Share

Part 52. Pelarian

Penulis: Rizka Fhaqot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 19:35:46

"Kau tau apa do'aku detik ini, Zi?" tanya Fira dengan tatapan sendu. Zia menggeleng pelan. Senyum lembut itu tak lepas dari bibir tipisnya.

"Aku berdo'a hampir di setiap sujud, Zi, do'a itu sama persis dengan do'aku detik ini. Semoga kau berjodoh dengan Bang Farid. Bagaimana pun jalan yang kelak akan kalian tempuh, do'aku tetap sama." Mata Fira berkaca-kaca.

Jika saja Zia mengatakan detik ini ia siap dilamar Farid, maka detik ini pula gadis di hadapannya itu akan meminta keluarganya datang menemui Zia.

"Kau begitu sempurna di mataku, Zi. Kau sahabat sekaligus guru bagiku. Aku begitu beruntung mengenal dan menjadi sahabat terdekatmu," ucap Fira sungguh-sungguh. Hatinya berdesir.

"Apa kau kira, dengan kebersamaan kita selama ini kau bisa mengetahui sifatku 100 persen?" tanya Zia dengan menaikan alis dan tersenyum tipis.

"Setidaknya, sebagian besar aku mengetahuinya 'kan? Serius, Zi. Apa pun yang kau katakan tentang dirimu, aku lebih percaya dengan apa yang kulihat. Dan satu lagi, d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 53. Rencana Sintia

    "Aku menemukan foto mantan istri suamiku di ponselnya." Kalimat itu lepas dari bibir Sintia, menelusup ke gendnag telinga laki-laki yang kini di belakangnya itu. Wisnu tersenyum simpul. Kalimat Sintia barusan memberinya celah untuk kembali meraih hati karyawan tercantik di kantornya itu. "Duduklah di sini, Sin. Tuangkan semua sesak agar kau bisa lebih tenang." Wisnu menepuk dudukan sofa di sampingnya. Lelaki dengan postur tubuh atletis itu menatap penuh makna punggung Sintia. Beberapa saat kembali hening. Sintia masih enggan beranjak. Namun, ucapan Wisnu barusan menurutnya memang benar. Ia tak memiliki tempat untuk berbagi selain laki-laki itu. Dulu ia sering bercerita tentang pahitnya hidup pada Tante Erna. Namun, setelah ia bertemu Aiman dan membatalkan pertunangannya dengan Dika, ia tak lagi memiliki keberanian untuk menemui perempuan itu. Untuk berbagi pada Tiara, ia tak menemukan jawaban yang sesuia dengan keinginannya lagi. Jika dulu Tiara selalu berada di pihaknya, kini be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 54. Kecewa

    "Zia nggak bisa dateng?" tanya Farid bernada kecewa."Nggak, Bang. Katanya mau jenguk mantan mertuanya." Fira menjawab jujur. Ia tahu jika abangnya itu akan kecewa. Sebisa mungkin ia ingin membuatnya terhibur. "Jika memang Abang ingin memantapkan hati pada Zia, saran Fira Abang memang harus sabar. Luka yang Zia rasakan membuatnya sulit untuk mempercayai setiap laki-laki yang datang padanya." Fira menatap sendu wajah Farid. Laki-laki itu menatap lurus aspal yang hitam memanjang di hadapannya dengan perasaan gusar. "Apa Abang akan punya kesempatan, Ra?" tanya Farid sedikit ragu. Ada kekhawatiran di hatinya. Khawatir setelah menghabiskan banyak waktu untuk menunggu kesiapan Zia, Zia malah menambatkan hati pada laki-laki lain. "Bukankah Zia pernah mengatakan, jika Abang harus sabar menunggu lukanya untuk sembuh?" tanya Fira. Farid memang sempat menceritakan pembicaraannya dengan Zia waktu di rumah sakit beberapa waktu lalu. Farid mengangguk pelan. Ingatannya kembali pada kalimat di ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 55. Kemarahan Aiman

