AMBIL SAJA SUAMIKU 4
"Kay, aku kalah tender, padahal aku sudah menghabiskan banyak uang. Tolong, katakan pada Papa, bagaimana caranya agar aku bisa memenangkan lagi tender itu. Aku rugi besar, Kay. Aku akan miskin. Kita akan miskin."Spontan, aku tertawa mendengarnya."Bukan kita. Tapi kamu."Mas Arkan menatapku dengan pandangan memelas. Tentu saja, seharusnya dia tahu bagaimana keluargaku sebelum terjebak nafsu dan melakukan hal diluar batas."Kita Kay. Aku, kamu dan Celia. Sampai kapanpun, kalian akan jadi bagian hidupku."Mayang membuang pandang mendengar kalimat suaminya. Aku pastikan, sepulang dari sini, dia akan segera apdet status. Sementara Mas Arkan masih berusaha membujukku hingga aku muak mendengarnya. Apa aku tak salah dengar? Aku masih ingat kala itu, kala aku mengetahui dia selingkuh pertama kali. Dengan jumawa, Mas Arkan bilang kalau sekarang dirinya sudah sejajar dengan para pengusaha besar, jadi tak masalah baginya sedikit bersenang-senang."Sekali menang tender, bisa lima ratus juta, Kay. Kenapa aku tak boleh menyenangkan diri sendiri?""Menyenangkan diri sendiri dengan menyakiti aku dan Celia?""Ah, jangan berlebihan. Aku dan Mayang hanya jalan saja, nggak lebih."Jalan yang keterusan hingga tak tahu jalan pulang."Kay, ayo kita ke rumah orang tuamu. Ini proyek besar. Aku harus memenangkannya. Sebagian keuntungan akan kuberikan padamu.""Bilang sendiri sama Papa.""Oh, apa Papa tahu kalau aku … ""Ya. Papa sudah tahu."Wajah Mas Arkan memucat, sementara di sebelahnya, Mayang meremas kedua tangan dengan gelisah."Apa Papa tahu kalau aku menikah dengan Mayang?"Aku menggeleng."Aku ingin kalian memberi tahu langsung pada Papa. Kamu, Mas, anak didik Papa. Papa yang mengajari sampai kamu bisa sukses seperti sekarang. Tapi sayang, kamu nggak meniru bagaimana setianya Papaku sama Mama. Apa kamu belum tahu? Ada tiga hal yang menjadi godaan terberat seorang lelaki, yaitu, harta, tahta dan wanita. Dan kamu telah kalah menghadapi dua diantaranya."Mas Arkan tertegun. Aku bangun dari kursi dan berjalan ke pintu."Pergilah ke rumah Papa jika kamu memang ingin memenangkan tender itu. Mungkin, Papa masih mau membantu. Tapi yang pertama, kamu harus memenangkan hatinya lebih dulu."Tentu saja Mas Arkan tahu bahwa itu tak mungkin. Jangankan memenangkan hatinya, Mas Arkan menggores luka teramat dalam bukan hanya di hatiku, tapi juga hati orang tuaku."Dan kamu, May. Mungkin kamu ingin memberi tahu kabar bahagia pernikahanmu pada orang tuaku. Ya, setidaknya, kamu bisa pura-pura menjadi orang yang tahu diri. Bagaimanapun, orang tuaku yang membuatmu punya gelar sarjana. Meski gelar itu hanya kau gunakan untuk merebut suami orang."Wajah Mayang memucat. Dia menarik tangan Mimi, yang ternyata sudah tertidur, bersandar di sofa. Lalu tanpa menunggu instruksi suaminya, dia berjalan keluar menuju pintu sambil menyeret tangan Mimi. Kasihan anak kecil yang tak tahu apa-apa itu. Dulu aku menyayanginya. Tapi sekarang? Wajah itu menengadah menatapku, wajah polos yang tak mengerti apa yang telah terjadi."Mimi, mulai besok pindah sekolah ya, Tante carikan sekolah yang bagus untuk Mimi."Aku tersenyum pada anak kecil itu. Mayang melengak mendengarnya."Kenapa Mimi harus pindah sekolah?"Aku menatap wajahnya lekat. Wajah orang yang ternyata selama ini selalu iri pada apa yang kupunya. Wajah orang yang telah menggoda