AMBIL SAJA SUAMIKU 31Benarkah semua telah berakhir?Tentu saja belum. Bram masih belum ditemukan dan Mayang entah dimana. Sementara itu, ketika aku, Rayyan dan Arez - yang akhirnya terpaksa tahu semuanya karena polisi datang tepat saat dia ada di rumahku waktu itu - mencoba datang ke rumah Pak Min di belakang sekolah, rumah itu kosong. Pak Min sendiri sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu."Bagaimana jika dia masih dendam padaku?"Arez menatapku dari kaca spion."Seharusnya kamu dulu cerita, Kay. Kupastikan dia akan masuk penjara lebih awal."Suara Arez terdengar gemas dan kesal. Aku akhirnya memang terpaksa membuka masa lalu. Bagaimanapun ternyata, cinta di antara kami dulu bukan sekedar cinta monyet belaka. Akulah yang naif hingga memutuskan hubungan dengannya.Aku hanya terdiam, memalingkan wajah ke deretan pohon yang seperti berlari, sementara di samping Arez, Rayyan menyetir mobil dengan tenang."Sudahlah, tenang saja. Aku pastikan dia tak akan berani muncul lagi. Dan kalaup
AMBIL SAJA SUAMIKU 32Kay, maukah kamu memelihara bunga-bunga ini? Sentuhan tanganmu yang lembut, akan membuatnya tumbuh subur. Seperti itu cinta aku sama kamu, Kay. Meski telah lama kita berpisah, cinta itu masih sesuci dulu, dan semakin bertumbuh sejak pertemuan kembali itu.Oh ya, aku pamit beberapa hari. Tadinya aku ingin pamit secara langsung, tapi, aku khawatir tak bisa menahan diri untuk tidak memelukmu. Berjanjilah kau tak akan pergi lagi dariku.Arez.…Aku mendekap erat kertas itu di dada. Seakan terlempar ke masa yang seperti baru kemarin kurasa. Surat-surat Arez yang dia letakkan di laci mejaku jika dia ingin mengajak bertemu. Kala itu, anak sekolah tak diizinkan membawa ponsel, tapi itu tak masalah bagi kami. Membaca tulisan tangannya yang bergelombang dan seperti seorang seniman itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Kejutan-kejutan yang dia letakkan bersama surat-surat itu, selalu mampu melukis senyum di wajahku. Dan salah satu kejutan itu adalah setangkai mawar puti
AMBIL SAJA SUAMIKU 33Arez dan lamarannya yang memaksa itu, justru mampu melukis senyum di wajahku sepanjang hari. Sebagian sisi hatiku lega, tapi juga bimbang. Semua masalah ini belum selesai."Mintalah izin pada Celia, Arez. Jawabanku, tergantung pada jawaban Celia."Tentu saja itu bukan hal yang sulit. Melihat betapa mudahnya Arez mengasuh Afika sejak kecil, aku tahu bagaimana hatinya yang penyayang.Bunga-bunga itu akhirnya disingkirkan oleh Ajeng dan Rayyan, dibawa pergi entah kemana. Aku sampai rumah setelah sholat maghrib di kantor dan mendapati Celia yang murung, duduk di depan meja. Bik Asih berbisik bahwa sejak tadi, gadis kecilku ngambek. Saat Ajeng memberi tahu bahwa aku akan pulang sedikit terlambat."Celia kenapa?"Aku mengangkat tubuh Celia dan menggendongnya. Meski sudah lima tahun lebih, menggendongnya seperti ini sama sekali bukan masalah."Di rumah sepi. Ayah nggak ada, Bunda juga nggak ada."Dia menyembunyikan wajah di ceruk leherku. Aku tercekat. Setelah kepergian
