AMBIL SAJA SUAMIKU 2
Aku memasukkan barang-barang Mas Arkan ke dalam koper dibawah tatapan mata jernih Celia. Barang-barang ini tinggal sebagian. Setengahnya lagi sudah dibawa Mas Arkan ke rumah baru yang akan dia tempati bersama Mayang."Kita mau jalan-jalan?"Aku meletakkan sepotong kemeja terakhir, menghela napas panjang dan menatap gadis kecilku yang cantik itu. Packing baginya adalah jalan-jalan. Setahun lalu, Mas Arkan mengajak kami jalan-jalan ke Bogor saat ulang tahun Celia yang ke empat. Kami mengunjungi Taman Safari, menginap di hotel daerah puncak, dan berkeliling naik kuda di Cimory Dairyland. Bagi Celia itu adalah kenangan indah tak terlupakan. Kenangan terakhir bersama Sang Ayah sebelum kehadiran Mayang menghancurkan semua."Nanti kita akan jalan-jalan sama Eyang Putri dan Eyang Kakung."Aku mencoba tersenyum meski di dalam sini, hatiku perih tak terkira. Bagaimanapun, dulu kami pernah sangat saling mencintai."Kenapa nggak sama Ayah?""Ayah ada tugas keluar kota. Tugasnya lamaaaa. Jadi, Celia jangan tanya-tanya Ayah dulu ya. Kasihan, nanti Ayah nggak tenang disana."Rabb, aku terpaksa berbohong. Bagaimana mungkin aku mengatakan pada anak berusia lima tahun bahwa ayahnya sudah menikah lagi dan akan tinggal bersama perempuan lain?Celia tampak berpikir sejenak. Tak lama, dia mengangguk dan kembali asyik dengan buku magic waternya. Aku menutup resleting koper dan memandang berkeliling, kalau-kalau ada barang Mas Arkan yang ketinggalan. Lalu, pandanganku terpaku pada foto Mas Arkan yang sedang menuntun kuda poni yang ditunggangi Celia. Itu foto kenangan yang diambil fotografer dadakan disana dan kami memutuskan membayar dan membawanya pulang.Mungkin, Mas Arkan menginginkan. Hubungan denganku akan segera terputus saat palu hakim diketuk, tapi, selamanya, Celia adalah putrinya. Nanti jika akan menikah, Celia tetap butuh Mas Arkan sebagai walinya.Kuputuskan memasukkan foto berbingkai itu ke dalam koper. Selesai. Kutarik koper itu keluar dan mulai memanaskan mobil. Mas Arkan memang benar sedang keluar kota hari ini. Dia sempat cerita akan segera mendapatkan tender besar, berupa pembangunan stadion olahraga di ibukota provinsi tempat kami tinggal."Kalau proyek ini selesai, kita bahkan bisa jalan-jalan keluar negeri tanpa suntikan dana dari Papamu, Kay."Tapi itu dulu, sebelum perselingkuhan mereka terbongkar dan Mas Arkan memutuskan menikahi Mayang sekalian.Aku tersenyum miris. Kamu nggak akan pernah memenangkan tender proyek itu, Mas. Kamu bahkan tidak akan pernah memenangkan apapun lagi. Dan kamu akan melihat, sampai dimana perempuan yang mengaku mencintaimu itu setia mendampingi saat kau berada di titik nadir.Aku memasukkan koper Mas Arkan ke dalam bagasi mobil dan pamit pada Bik Asih. Pembantuku yang setia, yang sudah kuanggap keluarga sendiri itu menatapku dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu dengan pasti apa yang terjadi pada rumah tanggaku."Titip Celia, Bik. Tolong isikan pulpen air nya kalau sudah habis ya."Bik Asih hanya menganggukkan kepala. Dia masih mengawasiku dari depan pintu pagar dan menutup pagarnya lagi begitu aku keluar. Aku tahu bahwa aku bisa mempercayakan Celia padanya. Keluarga Bik Asih, turun temurun bekerja pada keluarga Papa dan Mama.Setelah menempuh tiga puluh menit berkendara, aku akhirnya tiba di sebuah rumah minimalis yang jelas sekali masih baru. Cat-nya berwarna kuning gading, dengan kusen-kusen berwarna mahoni. Aku tersenyum getir. Selain merampas suamiku, dia bahkan meniru warna