DI KEHIDUPAN SEBELUMNYA, selama Ashraff mengikuti reuni, rata-rata dari hadirin tidak tertarik untuk bernostalgia dengan kisah-kisah mereka selama bersekolah di SMA Islam Al-Mustaqim, mereka malah membicarakan keburukan Ameena. Jika dipikir-pikir, SMA Islam Al-Mustaqim tidak akan memalukan untuk dikenang. Meski termasuk sekolah swasta, setiap tahun selalu berprestasi termasuk dalam komitmen untuk membentuk karakter islami, dimana seluruh murid sampai diwajibkan untuk menutup aurat dan menyetorkan hafalan Al-Quran. Tapi, daripada mengenang masa SMA, mengapa orang-orang malah memilih untuk ghibah?
Akan mulai membenahi kehidupan Ameena, Ashraff memutuskan untuk mengawali dengan mengakui kesalahan terfatal Ashraff kepada Ameena. Di hadapan teman-teman SMA mereka nanti, Ashraff akan meminta maaf kepada Ameena karena sudah memfitnah Ameena. Agar semesta mengetahui bahwa Ameena tidak pernah merayu Mirza. Yang merupakan kebenaran, Ameena malah dilecehkan Mirza. Di sini, status Ameena adalah korban dan di mana-mana korban harus mendapatkan keadilan.Pukul setengah empat sore, Ashraff sudah sukses mendatangi rumah Ameena dengan membawa sebuah rencana: mengajak Ameena untuk menghadiri acara reuni. Alhamdulillah. Dia tidak sampai kesasar selama menelusuri alamat Ameena dengan berbekalkan ingatan lampau.Di depan sebuah rumah berpintu cokelat kehitaman, Ashraff sedang menunggu respons dari 'tuan rumah' selepas menciptakan suara ketukan dan mengucapkan salam. Yang diterima Ashraff duluan adalah sahutan salam."Maaf, Nak, cari siapa, ya?"Kepada Ashraff, Bu Layla menampilkan ekspresi bingung. Memang benar bahwa Bu Layla sudah terbiasa menerima tamu, tetapi mereka dari kalangan ibu-ibu—bukan mas-mas—dan kedatangan mereka semata-mata untuk menjahitkan busana. Tapi, sekarang? Bu Layla malah dihadapkan dengan sosok laki-laki muda berpakaian rapi dengan karakteristik wajah terbilang asing.Melihat ibunda dari Ameena, Ashraff sempat membunguk singkat untuk meraih tangan kanan Bu Layla sebelum dicium dengan takzim. "Perkenalkan, Bu. Saya Achmad Ashraff. Teman SMA Ameena."Perkataan Ashraff dilantunkan dengan santun dan ditaburi dengan senyuman manis. Dia sudah bertekad untuk membuat Bu Layla terkesan. Akan tetapi, wanita berhati lembut dengan tubuh dibungkus gamis cokelat tersebut malah menggaruk kepala. Apakah karena terheran-heran dengan kehadiran Ashraff?Menyoroti kerutan halus tengah menodai kening beserta kelopak mata Bu Layla, Ashraff langsung ketularan bingung. "Kenapa, Bu? Apakah wajah saya kurang meyakinkan untuk menjadi teman Ameena?""Eh? Ngga, Nak."Bu Layla terkesiap. Dia merasa bersalah karena sudah menganggurkan Ashraff. Alasan mengapa bibir dari wanita berkerudung hitam tersebut bergegas terbuka untuk menyampaikan, "Ibu ngga bermaksud untuk meragukan kamu. Tapi, Ibu cuma kaget saja. Yang Ibu tahu, Ameena ngga memiliki banyak teman dekat selain April. Mungkin, tanpa harus menunggu dijelasin langsung sama Ibu, Nak Ashraff sudah mengerti kenapa."Mengangguk dengan samar berarti membuktikan bahwa Ashraff memang sudah mengerti. Ada tiga masalah mendasar. Yang kesatu, Ameena adalah anak dari koruptor kelas kakap dan ayah Ameena malah masih dipenjara sampai sekarang. Yang kedua, semasa mereka kelas XII SMA, Ameena dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat karena kasus asusila Ameena terhadap Mirza. Yang ketiga, keviralan Ameena selepas merusak hubungan Mario dan Shalfa. Menjadi orang ketiga? Yah. Meski Mario sudah bertunangan dengan Shalfa? Yah.Mengetahui Ameena berpacaran dengan Mario, Shalfa mengamuk kepada Ameena dengan melabrak Ameena untuk divideokan dan disebarluaskan. Di sini, Ameena bukan tidak memahami bahwa Mario sudah memiliki kekasih. Yang menjadi daya tarik untuk Ameena, laki-laki berusia 33 tahun dengan