AMBIL SAJA SUAMIKU 34"Celia, jadi gini, Om Arez semalam datang untuk melamar Bunda. Emm, kalau Bunda dan Om Arez menikah, boleh nggak?"Mata jernih dan bulat bak biji buah leci itu menatapku lama sekali. Dia tak jadi tidur, padahal malam telah sangat larut. Untung saja besok hari minggu. Sampai Arez pulang tadi, Celia menolak masuk. Dia bolak balik menghampiri dan menunjukkan hasil karyanya pada Arez, bangunan-bangunan dari Lego. Celia secara tidak langsung menunjukkan sisi lain Arez yang family man. Dari sudut mata dapat kulihat bagaimana Mama tersenyum samar melihatnya."Ayah gimana?"Hatiku mencelos mendengarnya. Celia belum melupakan sang Ayah."Ayah kan, nggak bisa kembali sama kita lagi. Karena Ayah, sudah ada di rumah Allah."Hati-hati sekali aku memilah kata. Celia sebentar lagi enam tahun. Meski cara berpikirnya lebih dewasa dari anak seusianya, tetap saja dia hanya anak kecil."Kalau Bunda menikah sama Om Arez, nanti Celia panggil apa? Ayah juga kayak Afika? Apa aku akan t
AMBIL SAJA SUAMIKU 35PoV MAYANG"Maya! Ada pelanggan nyariin lu!""Maya!"Pluk!Sepotong tangan menepuk bahuku dengan keras. Aku terkejut, gunting kuku yang kupakai untuk mengikir kuku jari kaki terjatuh ke lantai. Suara logam membentur lantai granit terdengar nyaring di ruangan yang sepi."Woy, Lu budeg apa gimana sih? Gue panggil dari tadi juga?""Gue?""Iyalah. Nama lu Maya kan?"Astaga. Aku merutuk dalam hati. Bagaimana bisa aku lupa kalau namaku di sini, saat ini, adalah Maya."Buruan, keburu disamber si Loly. Dia dari tadi misuh-misuh aja belum ada yang booking."Aku berlari ke depan sambil membetulkan letak rok span pendek yang naik hingga pangkal paha akibat duduk di sofa tadi. Membuka tirai, aku menangkap bayangan Loly, yang sedang duduk merayu pelangganku."Sama saya aja, Om. Hari ini saya masih virgin. Si Maya entah sudah dipake berapa kali hari ini."Heh!Aku mendorong tubuh Loly dengan keras, melotot padanya. Berani-beraninya dia merebut pelangganku."Kata siapa? Lu tahu
AMBIL SAJA SUAMIKU 36PoV KAYYISA(Kayyisa, apa kau yakin, pembunuh suamimu banya Bram?)Pesan itu masuk tepat ketika aku baru selesai membereskan pekerjaan. Celia sudah tidur karena memang hampir tengah malam. Tanpa pikir panjang, aku langsung menghubungi nomor yang baru saja mengirim pesan itu. Tidak aktif!Dasar pengecut!Aku sangat yakin bahwa ini adalah Mayang. Padahal baru tiga hari yang lalu aku menerima kedatangan Mas Hadi, kini, seseorang kembali menerorku. Aku menatap lagi pesan itu dengan geram.Kayyisa, apa kau yakin pembunuh suamimu hanya Bram?Apa maksudnya? Apa dia mau mengatakan kalau dia juga terlibat pembunuhan terhadap Mas Arkan? Bagaimana caraku melacak keberadaan Mayang melalui nomor yang baru saja menghubungi itu? Tak mungkin minta bantuan Rayyan. Dia sedang sibuk. Tante Astri melarang dia keluar rumah lagi jika tidak penting sementara Ajeng besok sudah mulai dipingit. Pernikahan mereka tinggal tiga hari lagi.Tak kehilangan akal, aku membuka google dan mencari c
AMBIL SAJA SUAMIKU 37"Meski sedikit saja, masihkah kau mencintaiku, Kay?"Aku menatap matanya yang kelam, mata yang selalu mampu membuatku seakan berenang di danau yang airnya kehijauan, sejuk, indah dan memberi rasa damai. Aku tak lagi ingin mengingat cinta lain yang pernah hadir dan menyakitiku. Cintanya, kehadirannya, dan senyumnya adalah obat luka paling sempurna.Bagaimana mungkin aku tak mencintainya? Bahkan, wajah Mas Arkan makin samar dari ingatan. Hanya kehadiran Celia yang membuatku menyadari bahwa dia pernah ada."Arez, maukah kamu mendengar pengakuan dariku?"Dia tersenyum, mengangguk. Kami masih berdiri di depan rumah dengan halaman berumput yang asri ini. Jauh dari jalan raya dan lalu lalang kendaraan, juga beraneka pepohonan yang menyaring polusi dan sinar ozon, suasana di sini terasa sangat sejuk, teduh. Aku telah jatuh cinta pada tempat ini, pada pemiliknya."Dulu, saat kita berpisah, bertahun-tahun lamanya aku hidup dalam penyesalan. Tapi, aku terlalu gengsi dan tin
