Jam 02.30 alarm ponsel yang berbunyi nyaring membangunkanku dari tidur.
" Ya Allah, ndengerin youtube lagi." Batinku saat melihat Mas Aryo suamiku tidak tidur malah asyik melihat youtube.Segera aku bangkit dari kasur dan menuju meja makan. Setelah rasa haus reda, aku memutuskan untuk wudhu dan melakukan sholat tahajud.Usai sholat tahajud, kulanjutkan dengan merendam baju agar lebih mudah dicuci saat habis sholat subuh.Aku mempersiapkan bahan untuk membuat aneka gorengan yang akan aku jual saat menunggui anakku sekolah.Usai subuh, segera aku memasak nasi di magic com,dan menggoreng telur dadar untuk sarapan.Seperti biasa, suamiku setelah subuh, selalu bersiap untuk tidur."Mas, mbok ya kalau lagi gak nyupir jangan tidur terus, bantu aku ini pekerjaan rumah banyak." pintaku memelas."Halah, kamu itu Dek, gak tahu apa kalau nyupir itu berat. Ngangkutin barang banyak dan sering begadang malam, makanya kalau lagi di rumah aku pingin santai." Jawab suamiku."Ya, tapi paling gak, kamu bisa jujur Mas, berapa penghasilan kamu saat nyupir." Sahutku lagi."Yang penting kan aku udah ngasih kamu duit to."Suamiku bersikeras."Iya, sebulan 200-600 ribu Mas, padahal Mas nyupir ke Jakarta hampir 4 kali sebulan. Aku kan penasaran berapa sebenarnya penghasilanmu Mas." Kataku akhirnya. Tentu saja tidak dibalas oleh suamiku karena dia sudah tertidur. Sebenarnya aku nelangsa. Sudah mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, ngurus anak sendiri, ditambah bantu cari duit.Aku tak ingin lama-lama bersedih. Segera aku menggoreng adonan bakwan sayur, pisang goreng, dan ketela goreng secara bergantian.Sambil menunggu matang, biasanya aku nyambi menyapu rumah. Rumah 2 kamar yang dipinjami oleh mertua. Kenapa dipinjami? karena rumah ini sebenarnya rumah keprabon, rumah kakek nenek mas Aryo yang sudah meninggal dan menjadi milik bersama.Dan nanti setelah ibu mertuaku meminggal, entahlah bagaimana nasib kami selanjutnya hendak tinggal dimana.Usai menyapu rumah, kulihat gorenganku. Ternyata sudah matang. Aku angkat dan tiriskan, selanjutnya memasukkan adonan baru.Sambil menunggu adonan yang baru matang, aku segera mencuci baju. Ruang masak yang berdekatan dengan sumur membuatku tak susah kalau sewaktu-waktu ingin melihat gorenganku.Rampung mencuci baju, ternyata tinggal satu adonan lagi. Aku bergegas memasukkan sisa adonan dan lanjut menjemur.Sebenarnya pernah aku meminta tolong Mas Aryo untuk menjemur baju yang sudah kucuci. Tapi yang terjadi setelah aku pulang dari TK bersama anakku, jemuran itu tetap ngendon cantik di bak cucian belum terjemur.Jam 06.30, saat kubangunkan anakku agar bersiap mandi.Surya sebenarnya bukan anak yang nakal. Tapi dia susah sekali dibangunkan karena kadang dia ikut begadang bersama mas Arya.Pernah saat kubangunkan pagi hari untuk sekolah, Surya protes, kenapa bapaknya bisa enak tidur, sementara dia harus bangun pagi.Aku pun menjelaskan bahwa bapaknya setelah subuh tidur lagi, karena lelah sudah bekerja minggu lalu.Usai membangunkan dan memandikan Surya, aku segera bersiap untuk mandi dan berangkat ke sekolah Surya sambil membawa aneka gorengan.Sekolah Surya hanya 500 meter dari rumah. Tapi karena aku selalu membawa gorengan, aku mengendarai sepeda motor sambil membawa wadah bambu di jok belakang sepeda motor.Tiba di sekolah, segera aku menitipkan aneka gorengan di koperasi dan menunggu anakku sekolah. Karena anakku selalu menangis saat kutinggal.Pulang dari sekolah, kulihat mertuaku menunggu di teras. Aku segera bergegas masuk dan menyalami ibu mertua.Rumah yang ku tempati dan rumah mertua memang bersebelahan. Jadi beliau sering ke rumahku.Aku segera membuka kunci pintu rumah, dan mempersilahkan ibu mertua masuk.Aku