dan merampas suamiku."Karena aku tak mau Celia mendengar hal-hal yang tak seharusnya dia dengar. Aku masih berbaik hati menutupi masalah ini dari orang lain, Mayang. Tapi anak-anak semakin besar. Apa kau mau nanti dia akan diteriaki sebagai anak seorang pelakor?"Mayang diam saja, tapi matanya itu terlihat penuh benci menatapku."Kenapa bukan Celia yang pindah sekolah?"Aku tersenyum. Dia benar-benar perempuan tak tahu diri."Aku sudah mengalah untukmu, tapi, aku tak akan membiarkan anakku mengalah juga. Kau boleh ambil suamiku, tapi tak akan aku biarkan kalian merampas kebahagiaan anakku."Mayang mendesis, lalu tanpa berkata-kata dia keluar, masih menyeret Mimi dan langsung masuk ke dalam mobil. Dibiarkannya pintu mobil itu terbuka.Satu masalah sudah kuatasi, sekarang tinggal mengusir benalu ini dari ruang tamuku. Tapi …"Ayah! Bunda!"Celia!Mas Arkan rupanya juga mendengar. Dia langsung berlari masuk dan berhenti di depan kamarku, mencoba mendorong pintu."Berhenti disitu, Mas, kau tak boleh masuk!""Kay! Celia manggil aku.""Ayah!"Mendengar suara Ayahnya, Celia kembali berteriak. Aku menghela napas panjang."Nggak apa, Bik. Buka saja pintunya."Tak lama, kudengar suara kunci diputar. Pintu terbuka dan Celia menghambur ke dalam pelukan Mas Arkan, diikuti Bik Asih yang langsung melipir ke belakang. Aku membuang pandang. Bagaimana bisa Mas Arkan lupa betapa dekatnya dia dengan Celia? Dan sejak Mayang masuk memporak-porandakan pondasi rumah kami, Mas Arkan seringkali meninggalkan rumah dan melupakan janji pada putrinya. Celia merangkul leher Mas Arkan erat, tampak sekali bahwa dia merindukan Sang Ayah. Aku menghirup udara dalam-dalam, mengusir sekat yang tiba-tiba membuat tenggorokan terasa tercekat."Ayah baru pulang dari luar kota ya?"Mas Arkan melirik padaku sejenak, lalu mengangguk."Mana oleh-oleh untuk Celia?""Oh, maaf, Ayah lupa, soalnya pulang kemalaman. Besok kita ke toko mainan ya, Celia pilih sendiri.""Horeeee!""Mas!" tegurku. Kenapa dia kembali memberi harapan palsu untuk putriku? Mas Arkan menatapku dengan tatapan memohon. Dia lalu menggendong Celia, masuk ke kamar putriku. Kamar itu hanya digunakan Celia untuk bermain dan tidur siang. Aku belum tega melepaskan dia sendiri. Entah apa yang dikatakan Mas Arkan pada Celia, tak lama dia keluar lagi dan menutup pintu dengan Celia di dalamnya."Izinkan aku tidur dengan Celia malam ini, Kay.""Tidak perlu. Semakin cepat kau menjauh dari kami, semakin mudah bagiku memberi pemahaman pada Celia kalau kau tak akan tinggal bersama kami lagi."Mas Arkan menggelengkan kepala."Plis, Kay. Jangan terlalu keras pada Celia. Kasihan dia.""Kamu yang tidak kasihan padanya, Mas! Apa yang kamu pikirkan hingga bisa-bisanya menyayangi anak orang dan meninggalkan anak sendiri?!"Napasku terengah-engah karena emosi. Mas Arkan terdiam, dan lagi-lagi, ketegangan ini terinterupsi oleh teriakan Celia dari dalam kamar."Ayaaaahh! Cepetan! Katanya mau cerita tentang dongeng Putri Celiaaa!"Mas Arkan menatapku. Aku menghela napas."Baiklah. Demi Celia. Tapi sebelumnya, usir dulu pelakor itu dari rumahku!"