AMBIL SAJA SUAMIKU 38PoV MAYANGAku memandang kepergian mobil mewah itu dengan hati kesal dari balik kaca mata hitam yang kupakai. Untung saja tadi aku menyamar, mengenakan hodie hitam dan kacamata yang juga hitam. Tak terbayang kalau Kayyisa memergokiku. Untunglah sepertinya mereka sedang tergesa-gesa hingga tak ada yang memperhatikan. Atau mungkin Kayyisa memperhatikan dari dalam mobil tapi tak berhasil mengenaliku.Sialan! Rupanya aku salah, yang menikah bukan Kayyisa. Aku lupa bahwa hubungan persaudaraan keluarga Kayyisa memang seerat itu. Dan seluruh keluarga besar mereka semuanya kaya raya dan selalu disangkut pautkan dengan Papanya Kayyisa, sehingga siapapun yang menikah akan selalu masuk berita meski berita lokal. Aku heran, bagaimana ada keluarga seberuntung itu, kaya tujuh turunan tujuh tanjakan, padahal kabarnya mereka juga rajin memberi donasi ke yayasan-yayasan sosial. Apa duitnya nggak habis-habis? Enak betul."Mbak, ini kita mau kemana?"Sopir taksi online menoleh meli
AMBIL SAJA SUAMIKU 60 (Ending)"Kalau begitu, Tuhan jahat! Kenapa hanya Mimi yang nasibnya seperti ini, kenapa?!"Air mataku menetes. Lukanya ternyata terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Emosinya mudah sekali berubah. Saat masuk tadi, dia terlihat tenang dan normal, tapi sekarang, sedikit pemicu membuatnya kembali tak stabil. Di pelukan Dokter Eka, Mimi meronta, matanya tak lepas memandangku. Aku ingin memeluknya, sungguh. Tapi, dia tidak stabil dan bisa saja tiba-tiba melakukan hal yang bisa membahayakan bayi dalam kandunganku. Lalu perlahan, dia berhenti meronta. Aku mendekat, mencoba menggengam tangannya, sementara Dokter Eka masih memeluk dan mengusap-usap punggungnya. Mimi, bukankah dia hanya seorang anak kecil?"Mimi, maafkan Tante. Jika Mimi anggap, Tante punya salah sama Mimi, Tante Kay minta maaf yang sedalam-dalamnya. Apa yang bisa Tante lakukan agar Mimi tidak marah lagi?"Aku mencoba mengajaknya bicara dengan bahasa yang mudah dimengerti anak seusia
AMBIL SAJA SUAMIKU 59"Saya tak lagi bisa jatuh cinta, Miss. Mungkin, karena seluruh hati saya sudah dimiliki seseorang.""Tapi, saya bahagia, karena wanita yang saya cintai sudah bahagia dengan keluarganya. Bagi saya, tahta tertinggi dalam mencintai, adalah melihat orang yang kita cintai bahagia. Bukankah begitu, Miss?""Dan saya juga mendoakan kebaikan untuk Miss Kayyisa. Semoga keluarga Miss awet, bahagia selamanya tanpa ada lagi yang mengganggu.""Miss, bunga-bunganya sudah mulai layu, apa perlu diganti yang baru?"…Semua kata-kata Mister Erlangga kini terngiang-ngiang di telinga. Aku terduduk lemas di atas kursi. Ajeng buru-buru mendekat."Kamu nggak apa-apa, Kay?""Jadi dia rupanya, Jeng. Dia yang selama ini mengirimkan bunga, memberiku peringatan bahwa Mayang masih berkeliaran. Dia dibalik akun Hawk, dia juga yang mengirim bunga papan di sana kemarin.""Iya, aku tahu. Tapi, kalau kupikir-pikir, nggak ada hal berbahaya yang dia lakukan, Kay. Malah, dia seperti hanya menjaga dan