cat rumahku.Aku turun dan mendorong pagar, lalu naik lagi ke dalam mobil dan melaju, melewati catport dari batu alam yang juga masih baru. Carport-nya kosong, itu artinya, Mas Arkan tak ada di rumah.Aku turun dan mengeluarkan koper dari bagasi, menyeretnya ke teras dan mengetuk pintu depan."Iyaaa, Mass! Sebentar, Sayaangg!"Kudengar suara Mayang dari dalam. Rupang dia mengira Mas Arkan yang pulang."Aku kira Mas masih besok pulangnya, pasti kangen sama … "Pintu terbuka, suaranya menghilang dan matanya seketika membola melihat aku berdiri di hadapannya."Kayyisa?"Aku mendorong koper Mas Arkan mendekat."Aku kemari mengantarkan koper Mas Arkan. Mulai hari ini dia bukan suamiku lagi. Silakan, nikmati barang hasil rampasanmu sepuasnya."Wajah itu langsung memerah. Dia menatap koper itu sejenak, lalu beralih padaku."Hanya sampai disitu perjuanganmu, Kay? Kukira tadinya kau akan berjuang mempertahankan suamimu, sorry, suami kita."Senyumnya jelas menghina. Aku membalas senyum itu sedikit."Sebelum kalian menikah, aku memang berjuang untuk mempertahankan suamiku, Mayang. Tapi, ketika dia sudah menikahmu dan aku memang tak pernah berniat diduakan, maka, kuserahkan dia padamu. Aku tak mau menghabiskan hidupku dengan terus cemburu dan memikirkan kalian. Aku bukan perempuan yang suka merusak pagar ayu."Wajahnya makin merah padam. Dia diam, seperti orang kehabisan kata-kata. Padahal di status WA dan semua akun sosial media nya, dia begitu pandai bicara dan memutar balikkan fakta."Okey, semoga kalian bahagia. Dan kuharap, kau tetap ada disisinya apapun yang terjadi nanti."Seperti mendapat angin segar atas perkataanku, Mayang tersenyum."Oh, tentu saja. Aku akan tetap disisinya bagaimanapun keadaan Mas Arkan nanti. Karena kami sangat saling mencintai.""Great. Selamat tinggal mantan sahabatku."Aku berbalik dan meninggalkannya. Bisa kurasakan matanya mengawasi punggungku. Dengan sengaja, aku memutar mobil di carport dan memutar melindas rumput jepang mahalnya. Keluar dari pagar, kulihat Mayang berlari keluar rumah dan menutup pagar itu sambil bibirnya komat kamit entah bicara apa.Kenapa? Marah? Rumah itu, dan semua bagiannya, dibeli oleh uang suamiku. Ya, aku tahu dengan pasti bahwa rumah itu dibeli Mas Arkan beberapa bulan sebelum mereka menikah.Ponselku di atas dashboard bergetar. Kuusap layarnya dengan sebelah tangan dan sebuah pesan dari seseorang langsung tampil di halaman muka.(Arkan sedang berjalan menuju jurang kehancuran, Kayyisa. Apa kau ingin menyaksikannya?)***AMBIL SAJA SUAMIKU 3Mungkin, rasanya tak akan sesakit ini jika saja perempuan itu bukan Mayang. Orang yang aku sayangi, sahabat yang selama ini menjadi tempatku berbagi. Ya, sejak dulu aku dan Mayang selalu berbagi apapun. Aku yang anak tunggal, merasa begitu bahagia memiliki dia. Sayang sekali, dia kebablasan, merasa aku mau berbagi apapun, termasuk suamiku."Apa-apaan ini?!"Mas Arkan menghadangku di halaman lembaga kursus bahasa inggris milikku. Meski basic keluargaku adalah pengusaha, Papa membebaskan aku merintis karir apapun yang aku suka. Lulus kuliah, aku mendirikan kursus bahasa Inggris khusus percakapan bagi orang-orang yang akan bekerja keluar negeri. Kebanyakan yang belajar di sini adalah para calon BMI. Sampai sesaat sebelum mereka menikah, Mayang masih bekerja denganku, sebagai admin dan bagian keuangan. Sementara Mas Arkan dipersiapkan Papa untuk menggantikannya kelak. Tapi, ternyata, mereka sendiri yang menghancurkan rencana yang seharusnya menguntungkan bagi mereka.