***AMBIL SAJA SUAMIKU 5Malam sudah larut. Aku tak bisa tidur, berguling-guling di atas ranjang, memikirkan anakku di kamar sebelah, yang tidur dalam pelukan Ayahnya. Tadi, kudengar sedikit keributan saat Mas Arkan memaksa Mayang pulang sendiri. Entah apa yang dikatakan Mas Arkan padanya, yang jelas, tak lama kemudian, sebuah taksi online datang dan membawa mereka pergi. Apa yang dipikirkan Mas Arkan saat membawa Mayang dan Mimi ke rumahku malam ini? Berharap aku luluh karena dia tahu betapa aku menyayangi Mayang dan Mimi, dulu? Tak tahukan dia bahwa batas antara rasa sayang dan benci itu hanya seperti kulit ari?Dulu, aku memang menyayangi mereka. Saat Mayang menikah dengan Hadi, teman kuliahnya, aku ikut bahagia. Bahkan akulah yang kesana kemari mengurus semua karena dia ingin resepsi diadakan di kota. Hamil dan melahirkan Mimi disaat yang hampir bersamaan dengan aku hamil dan melahirkan Celia, membuat kami kian akrab. Mungkin Tuhan memang menciptakan beberapa orang yang ditakdirkan
AMBIL SAJA SUAMIKU 6PoV MAYANGSakit sekali melihat dia masuk ke dalam rumah itu dan membiarkan aku dan Mimi pulang sendirian. Berada di dekat Kayyisa, Mas Arkan terlihat sangat berbeda. Dia tampak lemah dan tak berdaya. Sungguh berbeda saat bersamaku. Dia seperti bukan Mas Arkan yang dengan gampang tergoda lirikan mataku."Bawa Mimi pulang sekarang. Celia membutuhkan aku."Suaranya keras, tidak lagi lembut dan mesra seperti kemarin. Aku dihantam rasa cemburu mendengarnya. Bukankah aku dan Mimi juga membutuhkan dia?"Tapi, Mas. Mimi akan menangis kalau kau tak di rumah."Mas Arkan melotot."Mayang, ini masalah genting. Aku harus meluluhkan hati Kayyisa, dan Celia adalah kelemahannya. Kita diambang kehancuran. Kau tahu berapa kerugianku? Dua ratus juta, Mayang!"Ah, tol*l! Seharusnya uang itu cukup untuk membeli mobil baru untukku."Pulang, aku pesankan taksi online."Mas Arkan mengeluarkan ponsel dan dengan cepat melakukan order. Aku cemberut menatapnya."Mas nggak sayang kami lagi.
AMBIL SAJA SUAMIKU 7PoV KAYYISAApa yang kau inginkan, Kay? Berharap dia berubah demi Celia? Aku menggeleng kuat-kuat. Tentu saja tidak. Aku bisa memaafkan jika dia melakukan kesalahan apa saja, asal bukan selingkuh dan main tangan."Ayah pergi, apa dia pergi ke rumah Mimi?"Aku menghapus air matanya. "Oh, bukan. Ayah sedang ada pekerjaan. Kan, Bunda sudah bilang, Ayah sedang sibuk. Celia anak pintar dan harus mengerti.""Tapi, kenapa pergi cepat-cepat? Nggak bilang aku dulu?"Dia memang anak yang kritis. Mungkin aku tak perlu menunggu dia besar untuk memberitahu padanya tentang kenyataan itu."Karena Ayah sedang ditunggu klien, em… teman kerja. Sabar ya, Sayang. Gimana kalau Bunda yang suapin makannya?"Celia mengangguk. Raut wajahnya perlahan berubah lagi. Dia memang seperti aku, cepat mengambil keputusan. Salah satu yang aku khawatirkan adalah, bahwa dia memutuskan untuk membenci Ayahnya. Karena seburuk apapun Mas Arkan, dia tetaplah Ayahnya. Aku tak akan menyuruh Celia membenci
AMBIL SAJA SUAMIKU 8Ayah? Oh tentu saja. Memangnya kau mengharapkan apa? Sepuluh tahun sudah berlalu. Cinta monyet masa SMA itu pastilah telah lama pudar. Dua puluh delapan tahun usiaku kini, sama dengan usia lelaki di sebelahnya. Dia pastilah sudah menikah dan mempunyai anak. Anaknya, yang kini entah bagaimana berteman dengan Celia. Sungguh, kadang aku ingin tertawa memikirkan bagaimana lucunya takdir mempermainkan kisah hidupku.Arez melambaikan tangan pada kedua gadis kecil itu, yang kini saling menggandeng, berlari lagi menjauh dan masuk ke tengah arena bermain. Lalu, kami sama-sama menoleh dan saling menatap. Entah apa yang dia pikirkan sama dengan apa yang kupikirkan, tiba-tiba saja kami tertawa bersama."Itu anakmu, cantik sekali.""Dan anakmu juga cantik.""Oh, tentu saja, Bapaknya kan ganteng."Astaga. Ternyata dia masih tengil seperti dulu. Aku menggeser dudukku, khawatir tiba-tiba istrinya datang dan melihat kami duduk berdekatan."Kenapa?""Kalau istrimu datang, aku takut