AMBIL SAJA SUAMIKU 58PoV KAYYISAPihak rumah sakit memutuskan mengirimkan jenazah Mayang pada keluarganya di kampung. Dengan kematiannya, maka segala kasus yang menjeratnya dianggap selesai. Arez menahanku di rumah, sama sekali tak mengizinkan aku melihat Mayang."No. Kau sedang hamil, dan kita tak punya lagi hubungan apa-apa dengannya."Aku tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Rayyan yang akhirnya datang ke rumah sakit, untuk memberi informasi tentang keluarga Mayang di kampung, karena selama ini, Bapak dan Ibunya tak pernah muncul, menyedihkan sekali.Dari sosial media, aku menyaksikan potongan gambar proses pemakamannya. Kasus Mayang yang pernah ditemukan di apartement kosong waktu itu memang sempat viral sehingga banyak orang penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Mau tak mau, namaku ikut disebut, selain nama Mas Arkan dan Mas Hadi tentu saja.(Sang pelakor akhirnya dapat karma. Dibayar tunai.)(Peringatan buat cewek-cewek yang minat jadi pelakor cuma buat hidup enak tanpa us
AMBIL SAJA SUAMIKU 57PoV TIGAFlashback, Malam sebelum kematian itu.Mayang bangun dari atas ranjang dengan susah payah. Tubuhnya masih lemah, tapi dendamnya tetap saja membara. Sekuat mungkin dia berusaha membuang semua kebenciannya pada Kayyisa, tapi selalu gagal. Dia teringat bagaimana dulu di sekolah, tak ada seorangpun meliriknya karena dia miskin. Tak ada yang mau berteman dengan gadis berbaju lusuh seperti dia. Sampai kemudian dia mengenal Kayyisa.Kayyisa yang banyak membantunya. Bukan hanya banyak, tapi sangat banyak. Mulai dari uang spp sampai uang jajan. Kayyisa juga tak segan membelikannya barang-barang bagus dan mahal. Doa memang salah satu anak orang paling kaya di kota ini. Tapi tetap saja, meski penampilan Mayang sudah berubah, Orang-orang sudah terlanjur melihatnya sebagai gadis miskin yang beruntung bertemu dengan Tuan Putri.Berbeda dengan dirinya, Kayyisa adalah Tuan Putri. Setiap langkahnya akan selalu mengundang mata, bukan hanya lelaki, tapi juga perempuan. Pa
AMBIL SAJA SUAMIKU 56Kali ini, aku tak lagi bisa bersabar dan mentolerir perbuatan Mayang. Mayang dan Mimi telah dengan sengaja bermaksud melukai Celia, orang paling penting di dunia ini. Tidak tahukah dia bahwa tak ada seorang ibu-pun di dunia ini yang rela anaknya diusik, apalagi terluka. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku.Celia yang terbangun karena keributan itu, menatapku ketakutan. Aku memeluknya, menenangkan jantungku yang berdebar hebat. Tak lama, pintu dibuka, Papa dan Mama masuk dengan langkah tergesa. Mungkin mereka bertemu para perawat yang membawa Mayang dan menduga apa yang baru saja terjadi. Di luar, masih ramai orang membicarakan apa yang baru saja terjadi. Selain perawat, mungkin keluarga para pasien."Kay! Celia! Kalian nggak apa-apa?"Mama memeluk kami berdua dengan wajah pucat. Aku tak menjawab, dadaku masih berdebar kencang. Papa menarikku dalam pelukan, membiarkan Mama yang menenangkan Celia. Di pelukan Papa aku terisak. Tak terbayangkan olehku
AMBIL SAJA SUAMIKU 55Hari ini, aku bersedih untuk dua hal. Untuk putriku, dan untuk Mimi.Arez menyetir mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulans yang berjalan cepat di depan sana, sementara aku duduk di belakang sambul memeluk Afika yang tak mau berhenti menangis. Dia gemetar dan itu hanya bisa diredam oleh pelukan. Kutelepon Papa dan Mama, juga mertuaku, berusaha tegar saat menceritakan apa yang terjadi. Mobil putih itu di depan kami, dengan putriku di dalamnya yang telah diberi pertolongan pertama. Luka di kepala, meski kecil, darahnya banyak sekali.Ambulans berhenti di depan IGD, Celia lalu dipindahkan dengan sigap ke atas brankar dan dibawa ke dalam. Aku menuntun Afika masuk sementara Arez memarkir mobil. Kulihat seragam berwarna putih yang dipakai Afika, ada beberapa percik darah di sana.Darahnya banyak sekali, akankah anakku bertahan?Aku duduk di kursi logam dengan tubuh lemas. Kupeluk Afika yang mulai berhenti menangis dan kini melihat-lihat keramaian IGD rumah saki