AMBIL SAJA SUAMIKU 4"Kay, aku kalah tender, padahal aku sudah menghabiskan banyak uang. Tolong, katakan pada Papa, bagaimana caranya agar aku bisa memenangkan lagi tender itu. Aku rugi besar, Kay. Aku akan miskin. Kita akan miskin."Spontan, aku tertawa mendengarnya."Bukan kita. Tapi kamu."Mas Arkan menatapku dengan pandangan memelas. Tentu saja, seharusnya dia tahu bagaimana keluargaku sebelum terjebak nafsu dan melakukan hal diluar batas."Kita Kay. Aku, kamu dan Celia. Sampai kapanpun, kalian akan jadi bagian hidupku."Mayang membuang pandang mendengar kalimat suaminya. Aku pastikan, sepulang dari sini, dia akan segera apdet status. Sementara Mas Arkan masih berusaha membujukku hingga aku muak mendengarnya. Apa aku tak salah dengar? Aku masih ingat kala itu, kala aku mengetahui dia selingkuh pertama kali. Dengan jumawa, Mas Arkan bilang kalau sekarang dirinya sudah sejajar dengan para pengusaha besar, jadi tak masalah baginya sedikit bersenang-senang."Sekali menang tender, bisa
AMBIL SAJA SUAMIKU 5Malam sudah larut. Aku tak bisa tidur, berguling-guling di atas ranjang, memikirkan anakku di kamar sebelah, yang tidur dalam pelukan Ayahnya. Tadi, kudengar sedikit keributan saat Mas Arkan memaksa Mayang pulang sendiri. Entah apa yang dikatakan Mas Arkan padanya, yang jelas, tak lama kemudian, sebuah taksi online datang dan membawa mereka pergi. Apa yang dipikirkan Mas Arkan saat membawa Mayang dan Mimi ke rumahku malam ini? Berharap aku luluh karena dia tahu betapa aku menyayangi Mayang dan Mimi, dulu? Tak tahukan dia bahwa batas antara rasa sayang dan benci itu hanya seperti kulit ari?Dulu, aku memang menyayangi mereka. Saat Mayang menikah dengan Hadi, teman kuliahnya, aku ikut bahagia. Bahkan akulah yang kesana kemari mengurus semua karena dia ingin resepsi diadakan di kota. Hamil dan melahirkan Mimi disaat yang hampir bersamaan dengan aku hamil dan melahirkan Celia, membuat kami kian akrab. Mungkin Tuhan memang menciptakan beberapa orang yang ditakdirkan
AMBIL SAJA SUAMIKU 6PoV MAYANGSakit sekali melihat dia masuk ke dalam rumah itu dan membiarkan aku dan Mimi pulang sendirian. Berada di dekat Kayyisa, Mas Arkan terlihat sangat berbeda. Dia tampak lemah dan tak berdaya. Sungguh berbeda saat bersamaku. Dia seperti bukan Mas Arkan yang dengan gampang tergoda lirikan mataku."Bawa Mimi pulang sekarang. Celia membutuhkan aku."Suaranya keras, tidak lagi lembut dan mesra seperti kemarin. Aku dihantam rasa cemburu mendengarnya. Bukankah aku dan Mimi juga membutuhkan dia?"Tapi, Mas. Mimi akan menangis kalau kau tak di rumah."Mas Arkan melotot."Mayang, ini masalah genting. Aku harus meluluhkan hati Kayyisa, dan Celia adalah kelemahannya. Kita diambang kehancuran. Kau tahu berapa kerugianku? Dua ratus juta, Mayang!"Ah, tol*l! Seharusnya uang itu cukup untuk membeli mobil baru untukku."Pulang, aku pesankan taksi online."Mas Arkan mengeluarkan ponsel dan dengan cepat melakukan order. Aku cemberut menatapnya."Mas nggak sayang kami lagi.