dan mas Arya memang mempunyai kunci masing-masing. Sehingga tidak bingung kalau salah satu dari kami keluar rumah."Dea, itu halaman depan rumputnya udah tinggi, kenapa gak dicabutin?" tanya mertuaku." Iya Bu, belum sempat, kalau siang nemenin Surya mainan, kalau sore ada beberapa anak yang les ngaji Bu, sebenarnya saya sudah minta tolong ke mas Arya untuk nyabutin rumput. Tapi ya mas Arya kalau di rumah tidur terus." Jawabku."Ya gimana, kan berat kerjaannya jadi supir, jadi di rumah harus istirahat. Daripada kalau kecapekan nanti di jalan kecelakaan, gimana? ya kamu dong yang harusnya cabutin rumput di halaman biar gak berantakan gitu." Ucap mertua.Aku menangis dalam hati. Selalu bangun sebelum subuh, bersih-bersih rumah, mencuci baju, menyetrika baju semua aku sendiri. Membantu mencari uang dan merawat anak sendiri juga sudah kulakukan, tapi masih ada salahnya. Kadang bahkan tidak tidur siang.Aku hanya mengangguk tanpa bersuara. Sebenarnya aku lelah, Mas."Kalau rumah rapi dan bersih, kamu sendiri kan yang untung?" tanya ibu mertua."Iya bu, Insyallah habis ini saya cabutin rumputnya. " Jawabku pendek."Ini ibu bawakan beras, berasmu masih apa sudah habis?" tanya ibu mertua."Tinggal sedikit, Bu." Jawabku. "Ini tadi ada keuntungan dari jual gorengan, rencananya mau beli beras nanti sore." Lanjutku lagi"Ini ada 3 kilo beras, ibu tadi habis beli 10 kilo." Kata mertuaku sambil menyerahkan bungkusan kresek."Terimakasih, Bu." Ucapku ."Hari ini kamu masak apa?" tanya ibu mertua."Telur dadar, Bu, terus ini ada bakwan sayur juga, rencananya mau bikin sayur bayam buat tambahan lauk siang." Jawabku."Oh ya sudah, kalau begitu, ibu pulang, jangan lupa rumput ya." Ucap mertuaku berlalu pulang.Aku menghela nafas. Alhamdulillah ada tambahan beras. Aku segera membantu anakku ganti baju dan cuci tangan."Surya, Ibu mau nyari bayam di belakang rumah dulu ya, mau ikut?" tanyaku pada Surya."Iya Bu, Surya mau bantu Ibu cari bayam." Jawab anakku."Yuk, sini Nak, "Selesai membuat sayur bayam, aku menyempatkan diri mencabuti rumput di halaman depan."Ibu mau nyabut rumput dulu ya Nak, Surya di rumah lihat TV atau mainan di dalam rumah ya." Kataku."Aku maunya mainan mobil-mobilan sama ibu di kamar." Pinta Surya."Iya sayang, mainnya nanti ya, sekarang ibu mau nyabut rumput dulu. Apa Surya mau main sama bapak saja?" bujukku."Iya sudah, coba Surya bangunkan bapak dulu ya." Kata Surya sambil berlari ke kamar depan. Aku menunggu Surya di teras."Bapak dibangunkan susah, Bu, ya sudah aku mau bantu nyabutin rumput sama ibu saja." Lapor Surya.Saat asyik mencabut rumput di halaman depan, tiba-tiba ibu mertua mendekat."Loh, Surya kok diajak cabutin rumput sih, mana panas banget kan, Dea?" Semburnya."Iya Bu, tadi ditinggal di dalam rumah tidak mau, karena bapaknya tidur dan tidak mau dibangunkan. " Jawabku."Bersih-bersih itu tugas perempuan, kalau laki-laki itu tugasnya cari duit." Mertuaku tidak mau kalah." Wah, tidak bisa begitu Bu, kalau istri bisa bantu suami cari duit, seharusnya suami bisa bantu istri melakukan pekerjaan rumah, Bu."Jawabku.Aku harus tegas. Karena kali ini menyangkut prinsipku mendidik anak. Kalau memang suamiku tidak mau melakukan pekerjaan rumah, jangan sampai hal itu dicontoh oleh anakku. Surya harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Dan tentu saja lebih baik dari bapaknya.Mertuaku mencebik, "Ck... , dibilangin orang tua malah membantah, ayo Surya ikut Oma saja. Oma punya es krim.""Ndak mau..., Surya mau bantu ibu saja Oma, nanti saja setelah selesai nyabut rumput, Surya ke rumah Oma." Jawab anakku."Hm... Iya sudah, kalau gitu oma pulang ke rumah dulu."Sudah hampir bersih rumput di teras depan saat adzan dhuhur