Share

52. Yang Namanya Tak Mau Disebut

TUBUHKU masih lemah dan tak dapat bergerak. Sendi-sendi masih terasa ngilu. Ingatanku terakhir kalinya, aku lompat dari jembatan Gentala Arasy ke sungai Batanghari. Aku berenang sekuat tenaga menuju tepi, namun tubuh ini tak kuat dan aku hanyut hingga tak sadarkan diri.

Ketika aku bangun dari pingsanku, aku sudah berada di rumah yang asing bagiku ini. Seorang wanita yang sudah renta tiba-tiba menghampiriku. Ia berkata bahwa dirinya dan cucunya lah yang membawaku kemari dan mengobatiku.

“Nama kamu siapa, Nak?” ujar Nenek itu dengan senyumnya.

“Namaku Cinta, Nek,” timpalku pelan sekali.

“Sejak kemarin kamu menggigau menyebut nama Rama. Rama itu siapa kamu?”

“Suami.”

Nenek itu mengangguk. “Perkenalkan, nama nenek Jum. Sebentar ya Nenek panggil cucu Nenek dulu.”

Nenek itu beranjak keluar kamar. Tak sampai satu menit kemudian ia kembali lagi dengan seorang wanita yang kukira seumuran Tara. Wanita itu melepas cadarnya.

“Namaku Lunar.”

“Lunar?” Suaraku parau.

“Aku lihat kamu sedang dicari-ca
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status