Nak Arif.” Ibu ikut menanyakan hal yang sama. Mereka sangat penasaran.“I-Ini ....”“Saya Sasa, istri Mas Arif. Lebih tepatnya istri di bawah tangan.”Spontan kedua mata mereka melotot. Wajah bapak pun menegang dengan mata menatap tajam dua insan di hadapan kami. Kaget kan, pak? Ya, seperti itu sikap menantu kesayangan kalian.“Istri Arif?”“Iya, Tante. Saya istri baru Arif. Kemarin dia bilang akan melakukan pemotretan, tapi malah datang kemari untuk melamar Karina.

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Lamaran Arif

    "Bapak bicara dengan siapa?" "Bukan dengan siapa-siapa." Bapak pun mematikan sambungan teleponnya. "Sudah beli baksonya? Enak, to?"Aku mengangguk. Tidak lama bapak pergi menjauh. Meninggalkan tanda tanya yang kucoba tutupi. Lebih tepatnya menepis prasangka yang ada. Dering ponsel membangunkan diriku dari lelapnya tidur siang. Sudut bibir tertarik ke atas kala melihat gambar Talita di layar ponsel. "Kamu baik-baik saja, Rin?" tanya Fajar dari sambungan telepon. Entah kenapa kali ini ada bunga yang bermekaran. Padahal lelaki itu hanya menanyakan kabar. Apa sudah ada rasa untuknya? "Baik, Jar. Maaf, aku belum menjelaskan kepada orang tuaku. Aku masih menunggu waktu yang tepat. Setidaknya hingga marahnya mereda.""Aku menanyakan kabarmu, bukan masalah itu."Kami mulai mengobrol, tak hanya masalah pernikahan ... hal kocak lainnya menjadi topik pembicaraan. Bersama dia aku seperti memilki sahabat. Bukan sekedar calon suami. Benar kata orang, menikah itu sepenuhnya mengobrol. Bukan ha

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Bab 31

    “Kamu yakin, Jar?”Lelaki di hadapanku menoleh, meletakkan koper kemudian menatapku lekat. Sebuah lengkungan tergambar jelas di wajahnya. Tanpa ragu dia mengatakan iya. Fajar akan melamarku di hadapan kedua orang tuaku.Sejenak aku menghela napas, menghilangkan rasa sesak yang memenuhi rongga dada. Dalam diam hatiku bergejolak. Benarkah apa yang aku lakukan saat ini? Benarkah keputusan untuk menerima lamaran Fajar?“Semua akan baik-baik saja,Rin.” Fajar mengelus pelan pundakku. Dia seolah tahu apa yang tengah kupikirkan saat ini.Semua barang sudah kami masukkan ke mobil. Talita pun sudah anteng duduk di jok belakang. Kami siap berangkat ke Boyolali, kota kelahiranku.Perjalanan menuju kota kelahiran membutuhkan waktu sekitar tujuh sampai delapan jam. Perjalanan panjang untuk kami dalam kecanggungan. Jujur saja ... hatiku belum sepenuhnya terbuka untuk Fajar. Masih ada luka masa lalu yang membekas. Entah kapan sakit itu akan hilang sepenuhnya.Belum setengah perjalanan kami berhenti d

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talita Mau, Om

    "Benar itu, Rin?, Kalian akan segera menikah?""Iya, Mas. Kami akan segera menikah, secepatnya."Mas Arif mengusap wajah kasar. Tanpa berpamitan ia pergi meninggalkan ruang rawat inapku. Sebongkah batu yang memenuhi dadaku seketika hilang. Bersamaan dengan perginya lelaki bergelar mantan suami. Lega karena dia tak muncul di hadapanku lagi. Denting jam terdengar begitu keras. Seolah mengisi keheningan karena kami memilih saling diam. Sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa, bingung. "Fajar ....""Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Rin. Kamu tak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, kan? Kamu lakukan untuk mengusir Arif."Kata-kata itu menampar telak diriku. Menciptakan rasa malu. Andai bisa berlari, ingin kutenggelamkan muka ini ke dasar bumi. "Maafkan aku, Jar."Aku menunduk, meremas jemari, menghilangkan perasaan bersalah. Nyatanya semakin besar aku mencoba menghilangkan, rasa itu kian jauh dalam tertanam. "Kenapa diam sih, Rin? Aku lho gak mempermasalahkan itu."Aku mendonga