status aparatur sipil untuk salah satu lembaga milik negara tersebut selalu loyal kepada Ameena. Tiap Ameena meminta sesuatu, Mario tidak ragu-ragu untuk mengabulkan dan tanpa mengenal istilah bersyarat. Akan tetapi, hubungan mereka sudah tidak dapat dilanjutkan karena ibunda dari Mario sedang sakit dan meminta Mario untuk tetap bersama Shalfa. Menghadapi keadaan berhawa suram, sosok manusia dengan karakter keras kepala tersebut tidak bisa melawan. Meski Ameena diam-diam masih dihubungi, Ameena sudah keburu malas untuk meladeni Mario karena kemarin sempat diviralkan Shalfa. Membuat Ameena terkenal karena suatu keburukan."Jadi, Nak Ashraff dateng ke sini untuk ketemu Ameena, ya?""Iya, Bu.""Yah. Ameena malah sedang keluar."Pada awalnya, dengan mendengar keterangan barusan, Ashraff harus bersahabat dengan nestapa. Tapi, benarkah Ashraff bersedih karena ucapan dari sosok wanita berusia 52 tahun tersebut? Memang Ashraff sedang bersedih, tetapi tidal akan berlarut-larut mengingat kekecewaan Ashraff semula sudah digeser dengan harapan baru."Tapi, mungkin ... Ameena ngga akan keluar lama, kok," kata Bu Layla dengan nada semringah selama sedang membentangkan senyuman cerah."Maaf, Bu, apakah saya boleh menunggu Ameena?" tanya Ashraff karena sudah bertekad untuk membawa Ameena ke tempat acara reuni SMA mereka."Boleh, Nak. Boleh."Bu Layla tidak keberatan. Malah langsung mempersilakan Ashraff dengan ramah sekali. Membuat Ashraff merasakan kehangatan tidak terkira."Masuk dulu, yuk!""Ibu buatkan minuman sekalian."Di ruang tamu, Ashraff sudah menikmati momen menunggu dengan ditemani debaran tidak menentu. Kenapa? Karena Ashraff malah teringat dengan cuplikan momentum tertragis Ameena selama bersekolah di SMA Islam Al-Mustaqim. Di hadapan murid-murid terutama dari kelas XII, Ameena disirami dengan berbagai cacian dan hinaan hingga membuat Ameena berselimutkan tangisan beserta emosi.Menghitung dari hari terakhir Ameena bersekolah di SMA Islam Al-Mustaqim, berarti sekarang sudah tahun kelima. Apakah Ashraff ditakdirkan untuk bertatap muka dengan Ameena?"Silakan, Nak Ashraff, diminum dulu tehnya."Atas berkat kedatangan Bu Layla ke ruang tamu dengan diikuti seruan berhawa hangat, lamunan Ashraff langsung buyar seketika. Mata Ashraff mengerjap singkat sebelum difungsikan untuk menatap ke arah wanita berbadan kurus tersebut."Iya, Bu, terima kasih," kata Ashraff, "maaf kalau saya udah merepotkan Ibu.""Nak Ashraff ngga usah terlalu sungkan. Ibu sama sekali ngga merasa direpotkan, kok. Ibu malah senang dengan kedatangan Nak Ashraff karena udah lama sekali Ibu ngga menjamu teman Ameena," balas Bu Layla dengan dilengkapi senyuman bernilai tulus."Melihat Nak Ashraff sekarang, Ibu benar-benar berterima kasih kepada Nak Ashraff karena Nak Ashraff masih mau berteman dengan Ameena."Mendengar Bu Layla malah mengucapkan terima kasih, Ashraff tanpa sadar sudah mendengus dengan halus. "Yang seharusnya mengucapkan terima kasih adalah saya karena Ibu udah berkenan untuk menerima kedatangan saya," ungkap Ashraff disertai kecenderungan untuk mengoreksi logika Bu Layla."Ketika SMA dulu, sebenarnya saya kurang akrab dengan Ameena, Bu. Tapi, terus terang, sekarang saya betul-betul mengharapkan untuk bisa senantiasa menjalin silaturahmi dengan Ameena."Merasa tersentuh dengan ucapan Ashraff, Bu Layla melengkungkan bibir dengan kedua mata dibiarkan untuk mengedip singkat. Akan tetapi, mimik muka ibunda dari Ameena tersebut lantas berubah syok selepas mendengar kalimat terbaru Ashraff. "Jika saya meminta izin kepada Ibu untuk mendekati Ameena, apakah boleh, Bu?"Meski sudah memiliki tebakan tersendiri, Bu Layla tetap berusaha untuk memastikan terlebih dahulu. "Maksud Nak Ashraff dengan mendekati?" tanya Bu Layla dengan kedua kelopak mata diangkat cukup