terdengar."Surya, sudah dhuhur, ayo berhenti dulu. Kita sholat sama-sama yuk." Ajakku."Ayo Bu, tapi Surya haus sekali, Surya minum dulu." Sahut Surya."Iya Sayang, Ibu juga mau ganti baju dan wudhu dulu. "Sahutku lalu masuk ke kamar mandi."Bu, ibu, galonnya habis, "kata anakku begitu aku keluar kamar mandi."Oh Iya, sebentar kita bangunkan bapak buat beli galon ya," sahutku."Mas, Mas, galonnya habis. Tolong belikan, aku capek mas habis cabutin rumput." Kataku sambil menggoyang-goyang tubuh suamiku.Mas Aryo menggeliat. " Lah, biasanya kan beli galon sendiri. Kenapa sekarang minta dibelikan?" sahutnya."Sekarang aku kecapekan Mas, ini Surya kehausan lo. Ayo bangun dulu, sudah lama Mas tidur, sekalian sholat juga." ucapku sambil terus menggoyangkan tubuhnya.Aku menghela nafas, aku ingin memaki-maki lelaki ini. Enam tahun menikah belum ada perubahan sedikitpun." Surya, sebelum ke masjid, kita mampir minta minum dulu ke rumah Oma, kan masjidnya depan rumah Oma, jadi bisa sekalian Surya minta minum sama Oma." Ucapku." Ya sudah Bu, ayo berangkat." ajak Surya."Assalamualaikum, " aku dan Surya mengucap salam serempak lanjut masuk ke dalam rumah mertuaku."Bu, Surya minta minum dulu, galon di rumah habis. Mau beli keburu duhur." Pintaku."Ya sudah, ambil sana. Ibu juga mau ke masjid. Arya gak sekalian dibangunkan biar jama'ah?" tanya mertuaku."Sudah saya bangunkan, Bu, tapi tidak mau bangun." Sahutku."Ya bangunin terus kalau gitu. Jangan berhenti dan jangan putus asa sama suami. Wong almarhum bapak dulu juga susah sholatnya, karena ibu membujuk pelan-pelan, akhirnya mau juga kok rajin sholat. " Kata ibu mertuaku."Iya Bu, nanti saya bangunkan lagi."Setelah sholat dhuhur, sebenarnya aku ingin sekali tidur siang. Tapi aku harus beli galon dulu."Surya, Ibu mau beli galon, Surya di rumah saja ya." Pamitku. "Iya deh, Surya di rumah saja sama nonton tv." Sahut anakku.Maka akupun bergegas berjalan membawa dua galon kosong ke toko terdekat. Hanya 100 meter dari rumah.Sebenarnya pemilik toko menawarkan antar jemput galon. Tapi kadang kalau ditelfon, lama responnya. Maka setelah sampai di toko, aku membayar galon dan langsung pulang, karena akan diantar sendiri dengan tukang galonnya.Selesai menaikkan galon ke atas dispenser, aku segera merebahkan diri di kasur." Bu, Surya pingin main bola, " pinta anakku."Duh Sayang, ibu ngantuk dan capek banget. Coba bangunkan bapak aja ya Nak, " sahutku."Nggak mau, bapak susah kalau dibangunkan. Pokoknya sekarang main bola sama ibu !!!" teriak Surya.Akhirnya dengan setengah mengantuk, aku pun bermain bola dengan anakku di halaman belakang.Kira -kira tidak lama berselang dari bermain bola dengan anakku, tiba-tiba mataku pusing dan badan lemah sekali. Aku baru ingat aku dan Surya belum makan siang."Nak, ayo berhenti dulu. Makan dulu yuk, ibu pusing, Surya juga makan dulu ya." Pintaku memelas."Nggak mau, pokoknya main bola." Jawab Surya cemberut." Nanti kalau Surya mau makan, ibu belikan permen dan coklat deh." Bujukku."Iya sudah, Surya mau makan, tapi suapin kan tadi pagi Surya makan sudah makan sendiri, sekarang dsuapin ibu ya." Pinta Surya."Oke Sayang, yuk makan dulu." Aku menggendong Surya dan masuk ke rumah.Didalam rumah ternyata sudah ada mas Arya yang sedang menyantap makan siang."Mas, habis makan, tolong temenin Surya mainan ya, aku capek banget. Mau istirahat sebentar saja. "Suamiku mengangguk sambil terus mengunyah makanan. "Makanya kalau punya anak jangan didekep aja, ajarin anaknya main sama anak tetangga dan nggak bikin kamu repot. " Sahut suamiku."Lo, Surya ini udah sering aku ajak main ke rumah te