AMBIL SAJA SUAMIKU 9Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah pasti. Kata Rayyan, yang kuutus untuk mencari tahu apa yang terjadi, Mayang memang ada di rumah sakit. Dia baru saja menjalani operasi pemasangan pen di pergelangan tangan kanannya yang patah. Dia jatuh di kamar mandi, itu alasan yang dia katakan pada dokter di IGD. Bagaimana Rayyan mencari tahu, itu bukan urusanku. Sepupuku yang sejak kecil bercita-cita menjadi detektif itu, selalu bisa mencari tahu hal apapun dengan cara yang tak bisa kau duga. Dan aku datang ke rumah sakit, sekedar untuk menyaksikan secara langsung bagaimana hukuman dari Tuhan berjalan pada orang-orang yang zolim.Mayang ditempatkan di kamar kelas satu rumah sakit umum, kelas yang tak mungkin kuambil seandainya saja terpaksa dirawat di rumah sakit ini. Satu kamar yang dibagi untuk dua orang, sempit dan pastinya tidak nyaman. Kenapa Mas Arkan yang mengaku pengusaha hebat sampai menyuruhnya dirawat di kelas ini? Apakah rugi dua ratus juta
AMBIL SAJA SUAMIKU 10"Arez?"Tanpa kuduga, lelaki itu langsung memegang tanganku, dan dengan cepat menarikku pergi dari tempat itu. Aku tak sempat protes maupun bertanya hingga akhirnya, kami berhenti di kantin rumah sakit. Arez mendorongku agar duduk di salah satu kursi dengan gerakan lembut. Dia sendiri lalu duduk di hadapanku. Kantin sepi, hanya beberapa orang yang duduk sambil minum kopi dengan wajah muram. Tentu saja, ini bukan tempat rekreasi."Aku mendengar sebagian percakapanmu dengan pasien di dalam sana itu. Ceritakan, Kay, apa yang terjadi?"Suaranya dalam dan menuntut. Aku menghela napas dalam-dalam. "Dia itu Mayang. Kamu masih ingat?"Arez mengerutkan alisnya, "Mayang sahabatmu di SMA itu? Yang sering kali merajuk dengan wajah kesal kalau aku jalan denganmu?"Kini, ganti aku yang mengerutkan kening. Lalu, ingatanku terbang ke masa sepuluh tahun yang lalu. Mayang, aku dan Arez memang sekolah di SMA yang sama. Aku pacaran dengan Arez, sementara Mayang kerap kali mengekor
AMBIL SAJA SUAMIKU 11 ___Ibu dan Mbak Renita langsung berjengit, mungkin membayangkan sedang membersihkan kotoran menantu barunya itu. Aku tertawa dalam hati. Itu baru secuil dari kejutan yang akan Ibu temui. Aku tak mau membayangkan reaksi Ibu kalau tahu Mas Arkan gagal tender, merugi ratusan juta rupiah dan terancam tak akan pernah mendapatkan proyek selamanya. Aku mengeluarkan notes dan pulpen dari dalam tas, menulis alamat rumah sakit dan nomor kamarnya, juga sekaligus menuliskan alamat rumah baru Mas Arkan dan Mayang. Kuletakkan kertas itu di hadapan Mbak Renita."Ini alamatnya. Namanya Mayang, dan ah, aku lupa. Ibu juga akan punya cucu baru, namanya Mimi."Ibu dan Mbak Renita saling pandang dengan wajah tak enak dilihat."Kayyisa, Nak, ini bisa dibicarakan baik-baik. Ibu akan memberi tahu Arkan agar berlaku adil. Atau kalau perlu, Arkan harus menceraikan perempuan itu lagi."Aku tersenyum. Suara Ibu tiba-tiba melunak. Ibu mungkin mulai bisa berpikir secara realistis, menghitu