tinggi. Masih dengan suasana terperangah.Yang dikhawatirkan Bu Layla cuma satu. Yaitu apabila Bu Layla malah salah memahami. Tapi, nyatanya?Menurut Bu Layla, kemungkinan barusan harus bisa ditepis dengan cepat karena Ashraff tahu-tahu sudah berkata, "Maaf, Bu, kalau saya udah bertindak lancang. Tapi, bukankah ... akan lebih baik apabila Ameena memiliki hubungan dengan laki-laki single dan mapan seperti saya daripada dengan laki-laki beristri?"Bu Layla tidak membalas. Membuat Ashraff semakin agresif selama berusaha meyakinkan Bu Layla. "Jika Ibu tidak percaya dengan omongan saya, saya bisa menunjukkan KTP saya kepada Ibu," kata Ashraff dengan sebelah tangan seraya bergerak untuk merogoh sebuah dompet berbahan kulit sintetis dari salah satu saku celananya.Maksud Ashraff adalah semata-mata untuk menunjukkan KTP-nya. Aksi Ashraff segera dihentikan Bu Layla. Meski belum membuktikan, Bu Layla sudah memutuskan untuk memercayai. "Nak Ashraff, Ibu bukan ngga percaya dengan status kamu. Tapi, Ibu sedang mengkhawatirkan kamu."Mengapresi iktikad mulia dari anak muda bernama lengkap Achmad Ashraff, Bu Layla sampai kebablasan untuk curhat sekalian. "Aslinya, Ibu udah sangat lelah dengan kebiasaan Ameena setelah dikeluarkan dari sekolah. Ibu hafal benar, Nak. Ameena selalu mendekati laki-laki beristri dan berduit untuk diporotin."Menghela napas dengan berat, Bu Layla menatap Ashraff dengan sorot mata bermakna terselubung: tidak ikhlas untuk melepaskan sosok laki-laki bernyali besar seperti Ashraff. "Menurut Ibu, mendekati Ameena malah akan membuatmu menghadapi berbagai risiko terburuk."Menghapus keresahan Bu Layla dilakukan Ashraff dengan melengkungkan bibir dan berkata tanpa ragu-ragu, "InsyaAllah, Bu, saya bersedia untuk menanggung semua risiko tersebut."Ketika Ashraff mampu berseru dengan mantap, bukan berarti Bu Layla sudah tidak memiliki kecemasan apa pun. Amatan Bu Layla kepada Ashraff ternyata mematik Bu Layla untuk berasumsi bahwa Ashraff memang tidak senang berbuat neko-neko. Jika dibandingkan dengan Ameena?"Tapi, bagaimana dengan Ameena, Nak? Ibu ngga yakin kalau Ameena akan menerimamu," kata Bu Layla.Yang Bu Layla ketahui, Ameena tidak pernah membina kisah romansa dengan anak baik-baik. Alasan mengapa Bu Layla bisa meragukan Ashraff."Ibu tidak usah mencemaskan apa pun. Mengenai keputusan akhir tentunya akan saya serahkan sepenuhnya kepada Ameena," kata Ashraff dengan bijaksana, "saya tidak akan memaksa Ameena apabila Ameena memang tidak berkenan untuk bersanding dengan saya. Yang terpenting, saya udah berusaha untuk merebut hati Ameena dengan berbekal restu serta dukungan dari Ibu."Meski mulut dapat melantunkan suatu kepalsuan dengan tenang, batin Ashraff terus terang sudah teramat kocar-kacir. Jika nanti malah ditolak Ameena, bagaimana Deffy bisa mengamankan Ameena? Ayolah. Tugas Ashraff adalah menyelamatkan Ameena. Dia akan mengubah alur cerita dari kehidupan Ameena dengan menjauhkan Ameena dari Krishna dan salah satu cara untuk mencegah Ameena memiliki hubungan romansa dengan Krishna dapat ditempuh Ashraff dengan menikahi Ameena.Apakah Ashraff sudah berpikiran konyol? Memang. Asalkan bisa melindungi Ameena dengan leluasa, Ashraff tidak keberatan untuk banyak-banyak berkorban."Baiklah, Nak Ashraff," kata Bu Layla. "Ibu udah merestui kalian dan akan selalu mendukung Nak Ashraff untuk mendapatkan Ameena. Mudah-mudahan Ameena bisa menerima Nak Ashraff karena Ibu terus terang berharap sekali kepadamu. Jika Ameena bisa menikah denganmu, Ibu akan merasa bersyukur sekali.""Aamiin."Mumpung lontaran harapan dari Bu Layla masih segar, Ashraff bersigegas mengamini. Lalu, tidak berapa lama kemudian, suara mesin dari kendaraan beroda empat terdengar dengan lembut. Ketika sama-sama memusatkan tatapan berminat ke arah halaman rumah, Bu