Flash back OnSaat itu aku baru pulang kerja dari mall sebuah mall besar di kotaku, saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku."Assalamualaikum, ""Waalaikumsalam,"bergegas ke ruang tamu. Dan saat kubuka pintu terlihat sesosok pemuda yang selama ini menghias mimpi-mimpiku."Mas Aji, silahkan masuk Mas, ada perlu apa ya kemari?" tanyaku berdebar."Ini, nganter undangan, insyallah minggu depan aku menikah. Datang ya." Ucapnya setelah duduk di ruang tamu.Dengan tangan gemetar, aku menerima undangan tersebut."Insyallah Mas, aku datang." Sahutku.Sepulang mas Aji dari rumahku, aku segera masuk kamar. Perasaanku berkecamuk. Berarti selama ini cuma aku yang merasa istimewa. Whatsapp yang selama ini mengajak sholat atau ikut pengajian bareng-bareng dengan teman lainnya artinya apa. Apa aku yang baper dan memendam perasaan spesial. Aku menangis dengan menutup muka pakai bantal agar tidak terdengar suara sedu sedannya."Nduk, sudah jam 4 sore kamu belum sholat lo." Suara ibu membangunka
Flash back On"Dek, kita kan udah nikah, nih, gimana sekarang enaknya? apa kamu resign dan ikut aku aja?" tanya mas Arya.Saat ini kami berada di rumahku."Duh, gak bisa kayaknya Mas, posisi aku sudah lumayan di sana, sudah 2 tahun kerja jadi admin kantor di mall itu. Aku juga bisa nabung sedikit-sedikit dari gaji. " Sahutku keberatan."Aku juga gak bisa ninggalin usaha travel yang baru kurintis, Dek, " ujar mas Arya lagi."Ya sudah, kita LDR an dulu aja ya Mas. Kan banyak pasangan baru yang juga LDRan dan mereka bahagia." Sahutku."Emang kamu gak papa kalau LDRan?" tanya mas Arya."Ya gak papa, sih, asal saling setia aja sudah cukup." Jawabku.Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba LDRan dulu selama setahun. Sebulan setelah menikah, mas Arya mengunjungiku dan membawakan sekantung penuh snack dan kue dari betamart dan ayam goreng crispy dari kf*."Ya Allah, Mas, banyak banget ini. Habis berapa semua kue dan snack ini?" tanyaku."Ya gak papa,kemarin ada orang sewa mobil dan juga minta
Flash back OnAku tidak tahu harus menceritakan kelakuan mas Arya pada siapa. Di pengajian yang aku datangi dulu, penceramahnya berkata bahwa suami istri itu bagaikan selimut satu sama lain. Kalau seorang istri membuka aib suami, itu sama saja dengan membuka aib sendiri.'Tapi ini beda, ini tentang tabungan masa depanku. Tabungan masa depan kami. Iya kalau uang yang mas Arya pinjam bermanfaat bagi kemajuan usahanya. Kalau buat beli snack dan kue gimana.' batinku terus berdialog dan aku tetap tidak tahu harus meminta solusi pada siapa.'Kalau uang suami adalah uang istri juga, bukankah uang istri juga uang suami?' ada suara lain dalam hatiku.'Tapi kan memberi nafkah tugas suamin dan kalau mas Arya meminta uang terus padaku sampai aku gak bisa nabung, terus tiba-tiba aku hamil bagaimana?' pikiranku bercabang. Batinku berperang.'Aku harus diskusi dengan seseorang yang aku percaya, seseorang yang amanah dan mampu memberi solusi.'Dan keputusanku adalah menceritakan pada mbak Neti.Maka
Flash back onMalamnya, mas Arya berangkat ke Bali, bersama rombongan yang menyewa mobil dari kantor mas Arya.Aku pun menunggu di rumah, dan berkenalan dan bertamu dengan tetangga sekitar sehingga aku tidak menunggu sendirian di rumah.Sepulang dari Bali, mas Arya membelikan banyak sekali oleh-oleh, daster bali dan selimut bali untukku, makanan ringan dan ayam betutu.Aku bahagia sekali. "Mas, banyak banget bawaannya. Banyak ya penghasilan nyupirnya? " tanyaku. Berharap ada sisa untuk di tabung atau dibuat belanja kebutuhan hidup sehari-hari." Ya udah habis, tinggal 100 ribu buat pegangan bensin. Kan buat beliin oleh-oleh dan snack buat kamu, dek," sahutnya santai."Waduh Mas, boros banget sih, emang 3 hari nyupirin orang dapat berapa? harusnya dikasih aku semua. Nanti biar aku yang atur berapa untuk bensin, berapa untuk belanja bulanan, berapa untuk ditabung." Jawabku sewot."Untuk saat ini, mumpung belum ada anak, kita nabung dulu lah, Mas, kan masih belum butuh daster." Sahutku l