AMBIL SAJA SUAMIKU 12PoV MAYANG"Oh, jadi ini perempuan yang membuat anakku berubah jadi bodoh? Astaga, Arkan. Apa yang dia pikirkan saat membuang berlian dan malah memungut kerikil ini?"Astaga. Jadi inikah Ibu mertuaku? Dan perempuan yang berjalan dengan wajah kaku di sebelahnya itu, pastilah kakak perempuan Mas Arkan. Wajah mereka mirip. Tapi, kenapa aura mereka tampak menyeramkan? Batu kerikil, dia menyebutku batu kerikil. Kalau saja dia bukan Ibu Mas Arkan, pastilah sudah balas kumaki-maki dia."Ibu … "Aku berusaha bangkit dengan susah payah. Bagaimanapun, aku harus mengambil hatinya. Sebentar lagi Mas Arkan akan menang tender. Kalau dia dapat untung satu milyar, aku pasti bisa beli apa saja. Aku bisa menyaingi penampilan Kayyisa. Aku akan minta mobil, emas …"Jangan panggil saya Ibu. Bagi saya, menantu saya satu-satunya cuma Kayyisa."Heh. Belagu banget. Nggak tahu dia kalau anak lelakinya bisa berlutut di depanku, rela menjilat kakiku kalau sekali saja aku menggoyang pinggul.
AMBIL SAJA SUAMIKU 60 (Ending)"Kalau begitu, Tuhan jahat! Kenapa hanya Mimi yang nasibnya seperti ini, kenapa?!"Air mataku menetes. Lukanya ternyata terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Emosinya mudah sekali berubah. Saat masuk tadi, dia terlihat tenang dan normal, tapi sekarang, sedikit pemicu membuatnya kembali tak stabil. Di pelukan Dokter Eka, Mimi meronta, matanya tak lepas memandangku. Aku ingin memeluknya, sungguh. Tapi, dia tidak stabil dan bisa saja tiba-tiba melakukan hal yang bisa membahayakan bayi dalam kandunganku. Lalu perlahan, dia berhenti meronta. Aku mendekat, mencoba menggengam tangannya, sementara Dokter Eka masih memeluk dan mengusap-usap punggungnya. Mimi, bukankah dia hanya seorang anak kecil?"Mimi, maafkan Tante. Jika Mimi anggap, Tante punya salah sama Mimi, Tante Kay minta maaf yang sedalam-dalamnya. Apa yang bisa Tante lakukan agar Mimi tidak marah lagi?"Aku mencoba mengajaknya bicara dengan bahasa yang mudah dimengerti anak seusia
AMBIL SAJA SUAMIKU 59"Saya tak lagi bisa jatuh cinta, Miss. Mungkin, karena seluruh hati saya sudah dimiliki seseorang.""Tapi, saya bahagia, karena wanita yang saya cintai sudah bahagia dengan keluarganya. Bagi saya, tahta tertinggi dalam mencintai, adalah melihat orang yang kita cintai bahagia. Bukankah begitu, Miss?""Dan saya juga mendoakan kebaikan untuk Miss Kayyisa. Semoga keluarga Miss awet, bahagia selamanya tanpa ada lagi yang mengganggu.""Miss, bunga-bunganya sudah mulai layu, apa perlu diganti yang baru?"…Semua kata-kata Mister Erlangga kini terngiang-ngiang di telinga. Aku terduduk lemas di atas kursi. Ajeng buru-buru mendekat."Kamu nggak apa-apa, Kay?""Jadi dia rupanya, Jeng. Dia yang selama ini mengirimkan bunga, memberiku peringatan bahwa Mayang masih berkeliaran. Dia dibalik akun Hawk, dia juga yang mengirim bunga papan di sana kemarin.""Iya, aku tahu. Tapi, kalau kupikir-pikir, nggak ada hal berbahaya yang dia lakukan, Kay. Malah, dia seperti hanya menjaga dan