Layla menuai kesempatan untuk bereaksi duluan. "Nah, Ameena udah sampai rumah tuh!"Memasuki rumah dengan tanpa mengucapkan salam, Ameena sudah langsung mendekat ke anak tangga untuk menuju lantai atas. Akan segera melepaskan kerinduan dengan kamarnya. Amat disayangkan, langkah Ameena harus terhenti karena kalimat seseorang—berasal dari sisi rumah sebelah kanan."Ameena! Ada temen kamu, nih."Menatap ke arah ruang tamu, Ameena menemukan fakta bahwa Bu Layla sedang menerima tamu. Mengenai seperti apakah rupa dari sosok tamu di sana, apakah Ameena tahu? Tidak. Yang dilihat kedua mata Ameena malah sebatas bagian samping dari badan laki-laki tersebut."Mama ngaco, ah.""Aku mana punya temen selain Ap—"Ketika Ashraff menoleh, tatapan Ameena dan Ashraff langsung bertemu dan melekat dengan rapat. Mata Ameena membesar. Adalah isyarat nyata dari ketertegunan Ameena terhadap keberadaan Ashraff."Loh? As—"Masih ditemani mata berpupil lebar, Ameena sudah berucap tangkas dengan sebelah tangan terangkat untuk menunjuk ke arah laki-laki bernama lengkap Achm .... Ya, Tuhan. Dia tidak sanggup meneruskan karena sampai sekarang masih menaruh kebencian kepada laki-laki tersebut. Yah, bagaimana tidak?Meski lima tahun sudah bergulir, Ameena masih mampu mengingat bagaimana Ameena menderita sebuah kesakitan hebat. Ketika Ameena sedang meminta Ashraff untuk bersaksi berkenaan dengan tindakan tidak menyenangkan Mirza kepada Ameena, Ashraff malah memanipulasi realita. Memfitnah Ameena dengan mengatakan bahwa Ameena adalah biang keroknya. Mendendam kepada Ashraff membuat Ameena beranggapan bahwa laki-laki berusia 25 tahun tersebut merupakan sumber dari mimpi buruk Ameena. Pada empat tahun terakhir, Ameena sempat merasakan kedamaian karena bisa sedikit mengubur masa-masa suram terdahulu. Tapi, sekarang laki-laki berhati busuk tersebut malah datang ke rumahnya? Akankah untuk kembali menorehkan luka? "Mau ngapain kamu di sini?"BU LAYLA memang sungguh bermurah hati kepada Ashraff. Jika tidak dibantu wanita tersebut, Ashraff belum tentu bisa memiliki kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Ameena. Ketika sedang duduk berhadapan dengan Ameena, Ashraff mengaku kurang nyaman. Dulu, Ameena selalu berpakaian tertutup. Tapi, sekarang? Ya, Tuhan. Ashraff malah bisa bebas menyaksikan sebagian dari aurat Ameena! Mata Ashraff benar-benar sudah ternoda. Melihat rambut Ameena diatur bergelombang dan diberikan sentuhan warna caramel ombre brown, bisa dipastikan susah sekali untuk Ashraff dapat mengatakan bahwa mahkota milik Ameena tersebut tidaklah indah. Memaksa Ashraff untuk sering-sering menunduk. Yang lebih mengkhawatirkan, kedua lengan dan kedua betis Ameena entah mengapa seperti sedang menantang Ashraff. Jika tingkat keimanan Ashraff terlalu lemah, kemungkinan Ashraff sudah berbuat macam-macam kepada Ameena. Maksud Ashraff untuk mengajak Ameena mengikuti reuni khusus alumni dari SMA Islam Al-Mustaqim angkatan
"Ameena?" Mata Masha membola. Melihat sosok wanita bergaun merah maroon sedang berjalan memasuki ballroom dengan langkah menggoda, Masha sungguh-sungguh tersentak. Malah, sekarang manusia dengan tubuh dibalut gamis berwarna krem tersebut sudah memanggil-manggil Eyla dengan sebelah tangan ikutan digerakkan secara aktif supaya Eyla bisa segera merespons. "Eyla! Eyla!" Di samping Masha, mustahil sekali apabila kedua telinga Eyla tidak dapat menyerap seruan dari mulut Masha. Menilai bahwa setiap keributan Masha terbilang mengesalkan, Eyla sampai tidak bisa mengabaikan semata. Jadi, Eyla memaksakan untuk menyahut dengan tidak ikhlas, "Kenapa, Mash?" "Aku salah lihat atau ngga, sih?" Pandangan Masha masih belum dilepaskan dari Ameena. Tiap detik bertambah, Masha malah terus-menerus menolak untuk berkedip. "Yang masuk bareng Ashraff beneran Ameena?" Mengikuti ke mana arah dari tatapan Masha, kedua netra Eyla lantas menemukan Ameena dan Ashraff sedang melangkah bersama. Meski sekilas kel