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Fajar vs Arif

    "Bagaimana nasib Talita, Jar?"Aku kian khawatir. Menunggu lelaki itu bicara, tapi tak sepatah kata keluar dari mulutnya. "Talita gak kenapa-kenapa, Rin. Dia baik-baik saja.""Tapi tadi ....""Talita bersama Cantika di rumahnya. Ada yang usil sama kamu. Dia bilang Talita kecelakaan, kan? Padahal putri kamu baik-baik saja."Perkataan Fajar benar. Kalau dipikir ulang memang ada kejanggalan tentang kejadian tadi. Panik membuat aku tak sadar jika Talita masih berada di sekolah. Logika kalah dengan kecemasan. Kabar yang kudengar bak nyata. Sehingga kepala tak bisa berpikir dengan benar. "Kenapa kamu bisa sampai seperti ini, Rin?"Aku menggeleng, tak bisa berkata apa pun. Kejadian ini terlalu cepat. Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi. "Aku harus pulang, Jar. Kasihan Talita sendirian di rumah."Aku hendak bergerak tapi sebuah tangan menahan gerakanku. Disusul tatapan tajam dengan gelengan kepala dari lelaki itu. Fajar melarang aku bergerak, apalagi meninggalkan ruangan ini. "Lalu T

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Kecelakaan

    "Memang Talita mau jadi anak Om?"Mata membola, mulut terbuka lebar, nyaris es krim salah masuk jalur. Apa lagi yang Fajar inginkan? Haruskah secepat ini, saat luka dalam dada masih menganga. Meminta Talita memanggil papa di saat keadaan seperti ini bukan hal yang bagus. Fajar seolah memaksakan kehendaknya sendiri. Apa semua lelaki seperti itu? "Talita masih punya papa, Om."Talita membisu, wajah yang berseri kini menjadi sendu. Ya, sejak kejadian itu dia selalu sedih tiap kali mendengar atau mengingat papanya. Sebesar itukah luka hatinya? "Buat Talita besok minggu Om ajarkan deh!""Asyik!" Talita memeluk Fajar. Senyum itu kembali tercipta. Aku trauma. Menatap Fajar dan Talita kembali menggoreskan 3. Aku takut dia sama dengan Mas Arif, hanya pura-pura cinta. Nyatanya ada hati lain yang dijaga. Lagi-lagi aku kebingungan. Mulut seketika membisu, seolah ada lem yang menempel hingga di setiap sudut. Apa yang harus kujawab ketika Fajar kembali mengungkapkan rasa. Sedang hati meronta k

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talita mau jadi anak, Om?

    Malam kian larut, tapi rasa kantuk tak jua datang. Bayangan Mas Arif datang membawa paksa Talita kian menari dalam angan. Aku takut, ucapannya akan menjadi nyata. Bagaimana jika ia benar-benar mengambil Talita dariku? Denting jam memecah keheningan malam. Memaksa tubuhku terbangun lalu melangkah menuju kamar mandi. Berwudhu, melaksanakan ibadah sunah di sepertiga malam terakhir. Sesak dalam dada tumpah, menangis seorang diri di sepinya malam. Mengadu pada Illahi Robbi, karena hanya Dia tempat untukku berbagi. Hingga aku lelah dan terlelap di atas sajadah. ***"Boleh mama tanya sesuatu, Ta?"Talita mengangguk, kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. Dia diam, menatap lekat netra ini. Talita menunggu kata yang terucap dari mulutku, tapi justru sesak kembali memenuhi rongga dada. "Tanya apa sih, Ma? Kenapa jadi diam? Keburu berangkat sekolah ini.""Apa Talita ingin tinggal bersama papa?""Memang boleh, Ma?"Aku mengangguk meski terasa begitu berat. Sadar, Talita jug

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Hak Asuh Talita

    "Iya ini, Ma. Mbak Karina yang dicintai Bang Fajar."Aku menelan ludah dengan susah payah, seolah ada batu besar yang menghalangi setetes air masuk. Terpaku, mendadak mulut ini kelu. Apa yang harus kujelaskan? Heran, kenapa calon istri Fajar mengetahui segalanya. Bahkan dengan santai mengatakan hal tersebut. Pasangan macam apa mereka ini? "Maaf, Mbak Salwa. Saya dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Itu sudah menjadi bagian masa lalu kami. Saya tidak mungkin menjadi perusak hubungan Mbak Salwa dan Fajar. Tolong jangan salah paham."Seketika Mbak Salwa dan ibunya tertawa terbahak-bahak. Apa yang lucu dari ucapanku? Perkataanku benar ... aku dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Lalu apa yang mereka tertawakan? "Ya Allah, Mbak. Bang Fajar itu kakak kandungku. Dia bukan calon suamiku. Jadi Mbak Karina menghindari Bang Fajar karena ini?""Kakak kandung? Lalu kenapa dia yang mengantarkan kamu mengurus pernikahan, Mbak? Bukankah harusnya pasangan, Mbak?""Calon suami saya bera

DMCA.com Protection Status