    "Sin, apa kita akan terus seperti ini? Apa tak ada maaf untuk kesalahan sekecil itu?" Aiman tak tahan lagi dengan sikap Sintia yang seolah tak lagi menganggapnya ada. Sintia bangkit dari posisi semula, kini ia duduk dengan menyandarkan kepala di sandaran ranjang. "Kesalahan kecil menurut, Abang?" Sintia tersenyum sinis. "Apakah jika aku melakukan hal serupa, Abang akan memakluminya?" Sintia mulai kesal. "Sin, itu tak seperti yang kau bayangkan!" Aiman berucap pelan. Ia tak ingin Sintia kembali marah-marah seperti sebelumnya. "Sudahlah, aku sedang tak ingin berdebat. Sekarang, tinggalkan aku sendiri!""Sin, ku mohon! Apa tak bisa lagi kita perbaiki semua ini?" tanya Aiman lemah. Semua cara sudah ia lakukan untuk meluluhkan hati Sintia. Namun, hasilnya nihil. Sintia bergeming. Ia seolah tidak mendengar pertanyaan Aiman barusan. "Sin, tolong jawab Abang, Sin!" Aiman memelas. Ia kehabisan cara untuk menahan luapan rasa yang membuat sesak dadanya. Sintia masih membatu. Tak sedikit pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 56. Talak Untuk Sintia

    "Ternyata kau selama ini telah banyak membohongiku. Aku benci kamu, Sintia! Detik ini pula kamu Sintia Nur Insani, kau bukan lagi istriku dan aku lepaskan ikatan yang selama ini membuat kita halal satu sama lain dengan talak satu." Lidah Aiman bergetar, membuat tsekujur tubuhnya ikut bergetar. Sintia tersenyum penuh kemenangan. Ia tak perlu susah-susah mencari alasan untuk bisa lepas dari laki-laki itu. Sedangkan Aiman, laki-laki itu menunduk dalam. Rasanya seperti baru saja bermimpi buruk. Dua kali sudah lisan laki-laki itu mengucap ikrar talak pada perempuan yang berbeda. Ada luka yang tiba-tiba kembali terasa. Luka karena pernah mentalak istri sebaik Zia demi mempertahankan perempuan seperti Sintia. Aiman bangkit, meraih koper miliknya yang tersusun rapi di sisi lemari. Tangannya sigap membereskan pakaiannya, memasukkan ke dalam koper tanpa peduli dengan apa yang dilakukan perempuan yang kini berstatus mantan istrinya. Sintia bergeming. Segurat ada rasa bersalah, ada pula secui

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 57. Zia Datang

    Ibu Ana sudah sejak tadi mengetahui kedatangan Aiman. Batinnya mengatakan anak sulungnya itu sedang tidak baik-baik saja. Namun, ia tetap tak ingin bertanya lebih dulu karena nalurinya mengatakan penyebabnya adalah Sintia. Aiman mencium takzim punggung tangan sang Ibu dengan dada yang penuh sesak. Ingin sekali ia menumpahkan semuanya, sayangnya ia tak punya banyak keberanian. "Aiman menginap di sini, Bu," lirih Aiman. Ibu Ana menatap sendu pada putranya itu. Ada kesal dan iba yang kini melebur jadi satu. "Besok Zia akan datang, Ibu harap kau bisa menjaga perasaan Zia."Aiman tersentak. Apakah ini kesempatannya untuk bisa menatap senyum lembut itu lagi. "Jangan berharap lebih! Ibu hanya meminta Zia datang untuk membicarakan pembagian harta gono-gini bagian Zia. Ibu tak ingin berbuat dzalim. Bukankah hingga saat ini, kau belum memberikan sedikit pun bagian harta bersama untuk Zia. Ibu tak ingin Zia kesulitan keuangan." Ibu Ana mendudukkan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu, Aiman me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 58. Luahan Hati Ibu Ana