AMBIL SAJA SUAMIKU 7PoV KAYYISAApa yang kau inginkan, Kay? Berharap dia berubah demi Celia? Aku menggeleng kuat-kuat. Tentu saja tidak. Aku bisa memaafkan jika dia melakukan kesalahan apa saja, asal bukan selingkuh dan main tangan."Ayah pergi, apa dia pergi ke rumah Mimi?"Aku menghapus air matanya. "Oh, bukan. Ayah sedang ada pekerjaan. Kan, Bunda sudah bilang, Ayah sedang sibuk. Celia anak pintar dan harus mengerti.""Tapi, kenapa pergi cepat-cepat? Nggak bilang aku dulu?"Dia memang anak yang kritis. Mungkin aku tak perlu menunggu dia besar untuk memberitahu padanya tentang kenyataan itu."Karena Ayah sedang ditunggu klien, em… teman kerja. Sabar ya, Sayang. Gimana kalau Bunda yang suapin makannya?"Celia mengangguk. Raut wajahnya perlahan berubah lagi. Dia memang seperti aku, cepat mengambil keputusan. Salah satu yang aku khawatirkan adalah, bahwa dia memutuskan untuk membenci Ayahnya. Karena seburuk apapun Mas Arkan, dia tetaplah Ayahnya. Aku tak akan menyuruh Celia membenci
AMBIL SAJA SUAMIKU 8Ayah? Oh tentu saja. Memangnya kau mengharapkan apa? Sepuluh tahun sudah berlalu. Cinta monyet masa SMA itu pastilah telah lama pudar. Dua puluh delapan tahun usiaku kini, sama dengan usia lelaki di sebelahnya. Dia pastilah sudah menikah dan mempunyai anak. Anaknya, yang kini entah bagaimana berteman dengan Celia. Sungguh, kadang aku ingin tertawa memikirkan bagaimana lucunya takdir mempermainkan kisah hidupku.Arez melambaikan tangan pada kedua gadis kecil itu, yang kini saling menggandeng, berlari lagi menjauh dan masuk ke tengah arena bermain. Lalu, kami sama-sama menoleh dan saling menatap. Entah apa yang dia pikirkan sama dengan apa yang kupikirkan, tiba-tiba saja kami tertawa bersama."Itu anakmu, cantik sekali.""Dan anakmu juga cantik.""Oh, tentu saja, Bapaknya kan ganteng."Astaga. Ternyata dia masih tengil seperti dulu. Aku menggeser dudukku, khawatir tiba-tiba istrinya datang dan melihat kami duduk berdekatan."Kenapa?""Kalau istrimu datang, aku takut
AMBIL SAJA SUAMIKU 9Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah pasti. Kata Rayyan, yang kuutus untuk mencari tahu apa yang terjadi, Mayang memang ada di rumah sakit. Dia baru saja menjalani operasi pemasangan pen di pergelangan tangan kanannya yang patah. Dia jatuh di kamar mandi, itu alasan yang dia katakan pada dokter di IGD. Bagaimana Rayyan mencari tahu, itu bukan urusanku. Sepupuku yang sejak kecil bercita-cita menjadi detektif itu, selalu bisa mencari tahu hal apapun dengan cara yang tak bisa kau duga. Dan aku datang ke rumah sakit, sekedar untuk menyaksikan secara langsung bagaimana hukuman dari Tuhan berjalan pada orang-orang yang zolim.Mayang ditempatkan di kamar kelas satu rumah sakit umum, kelas yang tak mungkin kuambil seandainya saja terpaksa dirawat di rumah sakit ini. Satu kamar yang dibagi untuk dua orang, sempit dan pastinya tidak nyaman. Kenapa Mas Arkan yang mengaku pengusaha hebat sampai menyuruhnya dirawat di kelas ini? Apakah rugi dua ratus juta