AMBIL SAJA SUAMIKU 54Bangunan itu akhirnya selesai juga. Lancarnya dana yang mengucur dan kombinasi tukang profesional yang disediakan Papa, akhirnya membuat bangunan English Expert Dua selesai setelah enam bulan dikebut pengerjaannya. Gedung tiga lantai itu memang berada di jalan yang sepi dari lalu lintas kendaraan, persis seperti yang kuinginkan. Dia didirikan di atas tanah bekas rumah yang terbakar. Esok setelah peresmian, aku akan mulai memanggil para tentor yang sudah lulus seleksi dan mulai menerima siswa baru. "Cool. Ternyata kita sejak dulu satu hati. Sama-sama mencintai dunia pendidikan meski di jalan yang berbeda."Arez merangkul bahuku. Kami baru saja memantau sentuhan terakhir dekorasi gedung karena dua hari lagi adalah hari peresmiannya. Neon Box akan mulai menyala nanti malam. Dan papan nama besar itu sudah akan terlihat meski dari kejauhan."Aku semangat melakukan semuanya, karena ada kamu.""Hey, sejak kapan istriku pinter ngegombal?"Arez mengusap pipiku sejenak se
AMBIL SAJA SUAMIKU 53"Bunda, Ayah! Ayo, nanti terlambat!"Dua pasang kaki mungil berlarian dengan tak sabar. Sebentar keluar rumah, sebentar kemudian masuk kembali ke kamarku, melihat aku yang sedang memasangkan dasi dan merapikan jas yang dikenakan Arez. Jas hitam yang dia pakai itu entah bagaimana membuat dirinya tampak semakin tampan."Tunggu, sayang! Sebentar lagi!"Arez tertawa, dia mengusap rambutku sebentar. Setelah semuanya rapi, bukannya bergegas keluar, Arez malah merangkum wajahku dengan kedua tangan dan menghadiahiku dengan sebuah kecupan ringan. Ciuman singkat yang akan segera menjadi panas jika aku tak segera menarik diri dari hadapannya.Hari ini hari penting."Bunda! Ayah!"Dua gadis cilik itu muncul lagi, dengan seragam merah putih, dasi, dan topi yang tampak cantik di tubuh mereka yang mungil. Hari ini adalah hari pertama Celia dan Afika masuk Sekolah Dasar. Aku segera mundur, menarik diri dari rengkuhan Arez yang bersikeras ingin memeluk dan menciumku."Oke, siap,
AMBIL SAJA SUAMIKU 52Sejak kedatangan Mimi, keadaan Mayang membaik. Dia tak lagi histeris setiap kali bertemu orang lain. Nyata adanya bahwa kehadiran seorang anak adalah penyembuh luka paling sempurna. Mimi diminta Dokter Eka. Dokter spesialis kejiwaan itu menangkap potensi kerusakan yang cukup besar dalam jiwa Mimi dan mencoba menerapinya sendiri di rumah. Pada waktu-waktu tertentu, Mimi dibawa ke rumah sakit untuk bertemu Mayang. Perlahan tapi pasti, kondisi Mayang mulai stabil. Mayang juga dibebaskan dari segala tuntutan karena kondisi kejiwaannya tak memungkinkan dia untuk diadili. Tiga bulan kemudian, Mayang diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi, kemana dia harus pulang? Sementara kedua orang tuanya menolak. Mereka takut diusir dari kampung karena kisah Mayang telah menyebar luas. Semua orang tahu dia pernah menjadi wanita penghibur. Dokter Eka akhirnya menyanggupi Mayang agar tinggal di rumahnya. Dokter wanita yang masih lajang itu hanya tinggal sendirian bersama s