    Dengan memantapkan hati, Zia membelokkan kendaraannya memasuki halaman rumah luas di hadapannya. Ibu Ana yang tengah merawat tanaman hias di taman samping rumah langsung beranjak, ketika mengetahui Zia datang. Rumah berlantai dua dengan halaman luas itu terlihat begitu lengang, hanya 3 mobil dan 2 unit motor yang berjajar rapi di halaman depan dan garasi. Cepat Ibu Ana memeluk Zia. Pelukan yang telah lama Zia rindukan. Jika dulu Zia akan meminta Aiman untuk sering-sering mengunjungi orang tuanya agar Zia bisa merasakan kebahagiaan dengan seorang ibu, kini jauh berbeda. Berhari-hari Zia hanya menghabiskan waktu sendiri di kamar kosnya sepulang mengajar, jika Fira tak bersamanya. Tak ada lagi cerita mengunjungi mertua di saat suaminya libur kerja, semua sirna oleh satu kesalahan, pengkhianatan. "Sendiri? Kenapa nggak ngajak temen, Zi?" tanya Ibu Ana seraya melepaskan pelukan di antara mereka berdua. "Iya, Bu. Nggak papa, lagian jalanan ramai juga," jawab Zia seraya mengikuti langka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 59. Ini Hakmu

    "Ibu terlalu sulit mengikhlaskanmu, meski Ibu tak mungkin memintamu kembali," lirih Ibu Ana hampir tak terdengar. Zia tersenyum kecut. Apa jadinya jika dia sampai kembali dengan Aiman, melihat Aiman masih menyimpan rasa padanya saja, Sintia sampai mengamuk. Pikir Zia. "Doakan saja, Bu, semoga Sintia bisa menjadi istri yang baik, menjadi menantu yang baik untuk Ibu. Bukankah, kita tak pernah tahu tentang masa depan?!" Zia berusaha menyemangati. Ibu Ana menggeleng pelan. "Mereka bahkan sudah berpisah, Zi."Kilimat lirih bernada sesal itu berhasil membuat Zia tersentak. Ada sedikit kekhawatiran di sudut hatinya."Apa maksud Ibu?" tanya Zia seolah tak paham. "Iya, Zi. Semalam Aiman ke sini, dan mengatakan jika mereka sudah berpisah." Ibu Ana memperjelas kalimatnya. Aiman menunduk, tangan kanannya menutup wajah seolah tengah menahan malu pada Zia, meski kenyataannya Zia sama sekali tak melihat keberadaannya. Zia memaksa bibirnya untuk tersenyum. Nafsu manusianya ingin sekali menertaw

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 60. Bertemu Aiman

    Mata sayu Ibu Ana kini berkaca-kaca, membuat Zia tak sanggup lagi menolaknya. "Bu …," panggil Zia lembut. "Ibu ikhlas kalau Zia memanfaatkannya untuk umat?" lanjutnya dengan suara pelan. Senyuman terbit di bibir yang mulai ditumbuhi keriput. Hatinya lega mendengar pertanyaan Zia barusan. "Ikhlas, Zi. Bahkan sangat ikhlas. Ibu berharap kau bisa memanfaatkannya dengan baik, Nak." Bulir bening itu luruh di pipi Ibu Ana. "Baiklah, Bu. Sebagian akan Zia belikan mushaf qur'an untuk dibagikan kepada para santri di tempat Zia mengajar, sekaligus untuk tambahan biaya renovasi ruang kelasnya juga. Dan insya Allah akan Zia niatkan pahalanya untuk Ibu dan Ayah juga almarhum orang tua Zia." Zia menunduk. Bulir bening berjejalan ke luar. Ia bersedih karena belum mampu beramal lewat harta lebih banyak lagi untuk kedua orang tuanya. Selama ini hanya do'a yang mampu ia kirimkan lewat senyapnya malam, atau gemericik hujan. Ibu Ana merangkul Zia, membawanya dalam pelukannya. Hatinya luruh mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13