MASUK ballroom lagi, Ashraff malah disambut dengan kalimat-kalimat hiperbolis dan dimaksudkan untuk menghibahi seseorang. Membuat maksud Ashraff semula harus tertunda untuk sementara."Begini, Girls, lima tahun lalu, barangkali Ameena emang ngga pernah berlaku murahan. Tapi, sekarang?"Perkataan Olyzia sudah membuat Eyla dan Masha sama-sama tergelak dengan kompak. Mencemooh Ameena memang mendatangkan kepuasan tersendiri untuk mereka. Ketika SMA, Ashraff selalu ikutan berbahagia setiap Ameena diserang sama Olyzia. Kini, Ashraff malah ikutan terluka dan akan menempati barisan terdepan untuk menangkis serangan verbal dari wanita berbaju biru navy tersebut."Aku sama sekali ngga kaget dengan respons kalian, kok.""Melihat kalian masih belum berhenti merendahkan Ameena sementara kalian sama-sama udah mengetahui kebenaran mengenai Ameena, berarti kalian memiliki masalah dengan nurani kalian," kata Ashraff. Mau Ameena baik atau tidak, orang-orang dari kelompok anti-Ameena akan tetap tidak suk
"Maafin Ibu, Am. Ibu ngga tahu," kata Bu Layla dengan suara rendah, tetapi lama-lama malah bisa ketularan menangis. "Jika Ibu tahu, Ibu ngga bakalan ngasih ruang kepada Ashraff untuk deketin kamu."Ketika Bu Layla sedang mengumpulkan kemantapan untuk berhenti berlaku ramah kepada Ashraff, suara ketukan terhadap sebuah benda berbahan kayu malah menginterupsi duluan. Mau tidak mau, Bu Layla harus meninggalkan Ameena. Yang datang untuk bertamu ternyata merupakan tokoh utama dari obrolan mereka. Achmad Ashraff. Maksud Ashraff adalah memastikan apakah Ameena sudah balik ke rumah atau belum. Akan tetapi, Ashraff disambut Bu Layla dengan tidak bersahabat?"Mau apa kamu ke sini?""Maaf, Bu, saya datang ke sini untuk memastikan apakah Ameena udah sampai rumah atau belum. Tadi, Ameena malah ninggalin saya," ucap Ashraff tanpa sempat berpikiran macam-macam terhadap keketusan Bu Layla."Memang lumrah sekali kalau Ameena ninggalin kamu, Shraff."Perkataan Bu Layla terdengar menohok. Yang disayangka
MASIH menduduki sofa bercorak hijau army dengan badan belakang ditempelkan ke bagian sandaran dan sebelah tangan ditekuk untuk menyangga salah satu sudut kepala, Ameena harus menghadapi seruan bernada persuasif dari Bu Layla. "Ibu ngga bermaksud untuk memaksamu, Am. Tapi, setelah dipikir-pikir, mungkin ... menikah dengan Ashraff emang merupakan solusi terbaik untuk kamu."Perkataan Bu Layla sungguh membuat kepala Ameena berputar-putar. Menjadikan wanita berkaus ungu dan celana warna tulang sebatas lutut tersebut merasa dianaktirikan. Mendapati Bu Layla terus mempromosikan Ashraff, bagaimana Ameena bisa tidak cemburu? Yang merupakan anak kandung dari Bu Layla siapa, sih? Ameena atau Ashraff?"Aku ngga cinta sama Ashraff, Bu," ucap Ameena dengan suara mantap. Di samping Ameena, Bu Layla meraih bahu kanan Ameena dengan memanfaatkan salah satu telapak tangan seraya berkata dengan menggunakan irama memaklumi, "Iya, Am. Ibu bisa ngerti."Apakah sudah cukup selesai di situ? Tidak.Bu Layla
SELAMA sedang duduk berhadapan dengan Bu Layla, Ashraff benar-benar diliputi ketegangan. Membuat Ashraff sampai tidak bisa leluasa bernapas dan tidak berani menggerakkan kaki dengan kedua telapak tangan terus memegangi lutut. Apakah sebelum Ashraff bisa menikahi Ameena, Ashraff akan dites Bu Layla terlebih dahulu?"Ibu minta kamu untuk dateng ke sini untuk suatu alasan, Shraff," kata Bu Layla dengan suara terdengar matang. "Memang ngga bisa dipungkiri bahwa Ameena bersedia menikah denganmu karena sebuah kesepakatan doang. Malah, kemungkinan besar ... status kalian nanti ngga akan bener-bener dianggap sama Ameena."Alangkah melegakan untuk Ashraff. Dia tidak sedang diinterogasi maupun disuruh untuk memecahkan tebak-tebakan rumit. Jadi, Ashraff bisa memanfaatkan momen untuk mengatur napas. Agar setiap buih dari oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh laki-laki tersebut dengan lancar dan teratur. "Yang menjadi masalah. Ibu ngga bisa berpura-pura ngga ngerti, Shraff. Di dalam agama kita,