AMBIL SAJA SUAMIKU 10"Arez?"Tanpa kuduga, lelaki itu langsung memegang tanganku, dan dengan cepat menarikku pergi dari tempat itu. Aku tak sempat protes maupun bertanya hingga akhirnya, kami berhenti di kantin rumah sakit. Arez mendorongku agar duduk di salah satu kursi dengan gerakan lembut. Dia sendiri lalu duduk di hadapanku. Kantin sepi, hanya beberapa orang yang duduk sambil minum kopi dengan wajah muram. Tentu saja, ini bukan tempat rekreasi."Aku mendengar sebagian percakapanmu dengan pasien di dalam sana itu. Ceritakan, Kay, apa yang terjadi?"Suaranya dalam dan menuntut. Aku menghela napas dalam-dalam. "Dia itu Mayang. Kamu masih ingat?"Arez mengerutkan alisnya, "Mayang sahabatmu di SMA itu? Yang sering kali merajuk dengan wajah kesal kalau aku jalan denganmu?"Kini, ganti aku yang mengerutkan kening. Lalu, ingatanku terbang ke masa sepuluh tahun yang lalu. Mayang, aku dan Arez memang sekolah di SMA yang sama. Aku pacaran dengan Arez, sementara Mayang kerap kali mengekor
AMBIL SAJA SUAMIKU 60 (Ending)"Kalau begitu, Tuhan jahat! Kenapa hanya Mimi yang nasibnya seperti ini, kenapa?!"Air mataku menetes. Lukanya ternyata terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Emosinya mudah sekali berubah. Saat masuk tadi, dia terlihat tenang dan normal, tapi sekarang, sedikit pemicu membuatnya kembali tak stabil. Di pelukan Dokter Eka, Mimi meronta, matanya tak lepas memandangku. Aku ingin memeluknya, sungguh. Tapi, dia tidak stabil dan bisa saja tiba-tiba melakukan hal yang bisa membahayakan bayi dalam kandunganku. Lalu perlahan, dia berhenti meronta. Aku mendekat, mencoba menggengam tangannya, sementara Dokter Eka masih memeluk dan mengusap-usap punggungnya. Mimi, bukankah dia hanya seorang anak kecil?"Mimi, maafkan Tante. Jika Mimi anggap, Tante punya salah sama Mimi, Tante Kay minta maaf yang sedalam-dalamnya. Apa yang bisa Tante lakukan agar Mimi tidak marah lagi?"Aku mencoba mengajaknya bicara dengan bahasa yang mudah dimengerti anak seusia
AMBIL SAJA SUAMIKU 59"Saya tak lagi bisa jatuh cinta, Miss. Mungkin, karena seluruh hati saya sudah dimiliki seseorang.""Tapi, saya bahagia, karena wanita yang saya cintai sudah bahagia dengan keluarganya. Bagi saya, tahta tertinggi dalam mencintai, adalah melihat orang yang kita cintai bahagia. Bukankah begitu, Miss?""Dan saya juga mendoakan kebaikan untuk Miss Kayyisa. Semoga keluarga Miss awet, bahagia selamanya tanpa ada lagi yang mengganggu.""Miss, bunga-bunganya sudah mulai layu, apa perlu diganti yang baru?"…Semua kata-kata Mister Erlangga kini terngiang-ngiang di telinga. Aku terduduk lemas di atas kursi. Ajeng buru-buru mendekat."Kamu nggak apa-apa, Kay?""Jadi dia rupanya, Jeng. Dia yang selama ini mengirimkan bunga, memberiku peringatan bahwa Mayang masih berkeliaran. Dia dibalik akun Hawk, dia juga yang mengirim bunga papan di sana kemarin.""Iya, aku tahu. Tapi, kalau kupikir-pikir, nggak ada hal berbahaya yang dia lakukan, Kay. Malah, dia seperti hanya menjaga dan
AMBIL SAJA SUAMIKU 58PoV KAYYISAPihak rumah sakit memutuskan mengirimkan jenazah Mayang pada keluarganya di kampung. Dengan kematiannya, maka segala kasus yang menjeratnya dianggap selesai. Arez menahanku di rumah, sama sekali tak mengizinkan aku melihat Mayang."No. Kau sedang hamil, dan kita tak punya lagi hubungan apa-apa dengannya."Aku tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Rayyan yang akhirnya datang ke rumah sakit, untuk memberi informasi tentang keluarga Mayang di kampung, karena selama ini, Bapak dan Ibunya tak pernah muncul, menyedihkan sekali.Dari sosial media, aku menyaksikan potongan gambar proses pemakamannya. Kasus Mayang yang pernah ditemukan di apartement kosong waktu itu memang sempat viral sehingga banyak orang penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Mau tak mau, namaku ikut disebut, selain nama Mas Arkan dan Mas Hadi tentu saja.