Bab terbaru

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 179. Cinta Akan Datang di Waktu yang Tepat

    "Terima kasih atas waktu dua tahunmu membersamaiku, Bang. Semoga kau selalu menjadi laki-laki terbaik bagiku dan Hana, putri kita." Zia menyandarkan kepalanya ke dada bidang lelaki yang sudah dua tahun melengkapi hidupnya. Sebuah jalan takdir yang sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Farid akan menjadi suami, imam juga jalan dirinya untuk menggapai surga Rabb-nya."Alhamdulillah, Sayang. Abang juga sangat bersyukur sekali bisa dipertemukan dengan perempuan cantik, baik hati, sholeha, sepertimu." Senyum menawan Farid dia persembahkan untuk perempuan asing teristimewa dalam hidupnya. Keduanya saling menautkan jari menikmati semilir angin sore di taman samping rumah sambil melihat kelucuan Hana yang tengah bermain tidak jauh dari tempat mereka duduk.Kehangatan keluarga kecil mereka semakin lengkap setelah kehadiran Hana sebagai pengantar doa-doa panjang dalam setiap sujud mereka sebagai orang tua. Meminta serta memohon keberkahan untuk rumah tangga agar senantiasa berada d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 178. Semua Karena Sabar

    Tiara menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya. Dapat ia rasakan hatinya menghangat seiring cinta yang kian tumbuh dan berkembang terhadap laki-laki itu. "Kau yakin? Apa kau sama sekali tak memiliki rasa sakit hati atas penolakanku selama ini?" tanya Tiara dengan rasa penasaran. "Aku yakin. Tak naif, kecewa itu kerap terasa, hanya saja aku menganggapnya sebagai pecut untuk berjuang meraih cintamu lebih keras lagi. Jujur, di luaran sana ada yang mengejarku untuk meraih cintaku, sayangnya hati ini sudah terpaut sejak lama padamu, Ti." Laki-laki itu terlihat sangat serius. Tiara menatap Miko dengan senyum termanisnya. Hati berdesir kian rapat yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. "Apa kau akan selalu bersikap seperti ini seandianya aku menerima lamaranmu?" Tiara berusaha menuntaskan keingintahuannya. "Apa kau pikir aku akan mengorbankan waktu dan kesabaranku selama ini dalam memperjuangkan cintamu hingga aku akan mengabaikanmu saat kau sudah menjadi milikmu?" Miko balik bertanya

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 177. Menikahlah denganku!

    Zia mengangguk. "Aku udah maafin Sintia, Ti. Lagipula dari dulu Kakak nggak pernah dendam sama Sintia. Sakit hati atas perlakuan Sintia dulu Kakak rasa itu manusiawi, yang pasti sekarang Kakak sudah mengikhlaskan semuanya." Zia tersenyum lembut. "Kakak memang luar biasa. Terima kasih, Kak.""Maafin kesalahan Sintia! Anggap aja kalo Sintia khilaf waktu ngelakuin semuanya," lanjut Zia."Iya, Kak. Aku hanya berharap semoga Sintia tenang di kehidupan abadinya dan ke depannya nggak akan ada lagi Sintia baru di dalam hidup kita." Tiara berucap lirih. Zia mengangguk pelan. "Aamiin.."***"Sekarang tak ada lagi Sintia, Ti. Aku harap kau bisa menerima lamaranku. Maafkan atas sikapku beberapa waktu lalu." Aiman berucap dengan nada memohon. Aiman meminta Tiara untuk menemuinya di tempat biasa, rumah makan yang beberapa kali mereka jadikan tempat bertemu sambil menghabiskan waktu istirahat siang sebelum kembali ke kantor. Tiara tidak langsung menjawab, ia berpikir sejenak agar tidak salah men