MEMEGANG kedua bahu Bu Tsania, maksud Ashraff adalah menuntun sosok wanita berusia lewat dari setengah abad tersebut untuk menyelesaikan masalah antara mereka berdua dengan menggunakan kepala dingin. "Mari, Bu," kata Ashraff, "kita duduk dulu. Aku akan menjawab semua keresahan Ibu."Meski dada dari Bu Tsania masih bergerak naik dan turun secara berkesinambungan, Ashraff tetap membawa Bu Tsania untuk berpindah ke sofa. Di ruang keluarga, sekarang mereka sudah duduk bersebelahan dengan arah sama-sama sedikit diserongkan supaya tatapan mereka bisa memetik kemudahan setiap akan dipertemukan. Masih fokus dengan kornea mata Bu Tsania, bisa dibilang suara Ashraff tidak kalah lembut dengan sorot mata Ashraff selama sedang bertutur kata kepada Bu Tsania. "Maaf, Bu. Aku ngga berniat untuk nyurangin Ibu."Bu Tsania menarik napas untuk diembuskan dengan mengandalkan satu dorongan. Lalu, tidak lama berselang, kedua manik mata Bu Tsania diinstruksikan untuk memandang ke arah Ashraff. "Baiklah. Ibu
DI SAMPING Ameena, tiba-tiba Ashraff sudah muncul dan menghalau lengan kanan Ameena. Lalu, Ashraff menoleh dengan cepat untuk meluncurkan tatapan garang kepada Ameena. Di tangan kanan Ameena, sebuah gelas berisi cairan haram bergegas direbut Ashraff untuk kemudian dipindahkan ke atas meja.Atas keberadaan Ashraff, Ameena tidak sampai menampilkan ketertegunan karena Ameena masih belum kepikiran untuk bertanya-tanya mengenai bagaimana Ashraff bisa datang ke situ. Yang dipilih Ameena adalah memamerkan senyuman tanpa dosa seraya membalas tatapan Ashraff dengan sorot mata menantang serta berkarakter elegan."Aku malah sayang banget, Shraff," ucap Ameena dengan irama cenderung angkuh. "Jika aku ngga sayang sama tubuhku sendiri, aku ngga akan duduk di sini dan berusaha untuk ngilangin stress-ku.""Aku bukan ngga bisa ngerti mengenai kondisimu, Am. Tapi, caramu beneran salah," kata Ashraff, "selain haram ... minuman beralkohol bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatanmu."Mengharap bahwa nase
Menurut Bu Layla, mustahil sekali apabila sosok semulia Ashraff bisa sampai menghancurkan hidup Ameena. Memang susah untuk bisa dipercayai. Di masa lalu, mungkin Ashraff memang bukanlah laki-laki baik. Tapi, sekarang? Ayolah. Bu Layla tidaklah buta. Kini, Ashraff sudah benar-benar merupakan sosok insan teladan. Mendapati Bu Layla masih belum bereaksi, kerongkongan Ashraff sungguh-sungguh merasa bosan karena sudah terlalu lama menganggur. Pita suara Ashraff sampai dibiarkan untuk bebas berekspresi kemudian. "Mohon diterima, Bu."Membuang napas dengan lembut, sudah cukup untuk Bu Layla menatap lama ke arah Ashraff. Dia harus cepat-cepat merespons tindakan dari Ashraff dengan bijaksana. "Baiklah, Shraff.""Ibu akan menerima bantuanmu," kata Bu Layla dengan kedua tangan terulur untuk meraih amplop berisi berpuluh-puluh lembar uang kertas dari tangan Ashraff.Meski habis dikasih rezeki nomplok dari menantu sendiri, Bu Layla tidaklah berlaku congak dengan sekadar menerima. Pribadi Ashraff