AMBIL SAJA SUAMIKU 58PoV KAYYISAPihak rumah sakit memutuskan mengirimkan jenazah Mayang pada keluarganya di kampung. Dengan kematiannya, maka segala kasus yang menjeratnya dianggap selesai. Arez menahanku di rumah, sama sekali tak mengizinkan aku melihat Mayang."No. Kau sedang hamil, dan kita tak punya lagi hubungan apa-apa dengannya."Aku tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Rayyan yang akhirnya datang ke rumah sakit, untuk memberi informasi tentang keluarga Mayang di kampung, karena selama ini, Bapak dan Ibunya tak pernah muncul, menyedihkan sekali.Dari sosial media, aku menyaksikan potongan gambar proses pemakamannya. Kasus Mayang yang pernah ditemukan di apartement kosong waktu itu memang sempat viral sehingga banyak orang penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Mau tak mau, namaku ikut disebut, selain nama Mas Arkan dan Mas Hadi tentu saja.(Sang pelakor akhirnya dapat karma. Dibayar tunai.)(Peringatan buat cewek-cewek yang minat jadi pelakor cuma buat hidup enak tanpa us
AMBIL SAJA SUAMIKU 57PoV TIGAFlashback, Malam sebelum kematian itu.Mayang bangun dari atas ranjang dengan susah payah. Tubuhnya masih lemah, tapi dendamnya tetap saja membara. Sekuat mungkin dia berusaha membuang semua kebenciannya pada Kayyisa, tapi selalu gagal. Dia teringat bagaimana dulu di sekolah, tak ada seorangpun meliriknya karena dia miskin. Tak ada yang mau berteman dengan gadis berbaju lusuh seperti dia. Sampai kemudian dia mengenal Kayyisa.Kayyisa yang banyak membantunya. Bukan hanya banyak, tapi sangat banyak. Mulai dari uang spp sampai uang jajan. Kayyisa juga tak segan membelikannya barang-barang bagus dan mahal. Doa memang salah satu anak orang paling kaya di kota ini. Tapi tetap saja, meski penampilan Mayang sudah berubah, Orang-orang sudah terlanjur melihatnya sebagai gadis miskin yang beruntung bertemu dengan Tuan Putri.Berbeda dengan dirinya, Kayyisa adalah Tuan Putri. Setiap langkahnya akan selalu mengundang mata, bukan hanya lelaki, tapi juga perempuan. Pa
AMBIL SAJA SUAMIKU 56Kali ini, aku tak lagi bisa bersabar dan mentolerir perbuatan Mayang. Mayang dan Mimi telah dengan sengaja bermaksud melukai Celia, orang paling penting di dunia ini. Tidak tahukah dia bahwa tak ada seorang ibu-pun di dunia ini yang rela anaknya diusik, apalagi terluka. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi anakku.Celia yang terbangun karena keributan itu, menatapku ketakutan. Aku memeluknya, menenangkan jantungku yang berdebar hebat. Tak lama, pintu dibuka, Papa dan Mama masuk dengan langkah tergesa. Mungkin mereka bertemu para perawat yang membawa Mayang dan menduga apa yang baru saja terjadi. Di luar, masih ramai orang membicarakan apa yang baru saja terjadi. Selain perawat, mungkin keluarga para pasien."Kay! Celia! Kalian nggak apa-apa?"Mama memeluk kami berdua dengan wajah pucat. Aku tak menjawab, dadaku masih berdebar kencang. Papa menarikku dalam pelukan, membiarkan Mama yang menenangkan Celia. Di pelukan Papa aku terisak. Tak terbayangkan olehku
AMBIL SAJA SUAMIKU 55Hari ini, aku bersedih untuk dua hal. Untuk putriku, dan untuk Mimi.Arez menyetir mobil dengan kecepatan tinggi mengikuti ambulans yang berjalan cepat di depan sana, sementara aku duduk di belakang sambul memeluk Afika yang tak mau berhenti menangis. Dia gemetar dan itu hanya bisa diredam oleh pelukan. Kutelepon Papa dan Mama, juga mertuaku, berusaha tegar saat menceritakan apa yang terjadi. Mobil putih itu di depan kami, dengan putriku di dalamnya yang telah diberi pertolongan pertama. Luka di kepala, meski kecil, darahnya banyak sekali.Ambulans berhenti di depan IGD, Celia lalu dipindahkan dengan sigap ke atas brankar dan dibawa ke dalam. Aku menuntun Afika masuk sementara Arez memarkir mobil. Kulihat seragam berwarna putih yang dipakai Afika, ada beberapa percik darah di sana.Darahnya banyak sekali, akankah anakku bertahan?Aku duduk di kursi logam dengan tubuh lemas. Kupeluk Afika yang mulai berhenti menangis dan kini melihat-lihat keramaian IGD rumah saki