(Sang pelakor akhirnya dapat karma. Dibayar tunai.)(Peringatan buat cewek-cewek yang minat jadi pelakor cuma buat hidup enak tanpa us
AMBIL SAJA SUAMIKU 57PoV TIGAFlashback, Malam sebelum kematian itu.Mayang bangun dari atas ranjang dengan susah payah. Tubuhnya masih lemah, tapi dendamnya tetap saja membara. Sekuat mungkin dia berusaha membuang semua kebenciannya pada Kayyisa, tapi selalu gagal. Dia teringat bagaimana dulu di sekolah, tak ada seorangpun meliriknya karena dia miskin. Tak ada yang mau berteman dengan gadis berbaju lusuh seperti dia. Sampai kemudian dia mengenal Kayyisa.Kayyisa yang banyak membantunya. Bukan hanya banyak, tapi sangat banyak. Mulai dari uang spp sampai uang jajan. Kayyisa juga tak segan membelikannya barang-barang bagus dan mahal. Doa memang salah satu anak orang paling kaya di kota ini. Tapi tetap saja, meski penampilan Mayang sudah berubah, Orang-orang sudah terlanjur melihatnya sebagai gadis miskin yang beruntung bertemu dengan Tuan Putri.Berbeda dengan dirinya, Kayyisa adalah Tuan Putri. Setiap langkahnya akan selalu mengundang mata, bukan hanya lelaki, tapi juga perempuan. Pa
AMBIL SAJA SUAMIKU 56Kali ini, aku tak lagi bisa bersabar dan mentolerir perbuatan Mayang. Mayang dan Mimi telah dengan sengaja bermaksud melukai Celia, orang paling penting di dunia ini. Tidak tahukah dia bahwa tak ada seorang ibu-pun di dunia ini yang rela anaknya diusik, apalagi terluka. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku.Celia yang terbangun karena keributan itu, menatapku ketakutan. Aku memeluknya, menenangkan jantungku yang berdebar hebat. Tak lama, pintu dibuka, Papa dan Mama masuk dengan langkah tergesa. Mungkin mereka bertemu para perawat yang membawa Mayang dan menduga apa yang baru saja terjadi. Di luar, masih ramai orang membicarakan apa yang baru saja terjadi. Selain perawat, mungkin keluarga para pasien."Kay! Celia! Kalian nggak apa-apa?"Mama memeluk kami berdua dengan wajah pucat. Aku tak menjawab, dadaku masih berdebar kencang. Papa menarikku dalam pelukan, membiarkan Mama yang menenangkan Celia. Di pelukan Papa aku terisak. Tak terbayangkan olehku
AMBIL SAJA SUAMIKU 55Hari ini, aku bersedih untuk dua hal. Untuk putriku, dan untuk Mimi.Arez menyetir mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulans yang berjalan cepat di depan sana, sementara aku duduk di belakang sambul memeluk Afika yang tak mau berhenti menangis. Dia gemetar dan itu hanya bisa diredam oleh pelukan. Kutelepon Papa dan Mama, juga mertuaku, berusaha tegar saat menceritakan apa yang terjadi. Mobil putih itu di depan kami, dengan putriku di dalamnya yang telah diberi pertolongan pertama. Luka di kepala, meski kecil, darahnya banyak sekali.Ambulans berhenti di depan IGD, Celia lalu dipindahkan dengan sigap ke atas brankar dan dibawa ke dalam. Aku menuntun Afika masuk sementara Arez memarkir mobil. Kulihat seragam berwarna putih yang dipakai Afika, ada beberapa percik darah di sana.Darahnya banyak sekali, akankah anakku bertahan?Aku duduk di kursi logam dengan tubuh lemas. Kupeluk Afika yang mulai berhenti menangis dan kini melihat-lihat keramaian IGD rumah saki