KEPULANGAN Ameena tidak disambut Bu Layla dengan sukacita. Melihat Ameena merengut, Bu Layla malah langsung melukiskan mimik muka bingung. "Loh, Am? Ini, kamu balik sendirian?""Iya, Bu," kata Ameena dengan ekspresi masih masam. Lalu, kedua kaki Ameena bergegas tergerak untuk menyusun langkah. Mau cepat-cepat memasuki rumah."Aku beneran balik sendirian."Ketika Ameena sudah dibiarkan melesat ke dalam, Bu Layla beralih menutup akses masuk ke rumah mereka seperti semula. Mendapati Ameena tahu-tahu sudah singgah ke ruang tamu dan menduduki salah satu sofa di sana, Bu Layla memutuskan untuk ikut-ikutan duduk dengan memilih sisi kosong di samping Ameena."Memangnya, kondisi Bu Tsania gimana, Am? Apakah serius sekali?" tanya Bu Layla. Penasaran? Pastilah. Akan tetapi, Bu Layla malah harus dikesalkan dengan sahutan apatis dari Ameena."Yah ... ngga gimana-gimana, Bu.""Iiih, kamu, tuh," ucap Bu Layla dengan sebelah tangan terangkat untuk mencubit salah satu lengan Ameena, memberikan hukuman
AGAK MENYIPITKAN kedua mata dengan sudut bibir sebelah kanan sedikit dinaikkan, maksud Ameena memang untuk memancarkan sorot mata dipenuhi selidik. Adalah awal mula sehingga Ameena bisa meluncurkan sebuah tebakan tidak berdasar."Ah. Aku tahu.""Pasti kamu ke sini untuk meriksain otakmu."Menghadapi tudingan Ameena, Mirza menampilkan mimik muka bermakna 'tidak sedang main-main' selama menatap ke arah Ameena dan berkata, "Maaf, Am. Jujur. Aku udah ngikutin kalian ke sini."Mirza menarik napas terlebih dahulu sebelum melanjutkan, ah ... siapa tahu, keberadaanku bisa membantu kalian."Tadi, Bu Tsania dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil milik orang EO. Jika Mirza memang berencana untuk membantu Ashraff dan Ameena, mengapa Mirza malah mengikuti doang dan tidak ikutan berpacu dengan keribetan?"Heh?""Apakah kamu sedang bercanda, Mir?"Pengakuan Mirza sudah membuat Ameena terperangah. Masa Mirza bisa kepikiran untuk bersikap ringan tangan? Memicu Ameena untuk mengangkat muka d
DI DALAM sebuah ruangan berdinding cerah, Ashraff dan Ameena sedang menunggui Bu Tsania. Jika tidak salah hitung, Bu Tsania sudah siuman selama lima sampai delapan menitan. Meski kesadaran dari Bu Tsania sudah terpulihkan, ibunda dari Ashraff tersebut masih merasa lemas sehingga harus terus berbaring, entah suka atau tidak suka.Menatap Ameena, Ashraf malah bergeming. Apakah Ashraff benar-benar sudah menikahi Ameena? Masih tidak mengirakah Ashraff? Pastilah. Meski sudah berusia matang dan mapan, Ashraff terus terang belum kepikiran untuk menikah. Jika bukan untuk menyelamatkan Ameena, kemungkinan masa single Ashraff beluma akan diakhiri."Aku mau ngurus administrasi dulu, Am. Aku titip Ibu sebentar, ya?" ucap Ashraff dengan kedua kornea mata semakin mantap selama dikerahkan untuk menatap Ameena. Di samping brankar, Ameena masih menduduki sebuah kursi bercorak hitam dengan kedua tangan memegang handphone untuk asyik dimainkan."Mm."Meski cukup ragu-ragu dengan balasan dari bibir Ameen
TANGGAL 14 Februari 2022, mula-mula adalah hari dimana Ameena resmi berstatus kekasih dari laki-laki berhati buaya bernama Krishna, dan sekarang Ashraff sudah tidak merasa waswas. Pada hitungan menit, takdir Ameena malah akan segera berubah. Peluang Ameena untuk bisa berkasih dengan Krishna sedang berusaha dienyahkan Ashraff.Di hadapan Ashraff, Pak Ismail sudah bersiap untuk menikahkan Ashraff dan Ameena dengan mendengarkan arahan salah satu staf dari Kantor Urusan Agama (KUA). Meski diawasi dengan ketat sama orang-orang terpilih dari lapas, Pak Ismail benar-benar bersyukur karena bisa menghirup udara bebas untuk sementara. Tapi, bukankah kemerdekaan Pak Ismail dimaksudkan untuk menghalalkan Ashraff dan Ameena semata? Yah. Begitulah.Memang tidak dibebaskan sampai satu hari utuh, tetapi tetap berharga sekali untuk Pak Ismail. Yah, bagaimana tidak? Pak Ismail harus melakoni masa hukuman berupa kurungan selama 15 tahun dan baru dilalui 5 tahun. Artinya, Pak Ismail masih butuh bersabar