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 176. Mengikhlaskan

    Zia mengalihkan perhatiannya kembali pada sang dokter. Lalu menganggukkan kepala. "Benar, Dok. Jadi jika memang harus dilepas, saya dan keluarga akan berusaha menerima dengan lapang dada." Susah payah Zia mengucapkan kata-kata itu melalui bibirnya yang bergetar. Tapi dia harus, dia tidak bisa ikut rapuh di saat Tiara tak sanggup lagi untuk sekedar berdiri. "Tiara!"Zia menggandeng lengan Tiara untuk ke luar setelah pamit pada dokter yang di hadapan mereka. Farid pun memutuskan untuk mengambil alih semua tugas Tiara. Dia mengikuti dokter tersebut agar segera menandatangani surat persetujuan pelepasan alat penunjang hidup Sintia sekaligus melunasi segala biayanya. Jasad Sintia akan dimandikan oleh pihak rumah sakit dan dikafani sekalian di sini. Supaya mereka hanya tinggal menyemayamkan jasad Sintia menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Di sisi lain, Zia mencoba menuntun Tiara ke kursi ruang tunggu. Dia mendudukkan Tiara sembari memberikan sebotol air mineral yang tadi sempat ia b

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 175. Sintia Sekarat

    Tiara bercerita panjang lebar pada Zia. Ia sendiri merasa sedikit tak nyaman menceritakan semuanya pada Zia, terlebih sesuatu yang ada hubungannya dengan Aiman. Tapi ia sendiri seolah tidak memiliki tempat berbagi. Sang nenek tinggal terpisah darinya dengan jarak satu setengah jam perjalanan. Sedangkan sang ayah, laki-laki itu semakin tak memiliki waktu untuknya, bahkan hanya sekedar menelpon pun seolah tak memiliki waktu. "Kakak hanya bisa menyerahkan semua keputusan padamu, Ti. Kau sudah dewasa. Semoga apa pun keputusanmu itu akan berbuah manis di kemudian hati, Ti.""Terima kasih, Kak, sudah sudi mendengar ceritaku. Aku pun berharap begitu. Aku berharap ada kebahagiaan untukku tanpa harus menyakiti hati siapa pun."Telepon terputus. Zia terdiam sejenak. Isi percakapannya dengan Tiara barusan seolah berputar di kepalanya. Ia sendiri tak tahu harus berbuat apa yang pasti ia hanya berharap yang terbaik bagi Tiara. Embusan napas panjang ke luar dari mulutnya. Sekilas wajah patah hati

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 174. Kita Akan Menemukan Jodoh Masing-masing

    Tiara lagi-lagi tersenyum sinis. Kalimat Aiman mampu menoreh luka di relung sana. Bagi Tiara, pantang berbohong apalagi dalam hal sepenting ini."Jika saja kau bisa melihat isi hatiku, maka kalimat yang kau ucapkan barusan tak akan pernah ke luar." Kali ini tatapan mata Tiara lekat di wajah Aiman.Laki-laki itu terdiam sejenak. Mencari alasan agar kali ini usahanya untuk membina keluarga baru tidak kembali gagal. "Maafkan aku, Ti. Aku khilaf!" Aiman berusaha menurunkan egonya. "Kumohon mengertilah. Aku bahkan tak akan bisa tenang jika hubungan kita terus berlanjut. Dua hati yang aku korbankan atau … bisa saja lebih." Tiara berucap sendu. "Apa tak ada jalan lain, Ti?" Kumohon! Aku hanya ingin membina keluarga bahagia dan melihat senyum kedua orang tuaku kembali merekah." Aiman menghiba berharap hati Tiara akan luluh. Tiara bergeming. Bayangan Ibu Ana melintas membuatnya sedikit tak nyaman. Namun, ia tak ingin keadaan lebih buruk lagi. "Percayalah, kita akan menemukan jodoh kita ma