AMBIL SAJA SUAMIKU 54Bangunan itu akhirnya selesai juga. Lancarnya dana yang mengucur dan kombinasi tukang profesional yang disediakan Papa, akhirnya membuat bangunan English Expert Dua selesai setelah enam bulan dikebut pengerjaannya. Gedung tiga lantai itu memang berada di jalan yang sepi dari lalu lintas kendaraan, persis seperti yang kuinginkan. Dia didirikan di atas tanah bekas rumah yang terbakar. Esok setelah peresmian, aku akan mulai memanggil para tentor yang sudah lulus seleksi dan mulai menerima siswa baru. "Cool. Ternyata kita sejak dulu satu hati. Sama-sama mencintai dunia pendidikan meski di jalan yang berbeda."Arez merangkul bahuku. Kami baru saja memantau sentuhan terakhir dekorasi gedung karena dua hari lagi adalah hari peresmiannya. Neon Box akan mulai menyala nanti malam. Dan papan nama besar itu sudah akan terlihat meski dari kejauhan."Aku semangat melakukan semuanya, karena ada kamu.""Hey, sejak kapan istriku pinter ngegombal?"Arez mengusap pipiku sejenak se
AMBIL SAJA SUAMIKU 53"Bunda, Ayah! Ayo, nanti terlambat!"Dua pasang kaki mungil berlarian dengan tak sabar. Sebentar keluar rumah, sebentar kemudian masuk kembali ke kamarku, melihat aku yang sedang memasangkan dasi dan merapikan jas yang dikenakan Arez. Jas hitam yang dia pakai itu entah bagaimana membuat dirinya tampak semakin tampan."Tunggu, sayang! Sebentar lagi!"Arez tertawa, dia mengusap rambutku sebentar. Setelah semuanya rapi, bukannya bergegas keluar, Arez malah merangkum wajahku dengan kedua tangan dan menghadiahiku dengan sebuah kecupan ringan. Ciuman singkat yang akan segera menjadi panas jika aku tak segera menarik diri dari hadapannya.Hari ini hari penting."Bunda! Ayah!"Dua gadis cilik itu muncul lagi, dengan seragam merah putih, dasi, dan topi yang tampak cantik di tubuh mereka yang mungil. Hari ini adalah hari pertama Celia dan Afika masuk Sekolah Dasar. Aku segera mundur, menarik diri dari rengkuhan Arez yang bersikeras ingin memeluk dan menciumku."Oke, siap,
AMBIL SAJA SUAMIKU 52Sejak kedatangan Mimi, keadaan Mayang membaik. Dia tak lagi histeris setiap kali bertemu orang lain. Nyata adanya bahwa kehadiran seorang anak adalah penyembuh luka paling sempurna. Mimi diminta Dokter Eka. Dokter spesialis kejiwaan itu menangkap potensi kerusakan yang cukup besar dalam jiwa Mimi dan mencoba menerapinya sendiri di rumah. Pada waktu-waktu tertentu, Mimi dibawa ke rumah sakit untuk bertemu Mayang. Perlahan tapi pasti, kondisi Mayang mulai stabil. Mayang juga dibebaskan dari segala tuntutan karena kondisi kejiwaannya tak memungkinkan dia untuk diadili. Tiga bulan kemudian, Mayang diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi, kemana dia harus pulang? Sementara kedua orang tuanya menolak. Mereka takut diusir dari kampung karena kisah Mayang telah menyebar luas. Semua orang tahu dia pernah menjadi wanita penghibur. Dokter Eka akhirnya menyanggupi Mayang agar tinggal di rumahnya. Dokter wanita yang masih lajang itu hanya tinggal sendirian bersama s