DI SEBUAH TEMPAT MAKAN, bersama Olyzia dan Eyla, Masha sedang nongkrong dengan mulut tidak berhenti mengoceh untuk membicarakan tentang Ashraff dan Ameena. Membuat acara makan malam mereka tidak bisa selesai dengan cepat."Ashraff malah udah ngirimin undangan pernikahan mereka ke grup alumni," ucap Masha dengan irama meyakinkan. Masih terheran-heran dengan kenekatan Ashraff untuk meminang Ameena.Eyla tidak berkenan untuk dikalahkan Masha, malah lebih menggebu-gebu dibandingkan dengan wanita ber-sweater hitam tersebut. "Apakah Ashraff udah dipelet Ameena, ya? Masa Ashraff bisa turun kelas begini? Yang lebih baik dari Ameena, bukankah banyak?""Entahlah. Aku sendiri ngga ngerti," ungkap Masha. Dia sudah tidak menggelora. Mungkinkah karena enggan membuang-buang energi untuk memikirkan Ashraff dan Ameena? Memang.Mendapati Olyzia mendadak tidak banyak bersuara, Masha langsung diserang kecemasan bernilai tipis. Jika Masha tidak salah mengingat, bukankah Olyzia sempat menyukai Ashraff? Pad
DI TENGAH keterperangahan, beruntung Ameena masih mampu untuk berakal sehat dengan bergegas kabur. Tapi, mengapa Ameena harus direpotkan demgan suatu kesialan? Meski sudah melangkah lebar, Ameena malah bernasib mengenaskan dengan berkahir ditahan Mario. Lalu, dalam satu sentakan, tangan kanan Ameena langsung ditarik dengan cekatan."Mau ngapain kamu, Mas?!" tanya Ameena dengan suara tidak bersahabat.Mario tidak terpengaruh dengan kekasaran dan keketusan Ameena. Malah, Mario masih memiliki mental kokoh. Membuat Mario dibersamai kemudahan selama sedang berseru dengan lembut, "Aku kepengen mastiin sesuatu, Am."Mulut Ameena masih dikunci dengan rapat sehingga bisa membuka kesempatan untuk Mario meneruskan, "Apakah kamu beneran udah akan menikah?""Memang bener, kok," ucap Ameena dengan serampangan, tetapi sudah cukup untuk membuat Mario merasa dihancurkan, sampai bisa menggeleng berulang secara tidak sadar."Aku tahu, Am. Ini, kamu cuma lagi nge-prank aku doang, 'kan?""Mas, dengerin ak
DI KEHIDUPAN SEBELUMNYA, tanggal 7 Januari 2022 adalah hari dimana Ameena berkencan dengan Krishna. Di kehidupan sekarang, takdir Ameena untuk tanggal tersebut sudah berubah. Yaitu digantikan dengan fakta: Ashraff dan Ameena telah resmi bertunangan. Jadi, sekarang Ashraff benar-benar dilimpahi dengan kelegaan karena mendapati realita bahwa kisah romansa antara Ameena dan Krishna tidak sampai terulang.Jika orang-orang sering mengeluhkan keberedaan hari senin, Ashraff malah cenderung berkebalikan dengan mereka. Muka Ashraff entah mengapa bisa sampai bersinar dengan terang. Mungkinkah karena Ashraff akan membagikan undangan? Tapi, kenapa Ashraff bisa berbunga-bunga begini? Ayolah. Ashraff dan Ameena tidak serius-serius amat. Mereka akan menikah untuk sementara doang, bukan untuk selamanya.Mendatangi ruang kepala sekolah, maksud Ashraff adalah menghadap kepada Pak Azizul karena Ashraff tidak bisa melupakan eksistensi dari sosok laki-laki berusia 54 tahun tersebut. Pak Azizul akan dihara
MEMANDANG Mirza dengan kondisi tertegun, lidah Ameena teramat kaku hingga membuat Ameena harus mengusung kebisuan. Meski tidak dekat dan belum pernah mengobrol dengan Ameena, secara tidak terduga Mirza malah bisa bertanya, "Mau nyari cincin?"Aneh memang. Mendapati Ameena berdiri di hadapan etalase khusus benda-benda berukuran mungil, bagaimana bisa selama sedang berinteraksi dengan Ameena, Mirza malah beranggapan bahwa mereka seolah-olah adalah teman lama?"Iya. Aku mau nyari cincin tunangan untukku."Meski mulut Ameena masih separuh membeku, Ameena tetap membalas dengan cuek. Arah dari muka Ameena sampai diluruskan kemudian. Jadi, Ameena bisa menyudahi kontak mata antara mereka berdua.Atas tutur kata dari bibir Ameena, bisa dibilang Mirza memang tersentak bukan main. Mata dari laki-laki berkemeja hitam dengan motif garis-garis putih tersebut sampai melebar. "M- maksudmu, kamu akan segera menikah?" tanya Mirza masih dengan kedua mata separuh membola.Menatap Mirza dengan heran, Amee