AMBIL SAJA SUAMIKU 54Bangunan itu akhirnya selesai juga. Lancarnya dana yang mengucur dan kombinasi tukang profesional yang disediakan Papa, akhirnya membuat bangunan English Expert Dua selesai setelah enam bulan dikebut pengerjaannya. Gedung tiga lantai itu memang berada di jalan yang sepi dari lalu lintas kendaraan, persis seperti yang kuinginkan. Dia didirikan di atas tanah bekas rumah yang terbakar. Esok setelah peresmian, aku akan mulai memanggil para tentor yang sudah lulus seleksi dan mulai menerima siswa baru. "Cool. Ternyata kita sejak dulu satu hati. Sama-sama mencintai dunia pendidikan meski di jalan yang berbeda."Arez merangkul bahuku. Kami baru saja memantau sentuhan terakhir dekorasi gedung karena dua hari lagi adalah hari peresmiannya. Neon Box akan mulai menyala nanti malam. Dan papan nama besar itu sudah akan terlihat meski dari kejauhan."Aku semangat melakukan semuanya, karena ada kamu.""Hey, sejak kapan istriku pinter ngegombal?"Arez mengusap pipiku sejenak se
AMBIL SAJA SUAMIKU 53"Bunda, Ayah! Ayo, nanti terlambat!"Dua pasang kaki mungil berlarian dengan tak sabar. Sebentar keluar rumah, sebentar kemudian masuk kembali ke kamarku, melihat aku yang sedang memasangkan dasi dan merapikan jas yang dikenakan Arez. Jas hitam yang dia pakai itu entah bagaimana membuat dirinya tampak semakin tampan."Tunggu, sayang! Sebentar lagi!"Arez tertawa, dia mengusap rambutku sebentar. Setelah semuanya rapi, bukannya bergegas keluar, Arez malah merangkum wajahku dengan kedua tangan dan menghadiahiku dengan sebuah kecupan ringan. Ciuman singkat yang akan segera menjadi panas jika aku tak segera menarik diri dari hadapannya.Hari ini hari penting."Bunda! Ayah!"Dua gadis cilik itu muncul lagi, dengan seragam merah putih, dasi, dan topi yang tampak cantik di tubuh mereka yang mungil. Hari ini adalah hari pertama Celia dan Afika masuk Sekolah Dasar. Aku segera mundur, menarik diri dari rengkuhan Arez yang bersikeras ingin memeluk dan menciumku."Oke, siap,
AMBIL SAJA SUAMIKU 52Sejak kedatangan Mimi, keadaan Mayang membaik. Dia tak lagi histeris setiap kali bertemu orang lain. Nyata adanya bahwa kehadiran seorang anak adalah penyembuh luka paling sempurna. Mimi diminta Dokter Eka. Dokter spesialis kejiwaan itu menangkap potensi kerusakan yang cukup besar dalam jiwa Mimi dan mencoba menerapinya sendiri di rumah. Pada waktu-waktu tertentu, Mimi dibawa ke rumah sakit untuk bertemu Mayang. Perlahan tapi pasti, kondisi Mayang mulai stabil. Mayang juga dibebaskan dari segala tuntutan karena kondisi kejiwaannya tak memungkinkan dia untuk diadili. Tiga bulan kemudian, Mayang diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa. Tapi, kemana dia harus pulang? Sementara kedua orang tuanya menolak. Mereka takut diusir dari kampung karena kisah Mayang telah menyebar luas. Semua orang tahu dia pernah menjadi wanita penghibur. Dokter Eka akhirnya menyanggupi Mayang agar tinggal di rumahnya. Dokter wanita yang masih lajang itu hanya tinggal sendirian bersama s