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 173. Penolakan

    "Laki-laki itu masih menyimpan rasa padamu, Sayang!" ucap Farid saat keduanya baru saja masuk ke mobil. Zia menatap lekat wajah sang suami dengan dahi berkerut. Farid sengaja mengalihkan pandangan lurus ke depan. "Maksudnya?" tanya Zia seolah tak mengerti. "Mantan suamimu!" Kali ini Farid melirik sekilas wajah cemberut Zia. "Abang tak suka Zia bertemu dengannya?" "Tidak!""Meski tanpa sengaja?""Ya."Hening. Zia tak lagi meneruskan pertanyaannya. Ia memilih menatap lekat wajah Farid dengan wajah manyun. Farid yang merasa diperhatikan kini tak bisa menyembunyikan tawanya. "Manyun aja keliatan cantik, apalagi senyum." Farid mengecup puncak hidung Zia. Zia tak menjawab. Gemas rasanya karena merasa dipermainkan. "Nggak usah dipikirin! Abang cuma becanda." Farid tersenyum lembut. "Sebenarnya Abang serius kalau dia masih menyimpan rasa padamu. Sayangnya sekarang Abang-lah laki-laki beruntung itu, bukan dia." Farid kembali terkekeh. "Tak usah bahas dia lagi. Zia nggak nyaman," aku Zi

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 172. Aku Mundur

    Aiman bangkit dan mengangsurkan tangannya saat Farid dan Zia sudah berdiri di dekatnya. Farid dan Aiman bersalaman layaknya dua orang yang baru saja kenal. Karena ini memang kali pertamanya Farid dan Aiman bertatap muka. Saat Zia menikah pun Aiman tak datang karena merasa tak mampu melihat Zia berbahagia dengan laki-laki lain. Setelahnya Farid duduk dengan jarak satu kursi dari Aiman. Zia duduk di samping Farid. "Baru sampai?" tanya Farid berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Aiman masih sangat menginginkan Zia hingga Zia memuyuskan menerima lamarannya. "Sekitar pukul 2 tadi," jawab Aiman. Ia merasakan suasana yang begitu canggung. "Tiara di dalam?" tanya Farid lagi. "Iya, beberapa menit lalu baru masuk." Aiman menjawab singkat pertanyaan Farid. Ia tak tahu harus berbasa-basi seperti apa agar suasana canggung antara mereka bisa menghangat. *Di dalam ruangan ICU Tiara duduk di sisi kiri Sintia. Ditatapnya wajah dengan luka jahitan di kepala dan pipi di hadapannya. Ada iba d

  • ALASAN SUAMIKU MENDUA   Part 171. Cemburu

    "Kau di sini …." Aiman duduk tepat di samping Tiara. "Maaf, saking paniknya aku lupa mengabarimu." Tiara berucap setelah menoleh sekilas pada Aiman. Setelahnya tatapan matanya kembali mengarah pada pintu ruang ICU yang tertutup rapat. "Aku menghubungimu berulang-ulang tapi tapi tak ada balasan. Akhirnya kuputuskan untuk mencarimu di tempat di mana Sintia dirawat.""Terima kasih sudah sepeduli itu padaku." Kalimat Tiara terdengar datar. Kini Aiman seolah tak lagi memiliki daya tarik di matanya. Ia mulai sadar jika terlalu banyak hati bahkan fisik yang tersakiti saat dirinya ia memutuskan untuk menerima lamaran Aiman.Jika ia tetap meneruskan rencana awal ia yakin hati Miko akan bertambah hancur, pun dengan Sintia. Tiara tak ingin menambah api dendam di hati perempuan itu seandainya Sintia sembuh dari komanya. "Besok malam kita bertemu di tempat biasa habis isya! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," lirih Tiara sendu. Ia sangat paham dengan memutuskan hubungan dengan Aiman berarti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status