Flash Back OnHari ini, pertama kali berpuasa dengan status berbeda. Dulu single, sekarang sudah jadi istri.Tapi semalam, aku dan mas Arya bertengkar karena aku mencurigainya mengambil ATMku."Mas, lihat, di facebookmu ditandai oleh temanmu kalau tadi pagi kamu main billiard di depan warung. Tega kamu Mas, katanya ga punya uang, tapi seneng-seneng sama temanmu. " Semburku marah sambil memperlihatkan aplikasi facebookku padanya."Ya, kan hakku kalau mau main sama teman-temanku, daripada bosen di rumah terus." Sahut mas Arya."Masalahnya, kamu pakai uang siapa buat senang-senang ini Mas?" tanyaku benar-benar marah."Pakai uangku lah," jawab mas Arya pendek."Katamu gak ada uang, kamu bohong ya? atau jangan-jangan kamu ambil ATM ku buat senang-senang?" tanyaku keki."Jangan asal nuduh kalau gak ada bukti, besok puasa dan kamu fitnah aku." Kata mas Arya."Lantas siapa yang ngambil, di rumah ini cuma ada kamu sama aku, Mas!"seruku."Ya mungkin kamu salah naruh," jawab suamiku."Kalau gitu
Flash back OnAkhirnya aku memutuskan pulang ke rumah mengendarai travel. Aku masih berharap bahwa ATM ku terselip entah dimana dan saldo masih utuh.Untung di dompetku masih ada uang 250 ribu, untuk membayar travel 85 ribu, masih tersisa untuk pegangan.Dari semalam, mas Arya tidak menyapaku. Aku pun mendiamkannya. Sampai setelah subuh saat aku berpamitan padanya, dia tetap dingin."Mas, aku pulang dulu, Assalamualaikum," kataku sambil meraih dan mencium tangannya." Asal kamu tahu, aku tetap nggak mengijinkanmu pulang." Sahut mas Arya.Aku diam saja dan melangkah mencari ibu mertua."Bu, saya pulang dulu mau mengurus ATM, Assalamualaikum, " pamitku sambil mencium tangan mertuaku."Waalaikumsalam, sebenarnya tanpa izin suami, istri tidak boleh meninggalkan rumah." Kata ibu mertua."Iya Bu, saya mohon maaf." Jawabku singkat.Tak lama kemudian, terdengar bunyi klakson mobil travelku datang menjemput.Hari masih pagi, saat mobil travel memasuki halaman rumahku. "Assalamualaikum, Bapak,
Flash back OnAku melirik cincin mas kawin di jariku. Sekelebat ide terlintas."Ibu, Dea ingin menjual cincin mas kawin ini sebagai pegangan dan modal usaha bikin takjil dan lauk puasa di depan rumah, gimana menurut ibu?" tanyaku."Wah, jangan cincin kawin Nduk dijual, gimana kalau emas yang kamu tabung di ibu aja yang dijual. Kan ada beberapa perhiasan itu.Dijual satu buat pegangan dan modal, sama aja kan?" tawar ibu."Haduh, mending cincin kawin itu aja dijual Bu, hitung-hitung si Arya bayar utang sama Dea. " Sahut mbak Neti sengit."Laki kok letoy, gak bisa banget cari duit." lanjut mbak Neti lagi."Hush...kamu jangan bilang gitu Net, gimanapun, Arya kan masih suami Dea, Dea sendiri yang memilihnya kan?" Bapak menengahi."Kalau memang mau menjual cincin kawinmu ya gak papa Nduk, kan sudah hakmu, bapak dukung kok kalau kamu buka takjil di depan rumah, insyallah laris." Sambung bapak lagi.Akhirnya keesokan harinya, aku menjual cincin kawinku. Dan menggunakan sebagian uangnya untuk m
Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp
"Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau
"M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau
Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya
Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat
"Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in
"Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s
Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m
"Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu